BEFUDDLES || 47

Anyeeeonggg....

Makasih 10K komennya.

Udah baca AU Summer part 08? Soalnya bab ini agak bersinggungan ya 🥰

10K komen buat update bab 08

***

TOLONG BANGET BACA SAMPAI BAWAH YA

Snowy mengeratkan pelukannya, menatap sinis pada gadis cantik di depannya, tanpa mau memperkenalkan diri dia melengos dan menurut saja saat Aghas membawanya menuju ke kamar. "Siapa sih?"

            "Mm?" Aghas menatap Snowy, gadis itu  memang di gendong di depan, membuat wajah mereka berhadapan. "Apa?"

            "Siapa itu?"

            "Raizel. Kan udah kenalan barusan."

            Snowy mencebik. "Kok bisa kenal Summer, lo jodohin?"

            "Nggak tahu, di kenalin sama yang lain mungkin." Aghas mengedikkan bahu. "Nggak penting juga."

            Memanyunkan bibirnya, Snowy lantas diam tidak menjawab lagi. Mereka sampai di kamar, Aghas menurunkan Snowy dan langsung menuju sudut ruangan di mana koper ungu besar milik gadis itu tersimpan.

            Aghas tarik koper tersebut lantas membukanya untuk memeriksa isinya, sementara Snowy sendiri memilih merebahkan diri sambil bermain ponsel. Membuka TikTok demi mendapat kabar terbaru dari Norma yang di selingkuhi oleh suaminya. "Parah ya, kok ada orang yang bisa selingkuh sama mama mertuanya sendiri?" gumam Snowy. "Udah di kasih produknya eh mau nyocol pabriknya juga."

            Aghas diam saja, tidak tahu menahu soal kasus itu. Dia fokus meneliti isi koper milik Snowy. "Power bank mana?" tanyanya.

            "Di mana ya gue lupa ... di tas sekolah mungkin."

            Aghas mengambil tas yang tersampir di kursi itu, mengeluarkan power bank dari sana dan langsung meyambungkannya pada kabel daya ketika sadar power bank itu habis baterai. "Cuma bawa koper aja? Ini isinya baju sama sepatu. Box make up mana?"

            "Nggak tahu Gas, lupa." Snowy itu orangnya cukup teledor dan jorok. Dia tidak pernah bisa membiasakan menyimpan barang yang telah dia ambil ke tempat semula.

            Aghas berdecak, cowok itu berkeliling kamar meneliti setiap meja. Masuk ke walk in closet tapi tidak juga menemukan kotak make up milik Snowy. Dia lantas bersujud untuk mengintip kolong kasur, menghela napas kasar saat benda yang dia cari ternyata ada di sana.

            "Belajar rapi, Salju. Simpan lagi barang yang udah lo pakai ke tempatnya. Jangan asal naruh, nanti nyari-nyari pusing sendiri marah-marah."

            "Mm."

            "Dengar nggak?"

            "Iya sayang ih." Snowy menatap Aghas sekilas lalu mendelik, saat melihat lagi layar ponsel, ternyata ada satu pesan yang baru masuk dari Summer. Dia buka isi pesannya dan membalas malas-malasan, gadis itu hendak keluar dari whatsaap saat Summer membalas pesannya lagi.

            Snowy melotot, langsung menegakkan badan saat membaca pesan itu, dia kemudian berdiri sambil menatap Aghas sinis.

            "Apa?" tanya Aghas cukup terganggu dengan sorot tajam kekasihnya. "Gue salah apa?"

            "Gue ke bawah dulu, lo tunggu di sini. Jangan ke mana-mana!" peringat Snowy galak, gadis itu lalu keluar dengan lari cepat membuat Aghas geleng-geleng kepala.

            Ternyata Snowy keluar cukup lama, sudah leih dari sepuluh menit gadis itu tidak kembali ke kamar, membuat Aghas di landa bosan. Tidak ada lagi yang dia kerjakan, koper dan semua barang bawaan Snowy sudah dia periksa dan aman kan.

            Berniat menyusul kekasihnya, Aghas berjalan menuju pintu, dia sudah menekan handle dan hendak menariknya namun pintu lebih dulu terbuka dan Snowy muncul dari sana.

