BEFUDDLES || 45
Anyeeeong
Udah baca AU nya Summer belum?
***
AGHAS masuk ke kamarnya yang remang setelah usai menceritakan apa yang Radhit sampaikan tadi kepada Hazel. Cowok itu menutup pintu pelan-pelan, lalu diam di tempat alih-alih masuk lebih dalam untuk menemui Snowy yang ternyata masih tidur lelap di kasurnya.
Merogoh saku celana piyamanya. Aghas keluarkan benda yang tadi Radhit berikan. Lama dia pandangi benda itu sampai akhirnya gerakan Snowy di kasur menyita perhatian cowok tersebut.
"Ghas."
"Mm?" Aghas menyahut sambil berjalan setelah menyakui benda itu lagi.
Snowy menegakkan badan selagi tangan mengucek matanya, lalu gadis itu menyipit untuk memperjelas penglihatannya. "Lo dari mana?"
"Dari luar." Aghas duduk di sisi kasur, dia menarik sehelai tisu dari kabinet pendek samping ranjangnya lalu menyeka pelipis Snowy dengan lembut. "Bad dream?"
Snowy menggeleng kepala. "Nggak." bohongnya, padahal dia memang terbangun karena mimpi buruk. "Pelukin lagiiiiii, Ghas."
"Salju."
"Mm?"
"I love you."
Snowy mengerjap, dia bingung.
Apakah dia sedang bermimpi? Kenapa Aghas tiba-tiba mengatakan mencintainya begini? Tidak romantis pula? Dengan wajah datar pula? Ini pasti mimpi!
Untuk membuktikan ini nyata atau mimpi, Snowy putuskan menampar pipi Aghas. Gadis itu jadi kaget sendiri merasakan tangannya kebas. "Eh? Kok sakit?!" katanya panik.
Aghas memicing mata, tidak ada perubahan di raut wajahnya. "I said I love you, dan ini balesan lo?"
Snowy menganga, dia diam saja saat tangannya di bawa Aghas. cowok itu mengusap telapak tangan Snowy yang memerah padahal pipi Aghas lebih merah karena tamparannya. "Ghas, maaf. Gue kira gue lagi mimpi, makanya gue nampar lo."
Bibir Aghas berkedut. "Kenapa nggak nyubit atau nampar pipi sendiri?" tanyanya geli.
Snowy menggeleng. "Nanti pipi gue sakit."
"Emang gue nggak?"
"Eh sakit ya?" Snowy menegakkan badan, berhadapan dengan Aghas. Dia usap pipi Aghas yang memerah lalu memberi kecupan lembut di sana membuat Aghas tertawa. "Maaf ya?"
"Mm." Dengan matanya yang berpendar hangat, Aghas menatap Snowy lama. Ada banyak perasaan yang Aghas tunjukan untuk gadis itu membuat pipi Snowy lama-lama menjadi panas. "Lo blushing?" tanyanya menyentuh pipi lembut gadis itu.
"Lo ngapain lagian liatin gue kayak gitu," decak Snowy. Dia malu, hanya karena tatapan Aghas, dia blushing parah seperti habis ciuman saja. "Gue mau tidur lagi!"
Snowy hendak berbaring, tetapi Aghas menarik gadis itu dalam pelukannya yang hangat. Ritme jantung Snowy mendadak cepat, dia membatu merasakan napas hangat Aghas menerpa permukaan kulit lehernya.
"Ghas, kenapa?" Ada yang aneh dengan Aghas, cowok itu bersikap manis. Bukan berarti Aghas tidak pernah manis pada Snowy. Tiap mau cipok biasanya Aghas akan manis. Tetapi sekarang, Snowy merasa ada suatu hal yang membuat cowok itu gusar. "Ghas?"
"Lo percaya nggak gue sayang sama lo?"
Snowy terkikik geli karena bibir Aghas menyentuh kulit lehernya. "Geli, Ghas. Jangan gini ngobrolnya." Gadis itu coba melerai pelukan, tetapi Aghas menahan.
"Gue sayang sama lo, sampai gue mikir ... nggak bisa jauhan sedikitpun sama lo."
"Lo mau kita serumah?" tebak Snowy, gadis itu menyengir senang. "Nggak bisa. Kata Papi harus nikah dulu, biar bisa sekalian ngadon cucu."
Aghas tertawa, tangan besarnya mengusap punggung Snowy, lalu mempererat pelukan. "Gue pengen lo sembuh."
Senyum Snowy lenyap. "Gue ... nggak kenapa-napa, Ghas."
"Udah gue bilang, kalau di depan gue lo boleh cerita apapun, kan?" Aghas memiringkan wajah, mengecup telinga Snowy sekilas. "Mm, dengar, nggak?"
"Dengar." Snowy merinding di buatnya. Napas Aghas masuk ke telinga membuatnya berdesir. "Ghas, ih. Jangan pelukan gini."
