BEFUDDLES || 48

Anyeeeonggg....

Makasih 10K komennya 🥰

***

SEBELUMNYA, hanya Hazel dan Giselle perempuan yang Aghas sayangi melebihi diri sendiri. Hanya dua nama itu yang selalu Aghas sebut dalam doanya kepada Tuhan. Tidak pernah terpikirkan oleh Aghas bahwa dia akan menambah satu lagi nama perempuan untuk ia sebut dalam doa, dan dia simpan dalam hatinya.

            Snowy.

            Gadis yang sejak satu bulan lalu mengisi hatinya dengan begitu mudah. Aghas tidak tahu kapan dia jatuh cinta pada Snowy, tetapi yang Aghas sadar sekarang ialah dia yang sudah jatuh sangat dalam dalam waktu satu bulan.

            Dulu, Aghas selalu mendengkus tak percaya acap kali Shaga, Papanya mengatakan bahwa dia sangat mencintai Hazel sampai nyawapun akan dia berikan. Aghas sangsi bahwa ada manusia yang mencintai manusia asing melebihi diri sendiri. Aghas ragu, bahwa cinta bisa sekuat dan sedalam itu, tetapi kini, dia percaya. Sejak dia mencintai Snowy.

            Rasa yang tertanam di hati Aghas untuk Snowy itu sangat besar, dan dalam. Cukup dalam sampai Aghas rasa hatinya kerap kali berdenyut nyeri setiap memikirkan Snowy.

            Membayangkan wajahnya, senyumnya, tawanya, gerlingan matanya, semua yang ada pada Snowy selalu menyulut debar jantung Aghas bekerja berlebihan. Debarnya terasa kuat dan terlalu cepat. Itulah alasannya mengapa hati Aghas terasa nyeri.

            Dan nyeri itu yang kini Aghas rasakan ketika melihat kekasihnya menangis. Snowy masih sesenggukan di pelukannya sejak pertama kali mobil Aghas sampai Bandara Soetta di sore hari.

            Langit masih terang walau cahanyanya perlahan mulai menjadi oranye di atas sana. Sayang, mereka tidak bisa menikmati indahnya senja itu karena hati mereka tengah di liputi kesedihan.

            Bukan hanya Snowy saja yang sedih tentu saja, tetapi Aghas juga. namun cowok itu berusaha untuk tenang, agar Snowy juga tenang.

            "Udah, nanti matanya bengkak," bisik Aghas tepat di telinga gadis itu.

            Seperti biasa, Snowy sedang berada di pangkuan Aghas dengan wajah berhadapan, sejak mereka berangkat tadi, gadis itu sudah berada di posisi seperti ini. Aghas tentu tidak keberatan, dia malah senang karena Snowy memeluknya selama perjalanan.

            Tapi yang membuatnya sedikit terusik adalah Snowy yang tidak berhenti menangis. "Udah dong, sayang." Aghas coba membuat jarak hanya agar bisa melihat wajah Snowy.

            Cowok itu tersenyum sedih melihat wajah Snowy yang kacau, wajahnya basah oleh air mata, sementara beberapa helai rambut ikut menempel di sisi-sisi wajahnya. Aghas mengambil sehelai tisu, dia posisikan tisu itu tepat di hidung Snowy. "Buang ingusnya."

            Snowy membuang ingus itu sebanyak mungkin membuat Aghas tersenyum geli. Dia buang tisu itu lalu membersihkan sisa lainnya dengan tisu baru. "Tadi janji nggak akan nangis," peringat Aghas. Cowok itu berujar sambil menyingkirkan anak rambut di wajah Snowy lalu menyelipkannya di daun telinga. "Udah dong."

            "Nggak bisa, sedih." Dada Snowy naik turun sementara napasnya tersengal-sengal. Pasti sesak, dan sakit sekali pikir Aghas.

            "Minum." Aghas berikan air mineral, Snowy menghabiskannya dalam sekali teguk.

            "Udah ya? Nggak malu keluar wajahnya berantakan?"

            Snowy diam saja, masih mencoba meredakan tangisannya. Namun melihat wajah Aghas, serta bagaimana cowok itu menatapnya lembut justru membuat tangisan Snowy kembaali deras.