            "Type cewek lo kayak gimana?" todong Snowy.

            "Mm?"

            "Type cewek lo kayak gimana Aghas?" Dari suara dan raut wajahnya, Aghas tahu Snowy tengah kesal akan sesuatu. Tetapi demi Tuhan, Aghas tidak tahu dan tidak bisa menebak hal apa yang membuat kekasihnya marah. "Aghas!" Snowy maju melangkah, jadi kaget sendiri ketika Aghas menariknya ke pelukan. "Ih lepas!"

            "Kenapa, sih, marah-marah?" Aghas masih mencoba berpikir apa kesalahannya, lalu dia sadar akan sesuatu. "Bicarain apa di bawah sama Raizel?" tanyanya sedikit curiga.

            "Jawab dulu, type cewe yang lo suka kayak gimana?"

            "Kayak lo."

            "Bohong!" sembur Snowy, gadis itu meronta meminta lepas dari pelukan. "Type cewek yang lo suka jauh dari gue!"

            "Kata siapa?"

            "Lo dulu pernah suka, kan, sama cewek yang rambutnyya panjang lurus hitam? Turunan china, kulit putih mata sipit? Dia cewek pinter, juara umum ke dua?" tanya Snowy beruntun.

            Aghas mengerjap. "Mm, dulu."

            "Ish!" Snowy mendorong dada Aghas agar menjauh namun Aghas menahannya. "Lepasin!"

            "Itu, kan dulu. Udah lama, waktu kelas sepuluh. Kenapa di permasalahin?" tanya Aghas.

            "Ya gue cemburu!" Aku Snowy kesal. "Gue beda banget sama mantan lo itu." Snowy berambut coklat gelap, matanya bulat dan besar beriris coklat terang. Kulitnya putih namun jika di bandingkan dengan keturunan China dia jelas kalah putih. "Ah kesel ah."

            Aghas menghela napas. "Lo emang beda jauh sama dia," katanya sambil mengusap pipi Snowy lembut. "Beda jauh malah."

            Snowy mendesis. "Bagus! Sana bal—"

            "Lo jauh lebih cantik, lebih pinter juga," sela Aghas.

            "Gue bodoh ya!" Snowy malah marah mengakui kebodohannya.

            "Pinter, pinter ngambil hati gue."

            Snowy terdiam, pipinya sontak bersemu. Gemas, Aghas mencium lembut pipi gadis itu hampir menghisapnya. "Dia nggak cukup pintar ngambil hati gue, cuma lo yang bisa. Jadi jangan bandingin lo sama dia, karena dia udah jelas kalah jauh."

            Snowy terdiam, merasakan pipinya semakin panas sementara jantungnya belingsatan ke sana ke mari.

            "Dan, siapa bilang type gue dia?"

            "Lo, kan, suka dia. Udah pasti dia type lo."

            "Tapi nggak gue pacarin."

            "Kenapa?"

            "Because she is not my type," jawab Aghas, cowok itu membingkai wajah Snowy sampai pipi gadis itu tertekan dan bibirnya mengerucut seperti ikan. "You are my type."

            Snowy memutar bola mata jengah. "Kok gue nggak percaya ya. Nggak ingat lo dulu suka nyinyir gue? Ngatain gue sundel bolong, bocil, cabul, bloon, apalagi? Ah, lo juga pernah ngatain napas gue bau mie, terus, mergokin gigi gue ada seledri sama cabe nya. Lo pasti jijik kan sama gue?" tuding gadis itu.

            "Mana mungkin jijik." Gemas, Aghas menekan pipi Snowy lebih kuat.

            "Mungkin aj—"

            "Kalau gue jijik, gue nggak akan cium lo." Aghas mengatakannya sambil mencuri satu kecupan di bibir gadis itu. "Kalau jijik gue nggak mungkin gendong lo ke mana-mana."

            "Tapi—"

            "Kalau jijik gue nggak mungkin pelukin lo semalaman waktu tidur."

            Snowy mencebik, kehilangan kata. Hatinya masih kesal oleh rasa cemburu, dia masih ingin mengutarakan kecemburuannya, dia masih ingin berdebat dan mendengar Aghas membujuk dan menyanjungnya.

            Tetapi dia kehabisan bahan untuk bertengkar.