Aghas akhirnya melerai pelukan, Snowy baru saja mau berbaring tetapi Aghas dengan mudah mengangkatnya ke pangkuan cowok itu. Snowy kembali berhadapan dengan Aghas, tetapi posisinya sedikit lebih tinggi karena dia duduk di paha cowok itu.
Snowy menunduk, menatap Aghas yang terdongak padanya. "Ada apa Ghas?" Snowy merangkum wajah Aghas dengan tangannya yang hangat. "Lo kayak gelisah gitu."
"Trauma lo, kambuh lagi. Jauh lebih parah dari sebelumnya," gumam Aghas.
"Gue nggak kenapa-nap—"
"Lo harus sembuh, lo harus pulih."
"Ghas gue—"
"Besok berangkat ke Australi."
Tangan Snowy yang sedang mengelus wajah Aghas jatuh begitu saja. "Apa?"
"Terapi di sana ya? Berobat sampai sembuh."
"GUE NGGAK SAKIT!" Snowy membalas geram. "Gue baik-baik aja, Ghas."
"Salju."
"Pasti Papi, kan, yang suruh lo bujuk gue buat pergi?"
"Papi lo khawatir, dia sayang sama lo. Gue juga. Kita semua pengen lo sembuh." Aghas menjelaskan selembut mungkin, dia menahan Snowy, memeluk pinggang gadis itu saat Snowy hendak beranjak. "Snowy dengarin dulu."
"Lo setuju sama ide Papi? Lo setuju gue pergi?" tanya Snowy, ada nada kecewa yang terselip dalam kalimatnya.
"Gue pengen lo sembuh."
"GUE NGGAK GILA, GHAS! GUE BAIK-BAIK AJA!"
"Hey, calm down."
"Gimana bisa gue tenang?" Snowy mulai kehilangan kontrol, matanya mulai berkaca-kaca. "Lo anggap gue gila?"
"Nggak gitu."
"Kalau lo mau putus sama gue bilang, jangan gini."
Astaga. "Siapa yang mau putus?"
Snowy menangis. "Lo setuju gue pergi, itu artinya kita bakal jauhan. Gue nggak mau, Ghas. Gue lebih baik putus daripada jauhan." Sungguh Snowy tidak akan sanggup, dia adalah orang yang mudah cemas dan khawatir. Dia juga pencemburu dan selalu overthinking. Snowy tidak bisa membayangkan berapa banyak pertengkaran yang akan mereka lewati nanti.
"Kenapa mikirnya ke mana aja? Kita jauhan cuma sebentar."
"Mau sebentar, sehari dua hari seminggu gue nggak mau! Gue nggak sanggup!"
"Snowy."
"Lo nggak sayang sama gue," simpul Snowy.
"Justru karena gue sayang sama lo!" Aghas menjawab dengan tegas. "Gue peduli sama lo, gue pengen lo sembuh. Gue nggak bisa lihat orang yang gue sayang kesakitan terus menerus."
"Lo nggak peduli sama hubungan kita?"
"Gue peduli. Tapi kesehatan lo lebih penting sekarang, princess." Aghas hendak meraba wajah Snowy, namun gadis itu segera menepis. "Gue nggak keberatan jauhan sama lo, kalau itu buat kebaikan lo."
"Kebaikan dari mana?!" Snowy membentak. "Lo pikir gue bakal baik-baik aja nanti setelah jauh dari lo? Nggak Ghas!"
"Snowy...."
"Lo satu-satunya orang yang bisa bikin gue tenang! Lo satu-satunya orang yang gue jadiin sandaran. Dan sekarang lo pengen kita jauhan?" Itu artinya Snowy akan sekarat.
"Gue nggak bisa lihat lo terus ketakutan, gue nggak bisa lihat lo terus-terusan nangis. Gue nggak tega lihat lo di hantui mimpi buruk terus."
"Itu semua bakal ilang seiring waktu kok!"
"Iya kalau ilang, kalau makin parah?" tanya Aghas cemas, ada banyak kekhawatiran di mata cowok itu yang bisa Snowy lihat. "Gue sayang sama lo, sayang banget. Ini nggak mudah juga buat gue, Snowy. Jauhan sama lo, pasti berat. Tapi, gue yakin, kita bisa ngelewatinnya."
"Bohong. Kalau lo sayang sama gue, lo nggak akan setuju gue pergi." Snowy menghapus kasar air matanya. "Cuma gue yang peduli sama hubungan kita. Cuma gue yang takut kehilangan lo. Cuma gue yang sayang sama lo. Lo nggak."
"God." Aghas memijat pangkal keningnya. "Gue harus apa, biar lo percaya?"
"Lo harus cegah!" Snowy gemas, dia memukul dada Aghas kesal. "Lo harusnya nggak mau gue pergi!"
"Kalau lo pergi buat liburan lama, jelas gue nggak mau. Kalau lo pergi buat tinggal di sana selamanya, jelas gue keberatan. Lo ke sana buat berobat, buat terapi, buat nenangin diri, biar lo pulih. Biar lo sembuh."