            "Eeehh kok makin kenceng," decak Aghas. "Gue nggak mau nengok ke sana ya kalau lo nangis terus."

            "Ish jangan dong!" Snowy menghapus kasar air matanya, diam beberapa saat sampai napasnya lega.

            "Lo baik-baik di sini, jangan lirik cewek manapun!"

            "Iya."

            "Jangan buka instagram! Jangan buka sosmed lain!"

            "Iya, kan udah di hapus sama lo."

            "Jangan save nomor cewek! Jangan suka lihat-lihat story cewek!"

            "Iya nggak akan sayang." Aghas menghela napas. "Gue nggak akan megang hape selain buat chat sama lo."

            "Janji?"

            "Mm."

            Aghas usap wajah kecil Snowy, menatapnya dalam-dalam. "Jangan bandel di sana. Jangan kelayapan. Jangan nginep di rumah orang asing. Nurut sama Mami sama aunty lo, ya?"

            "Iya." Snowy kembali memeluk Aghas. karena posisi Snowy sedikit lebih tinggi, jadi kepala cowok itu terbenam di lekukan lehernya.

            Aghas memejamkan mata, memeluk pinggang Snowy erat. Menghirup harum gadis itu dalam-dalam.

            Lama kelamaan Snowy kegelian, hidung Aghas tepat di permukaan lehernya. Mengeluarkan napas yang menggelitik, membuatnya berdesir. "Geli ih."

            "Nggak ngapa-ngapain juga." Aghas menjawab dengan suara yang mendadak berat. Tangan cowok itu tidak lagi di pinggang, pindah ke paha terbuka Snowy karena dia memakai celana pendek. Mengelus di sana entah untuk tujuan apa.

            "Ghas geli." Snowy membuat jarak, matanya menemukan mata Aghas yang sayu. Gadis itu berdeham, memalingkan wajah ke samping namun hanya sebentar karena Aghas kembali menarik dagunya agar dia menatap cowok itu lagi.

            "Kita—" Snowy menjeda ucapannya saat tiba-tiba tangan Aghas menyentuh bibirnya, dengan ibu jarinya yang kasar, cowok itu meraba bibir bawah Snowy.

            "Kita punya tiga puluh menit sebelum lo masuk ke dalam," kata Aghas. Mata cowok itu fokus pada bibir Snowy yang pink alami. "What should we do?"

            Snowy bersemu, kalimat Aghas entah kenapa terasa ambigu. Dia mengedikkan bahu. "Menurut lo?"

            "I know what to do."

            "What?"

            "Kiss you."

            Snowy refleks menggigit bibir bawahnya.

            "Can I?" tanya Aghas. Suaranya sudah sangat parau sementara tatapannya lebih dari sayu, hampir terlihat putus asa.

            Dia sudah menahan diri seharian untuk tidak menyentuh bibir itu. Perlu usaha keras untuk Aghas menahan keinginannya untuk mencium Snowy sampai gadis itu lemas. Aghas pikir, hari ini bukan waktunya untuk berbuat tidak senonoh. Tetapi sekarang, justru keinginan itu muncul lebih besar.

            "Please?" Aghas meminta, berusaha untuk tidak memaksa tetapi ibu jarinya sudah menarik bibir Snowy agar terbuka. Dia hanya perlu persetujuan dari Snowy, dan detik itu juga dia akan melumat bibir Snowy tanpa ampun.

            Snowy masih saja diam padahal Aghas sudah tidak tahan. Cowok itu mendekatkan wajahnya lantas memiring kepala dengan tatapan lurus pada bibir lembap Snowy yang terbuka. "Boleh nggak?"

            Aghas dekatkan bibir mereka, sampai beberapa kali bersentuhan. Hangat napas mereka beradu. Dalam jadak sesempit itu, Aghas bisa mendengar bagaimana jantung Snowy berdebar.

            Sebelah tangan cowok itu naik ke sana, pada tempat di mana jantung Snowy tersembunyi. Aghas menekan lembut di sana membuat Snowy menahan napas. "Ghaaass." Snowy memperingati dengan suaranya yang entah kenapa menjadi parau.

            Aghas tersenyum sekilas sebelum kemudian meraup bibir mungil Snowy dengan bibirnya. Ciuman cowok itu menggebu, sedikit keras dan menuntut balasan.