            Apalagi yang harus Snowy ungkit kira-kira?

            "Udah, jangan ngajak ribut sama hal yang sebenarnya sepele. Ini hari terakhir gue bisa ketemu lo secara langsung. Jangan di rusak, gue nggak mau bertengkar," kata Aghas seolah paham isi otak kecil Snowy. "Ya?"

            "Ish nggak rame!"

            Aghas mendengkus, cowok itu terlalu sering menggendong Snowy membuatnya lihai dan begitu mudah memposisikan Snowy untuk ia gendong di depan. Snowy tidak menolak, dia melingkarkan tangannya di leher Aghas begitu saja.

            "Mau yang rame?"

            "Mau." Snowy tersenyum. "Ngapain? Kuda-kudaan?"

            "Bukan."

            "Apa dong?"

            "Madiin lo, soalnya udah bau asem."

***

            Snowy keluar dari kamar dengan keadaan lebih segar setelah mandi. Dia mandi sendiri, namun di temani Aghas yang berdiri di samping pintu kamar mandi.

            Apa Aghas mengintip?

Tentu saja, Snowy tidak tahu.

            Berjalan berdampingan dengan cowok tampan itu, Snowy mendadak memeluk lengan Aghas ketika ternyata di ruang keluarga masih ada Raizel. Gadis itu tengah fokus memperhatikan Summer yang sedang memotong kuku Cucut.

            "Ngapain meluk?" dengkus Aghas geli.

            Snowy mendelik, tidak menjawab dan semakin memperat pekukannya di lengan Aghas.

            "Nah akhirnya keluar juga, ayok kita makan siang bareng-bareng." Radhit bersuara, tangannya bergerak mengajak mereka untuk ke meja makan.

            "Gue balik aja." Snowy menoleh lagi pada Raizel saat gadis itu bersuara.

            "Makan dulu, Papi gue suka ngambek kalau ada yang nggak makan masakan istrinya," sahut Summer.

            "Makan dulu aja, kasihan si Cucut kalau di bawa siang-siang." Snowy menimpali.

            "Cucut di bawa ke mana?" tanya Aghas bingung.

            "Ke rumah Raizel. Cucut udah gue kasih." Snowy menyengir. "Lagian gue juga mau pergi jauh, biar Cucut ada yang ngurus."

            "Dih, lo di sini juga udah lupa sama si Cucut semenjak pacaran sama Aghas," sindir Summer.

            Snowy melotot. "Lah, gue mending lupa sama kucing. Daripada lo, lupa sama kembaran sendiri pas bucin sama Li—" Snowy menjeda saat Summer melotot penuh peringatan padanya, gadis itu berdeham lalu melanjutkan. "Pas lo bucin Liodra lo malah lupa sama kembarannya sendiri. Lo tahu, kan, Liodra itu pemenang Masterhef?" tanyanya pada Raizel namun gadis itu hanya diam.

            Bibir Aghas berkedut geli melihat Snowy tampak kelabakan. "Kita makan, Mami lo udah nunggu," ajaknya mengalihkan pembicaraan.

            "Ya udah yuk."

            "Ayok, makan dulu nanti gue antar pulang." Summer mengajak Raizel untuk bergabung juga.

            Keempat orang itu berjalan menuju meja makan, ada Radhit yang duduk di bagian kepala sementara Arunika mendampingi di sisi kiri, di samping Arunika ada Erhan yang menebar senyum sementara di samping anak cowok itu ada Erfan yang duduk malas bermain ponsel.

            "Ayok sini, duduk. Nah kalian di seberang kanan," titah Arunika.

            Summer membawa Raizel untuk duduk di sisi kanan Radhit. Sementara Snowy mengikuti, dia mengambil posisi duduk di samping Raizel dan Aghas di samping Snowy.

            "Makan seadanya aja ya, tante nggak pintar masak, jadi...."Arunika meringis menatap tak enak pada Raizel dan Aghas, namun yang di tatap hanya diam dan berkedip saja.

            "Nggak apa-apa, enak kok masakan Mami," kata Summer, cowok itu menyenggol lutut Raizel dengan lututnya.

            "Ah iya, nggak apa-apa tante." Raizel mengatakannya dengan kaku dan datar membuat Arunika terkekeh.