Snowy mencebik. "Terserah! Lo emang nggak sayang sama gue!" katanya. "Lo pasti balal selingkuh kalau gue tinggal!"
Aghas terdiam, memerhatikan bibir Snowy yang mengerucut. Apa dia lumat saja bibir mungil itu biar Snowy berhenti bicara melantur?
Melihat Aghas yang fokus pada bibirnya, membuat Snowy semakin kesal. "Gue nggak mau di cipok ya sama cowok yang nggak sayang sama gue!"
Snowy beranjak dari Aghas, baru saja lututnya menapak di kasur untuk menopang berat tubuhnya, gadis itu harus limbung dan jatuh terlentang di atas kasur karena Aghas mengurungnya di atas.
"Nggak pernah sekalipun gue kepikiran buat selingkuh," ucap Aghas meyakinkan lewat sorot mata.
"Ya sekarang nggak! beda lagi nanti!"
"Nggak akan, gue harus gimana biar lo percaya gue nggak akan macem-macem?"
"Ya harus larang gue pergi!" Snowy merengek, meronta meminta tangannya di lepaskan.
Aghas menghela napas. "Gue lebih takut dari lo," ungkapnya jujur. "Gue juga takut lo selingkuh di sana sampai gue mikir, apa gue hamilin lo aja biar di sana nggak ada yang deketin."
Entah kenapa, bibir Snowy berkedut ingin tertawa tetapi dia tahan. Dia sedang ngambek pada Aghas, tidak lucu kalau dia mendadak tertawa!
"Ya? Mau berangkat?" tanya Aghas lembut.
Snowy menggeleng kepala. "Nggak mau."
"Gue kasih hadiah kalau lo mau berangkat."
"Apa?" tangan Snowy terulur ke atas, memainkan kancing piyama Aghas. membukanya lalu menutupnya lagi. "Hadiahnya apa, Aghas?"
"Lo bakal tahu nanti." Aghas menunduk, memerhatikan tangan Snowy yang tidak mau diam. "Jangan di buka kancingnya."
"Kenapa?"
"Lo mau gue garap malam ini?" ancam Aghas membuat Snowy terdiam. "Ya? Berangkat mau ya?"
Snowy terdiam, mentap Aghas tepat di mata. "Lo beneran mau gue pergi?"
"Mm."
"Oke kalau itu mau lo, tapi jangan nyesel udah kasih keputusan gini."
"Nyesel kenapa?" Aghas mengkerut kening.
"Gue bakal deketin banyak cowok di sana!"
"Salju!"
"Gue bakal ganti nomor, nggak akan kasih kabar lo! Gue bakal bikin lo overthinking setahun penuh!"
"Nggak lucu!"
"Emang!" Snowy membalas sewot. "Lo pengen gue pergi kan? Ya udah! Gue bakal pergi ninggalin lo! Gue mau cari selingkuhan bule di san—ah!" Snowy menggeliat geli saat Aghas menggelitik perutnya.
"Jangan bercanda!!" peringat Aghas tidak suka.
"Nggak gue nggak bercanda! Lihat aja sama lo! Gue bakal dapat cowok yang lebih ganteng di sana—ah! ahhahaaa!" Snowy tidak kuasa menahan tawa saat Aghas gencar menggelitiknya, gadis itu menggeliat, beberapa kali coba menghindari tangan Aghas. "DIEM IH!"
"Jangan selingkuh!"
"MAU! GUE MAU SELINGKKKUUUUHHHHH!" Snowy berteriak. "HIDUP ORANG KETIGA!"
Kesal, Aghas lepaskan Snowy. Dia mengambil selimut lalu membungkus tubuh mungil Snowy dengan selimut itu. "Awas aja lo selingkuh, gue kebiri itu cowoknya!"
"Heh!" Snowy tertawa sambil meronta meminta di lepaskan. "Ghas, lepas engap!"
"Nggak! Janji dulu nggak selingkuh!"
"Nggak mauuuuuuuuuu."
"Ya udah." Aghas menjauh dari Snowy.
"Ya udah apa?"
"Gue juga bakal selingkuh."
"AGHHHHAAASSS!" Snowy melotot penuh peringatan.
Bibir Aghas berkedut geli. "Lo selingkuh sekali, gue bakal selingkuh sepuluh kali!"
"AGHAS! AWAS AJA!" Snowy meronta, berguling di atas kasur agar lilitan selimutnya lepas.
Gemas! Tidak kuat! Aghas akhirnya menerjang Snowy lalu memeluknya erat. Tidak dia lepaskan pelukan itu walaupun Snowy meronta dan berteriak kehabisan napas. Cowok itu menciumi seluruh permukaan wajah Snowy dengan bibirnya. "Awas aja kalau lo selingkuh, gue hamilin lo besoknya!" ancam Aghas serius.
***
08 Januari 2022
10K komen buat update besok 🦋
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top