            Mobil itu terasa sempit dua kali lipat dari biasanya sampai Snowy merasa tidak punya ruang untuk menghindar dari Aghas. Cowok itu menekan punggung Snowy untuk lebih merapat, sebelah tangannya lalu merayap di balik kaus, mengelus punggung Snowy yang halus.

            "Kiss me back," bisik Aghas. "Atau gue tidurin lo di belakang."

            Snowy ingin membalas, tetapi Aghas sudah lebih dulu menyerangnya lagi dengan ciuman. Cowok itu begitu pandai melumat kedua bibir Snowy, acap kali menghisap bibir bawah membuat Snowy terdiam pasrah.

            Damn. He is a good kisser.

            Snowy balas ciuman itu sama menggebunya, dia merapatkan tubuh pada Aghas sementara kedua tangannya sudah berada di kepala dan mengacak asal rambut cowok itu setiap kali dia mendegar Aghas mengerang.

            Kehabisan napas, Snowy melepaskan tautan bibir mereka. Aghas senantiasa mengalihkan bibirnya pada rahang gadis itu. Menciuminya dengan bibirnya yang lembap.

            Dia kecupi sepanjang rahang sampai berhenti di telinga. "How does it taste?" bisiknya.

            "What taste?" bahkan napas Snowy masih terengah saat menjawab.

            "Kissing in the car."

            "It tastes bitter."

            Aghas menatap Snowy sekilas. "Pahit?" tanyanya dengan senyum geli. "I know what you mean, sunshine."

            "Mm?"

            "You wanna repeat?" Aghas bertanya sekaligus menebak isi pikiran Snowy yang memang benar. "I'll kiss you again then."

            "Go ahead Snowman."

            Snowy terkekeh lalu terkesiap saat Aghas benar-benar menciumnya kembali. Tidak menggebu, lebih santai tapi justru menyulut Snowy untuk mendominasi dengan ciuman yang menuntut.

            Sejenak mereka lupa bahwa mereka masih di dalam mobil Aghas. Mereka bisa ketahuan dan terciduk oleh siapa saja sedang melakukan sesuatu yang tidak benar.

            Tetapi mereka tidak berhenti.

            Mereka berciuman sama rakusnya, sama kerasnya. Saling mencecap, tanpa peduli napas mereka sudah tersengal-sengal.

            Snowy melenguh, sekilas terdengar manja sekaligus bergairah. Membuat Aghas semakin tersulut untuk memperdalam ciuman.

            Sedang menjelajahi rongga mulut gadis itu dengan lidahnya, Aghas rasanya linglung ketika Snowy tiba-tiba menjauh. "Kenapa?"

            Snowy menggigit bibirnya yang sudah merah dan bengkak, lalu mendekat pada Aghas. "Ada yang keras di bawah, kerasa banget."

            Entah apa yang harus Aghas jelaskan, cowok itu hanya mengusap wajah gusarnya dengan kekesalan tercetak jelas di wajah.

            "Apa ya ini?" tanya Snowy, dia menekan pinggangnya ke bawah membuat Aghas mendesah frustrasi. "Ada di lo kayaknya Ghas."

            "Mm, adek gue."

            "Mau lihat!"

            Aghas memicing mata. Apa harus dia perlihatkan saja supaya gadis ini tidak bertanya-tanya lagi?

            "Ghas."

            Aghas mengerang kesal, dia memeluk Snowy erat dengan satu tangan sementara tangan yang lain merogoh saku celana.

            "Lo mau lihat?" tanyanya. Cowok itu melerai pelukan, menatap Snowy dalam dengan segenap perasaan yang dia punya.

            "Heem."

            Aghas menggenggam tangan Snowy, selarik senyum hangat dia berikan untuk gadis cabul kesayangannya itu. "Let's get married first," ucapnya sambil menyematkan satu cincin cantik di jari manis Snowy.

***

SELESAI

12 Januari 2023

Apa bakal ada eksta chapter?

Ada, kalau komentarnya segunung aku kasih ekstra chapter 🥰

Follow ig aku @destharan biar kalian tahu lebih dulu apapun mengenai cerita Befuddles di sana. Okay.

See u! Semangat spam komennya wkwkwk

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top