            Snowy melirik pada gadis itu. "Raizel lo kok bisa kenal sama Sum—"

            "OHOK OHOK OHOK!" Summer batuk di buat-buat, cowok itu memelototi Snowy penuh peringatan tetapi Aghas malah balas menatapnya tajam.

            Arunika yang paham akan sandiwara Summer langsung menimbrung. "Ini, Yangyang katanya salah kirim chat ke Raizel, makanya jadi kenal."

            "Yangyang?" Snowy melongo tak mengerti. Dia menatap Arunika dana Summer bergantian. "Yangyang siap—"

            Arunika melotot. "Haaiiss! Raizel maaf ya, Snowy emang suka gitu. Pelupa. Nama kembarannya aja lupa."

            Snowy melotot. Woy! Mana mungkin dia lupa pada kembaran tololnya itu?!

            Yangyang siapa pula yangyang?! Sejak kapan nama Summer jadi yangyang?!

            Merasa curiga akan sikap keluarga Summer, Raizel sontak melirik Summer. "Lo nggak lagi bohong, kan? Nama lo beneran Yangyang?"

            Summer rasanya ingin tertawa tetapi dia tahan. "Beneran, nama gue Yangyang butuh kasih sayang," katanya. "Nggak deh, nama gue Yanyang Adiatma Hengkara. Ya, kan, Pi?"

            Radhit mengangguk saja sambil tersenyum tertekan.

Terserah, terserah kalian saja manusia aneh!

            Snowy memutar bola mata, mulai paham dengan keusilan kembarannya itu. "Yuk makan, lapar nih," ajaknya.

            Radhit mengangguk. "Yangyang, cepat pimpin doa yang!" titahnya pada Summer.

            Summer tertawa geli. "Siaap." Cowok itu baru saja hendak memimpin doa, namun urung ketika melihat kehadiran dua orang.

            "Kakak princess!" teriak orang itu.

            Snowy menoleh. "Woy! Biru!" gadis itu berdiri heboh. "Ngapain lo ada di sini?"

            Ruby, gadis yang setengah rambutnya di ikat menjadi bentuk bun itu berlari kecil seperti guguk lucu untuk menghampiri Snowy. Ruby mengambil tangan Snowy lalu menyentuhkannya pada kening sebagai bentuk salam.

            "Nama Ruby, Ruby ih! Bukan Biru!" katanya memprotes.

            Snowy langsung menepuk jidat. "Nah Ruby, Ghas. Kok lo jauh-jauh jadi Robin hood sih?!" katanya pada Aghas sambil tertawa.

            Winter yang mengekori gadis itu mendengkus membuat Aghas menoleh. "Lo ngapain bawa dia?" tanya Aghas.

            Winter mengedikkan bahu. "Kasihan, nggak ada teman."

            "Siapa bang?" tanya Arunika.

            "Ruby" Winter memanggil Ruby, membuat gadis lugu itu berlari kecil menghampirinya.

            "Kenapa Kawin?"

            Radhit dan Arunika mengulum senyum geli mendengar sebutan itu.

            "Ini Ruby, orang yang nggak sengaja aku rusak sepedanya, Mam," kata Winter pada Arunika. "Ruby, itu mami gue."

            Ruby berlari kecil lagi menghampiri Arunika, gadis itu mengambil tangan Arunika, menyentuhkannya pada kening. "Halo Mami, aku Ruby." Dia lalu melakukan hal yang sama pada Radhit. "Halo Papi, aku Ruby."

            "Buset, langsung manggil Papi Mami aja, jadi mantu aja belom," celetuk Summer.

            Winter berdecak. "Jangan ikutan manggil Mami Papi."

            "Nggak boleh ya?" Ruby bertanya polos.

            "Boleh, kok." Arunika menjawab dengan senyum. "Ayok duduk, Ruby mau ikut makan nggak?"

            "Ikut makan? Emang makan pergi ke mana Mami?"

            Summer, Snowy, Aghas, Raizel serta si kembar Erhan dan Erfan sontak tertawa mendengar itu.

            "Ih kok di ketawain?" Ruby menatap semuanya dengan wajah sedih.

            Winter mengacak rambutnya frustrasi. "Lo mau makan nggak?!"

            "Mau! Lapar!"

            "Ya udah duduk di sini!" Winter menunjuk kursi samping Erfan.

            Ruby berlari kecil lagi untuk duduk di sana.

            Erfan memutar bola mata melihat Ruby yang tidak berhenti lari sejak pertama datang. "Nggak capek apa lari-lari gitu?"

            Ruby menyengir. "Kata Kawin jalan nya jangan lelet, harus cepet, tapi kaki Ruby kecil, jadi Ruby lari biar jalannya cepet."

            Snowy sontak melirik Winter. "Jangan gitu! Kasihan dia lari-lari kayak anjing."

            "Ruby bukan anjing," protes Ruby.

            "Iya bukan, tapi kayak anjing kalau lari-lari," decak Snowy.

            Ruby menatap Winter. "Tuuuh jangan suruh Ruby jalan cepet-cepet Kawin ih! Nanti kayak anjing." Cowok itu hanya menanggapi dengan dengkusan saja.

            "Lo milih kayak anjing atau kayak siput?" tanya Summer iseng.

            Ruby berpikir sebentar. "Kayak anjing aja deh nggak apa-apa. Kalau kayak siput nggak mau, soalnya jadi siput berat."

            "Berat kenapa?" tanya Erhan mewakili pertanyaan semua. "Menahan rindu kayak Dylan?"

            "Ih nggak tahu apa, Siput kan bawa rumahnya kemana-mana di punggung, jadi berat!" jawab Ruby.

            Summer tertawa. "Emang lo nggak berat gitu?"

            "Ruby? Nggak nggak berat, kan nggak bawa apa-apa."

            "Masa? Bukannya lo bawa kebloonan ya?"

            "Iiihhhh kok gitu! Ruby nggak bloon tapi nggak tahu sama nggak ngerti!" Ruby menggembungkan sebelah pipinya menatap Summer kesal.

            Snowy ikutan tertawa. "Mami tahu nggak, pertama kali aku di sapa Ruby di sekolah tuh lucu banget."

            "Kenapa memang?"

            "Masa ya, dia minta tolong buat kasih lem ke roti."

            "Lho? Memang rotinya kenapa?" tanya Radhit pada Ruby.

            "Iya kan Roti sobek, kasihan rotinya sobek jadi Ruby lem!" jawab Ruby.

            Sontak saja jawaban gadis itu memicu derai tawa semua tak terkecuali Aghas, Raizel juga Winter yang biasanya jarang tersenyum. Mereka terbahak saat Snowy menceritakan ulang kejadian itu lengkap dengan semua gerakannya saat Ruby memberikan lem padanya.

            Arunika menatap keluarganya dengan pendar hangat, dia bersyukur keluarganya bisa kembali tertawa senang setelah kemarin di uji banyak masalah dan di rundung kesedihan mendalam.

            Wanita itu lalu menatap Snowy yang masih asik tertawa, lantas tatapannya berlabuh pada Aghas yang memerhatikan Snowy dengan mata yang menyorot penuh kasih sayang.

            Wanita itu tersentak ketika merasakan tangannya di sentuh oleh Radhit, Arunika menoleh pada suaminya itu. "Kenapa Dhit?"

            "Kenapa ngelamun?" tanya Radhit khawatir.

            Arunika menggeleng kepala.

            "Kenapa?" tekan Radhit.

            Arunika menghela napas. "Nggak tahu, kenapa tiap ngerasain bahagia yang besar aku selalu takut besoknya bakal nangis deras. Kamu tahu kan Dhit, rasa bahagia dan rasa sedih itu saling mengikuti. Sekarang kita ketawa bahagia, nggak tahu besok...."

            "Hus, berdoa yang baik-baik aja. Jangan bepikiran jelek dan berprasangka buruk ya?" Radhit menenangkan. "Nggak akan ada apa-apa, semuanya baik-baik aja dan kita bahagia."

            Arunika mengangguk. "Mudah-mudahan begitu."

***

10 Januari 2022

Posisi meja makan


Ruby dan Winter 🐣


AGHAS 🍌

WINTER 🦋

RUBY 🍓

Summer 🐔

RAIZEL 🍒

CUCUT Waktu di packing Summer buat di kasih Raizel

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top