BEFUDDLES || 44

Anyeeeoonggg 🥰

BACA SAMPU BAWAH YA!

ARUNIKA'S WORLD (Emak bapaknya SNOWY)

SHAGA (Emak Bapaknya AGHAS)

****

BIBIR Aghas berkedut geli ketika melihat lagi-lagi Radhit meneleponnya. Dia tidak mau menjawab telepon itu karena suaranya pasti akan membangunkan Snowy yang kini tertidur pulas di pelukannya.

Iya, di pelukan Aghas.

Di kasur Aghas.

Di kamar Aghas yang lampunya temaram.

Tenang, Snowy tidak masuk secara ilegal alias menyeludup. Gadis itu di perbolehkan masuk oleh Shaga juga Hazel atas persetujuan Radhit dan Arunika juga.

Malah Radhit langsung yang mengantarkan Snowy ke rumahnya di antar Winter tadi sore.

Bukan tanpa alasan tentu saja, sejak Snowy di perbolehkan pulang dari rumah sakit kemarin. Snowy justru kesulitan untuk tidur. Gadis itu akan sering terbangun karena mimpi buruk atau bahkan terbangun karena suara-suara kecil seperti misalnya suara sapu yang bersentuhan dengan lantai pun Snowy terbangun.

Dan gadis itu akan kesulitan tidur setelah terbangun ketakutan, malam kemarin Snowy full begadang dan hanya melamun di temani Aghas lewat telepon. Tidak ada pembicaraan, Snowy hanya diam dan dia merasa tenang juga nyaman hanya karena mendengar suara napas Aghas semalaman.

Dan hanya dalam semalam itu, tekanan darah Snowy turun drastis. Kondisi badannya cukup buruk, maka tadi sore sepulang sekolah, Aghas mampir sebentar untuk menjenguk.

Siapa sangka, justru saat Snowy memeluknya sebentar dengan alasan rindu, gadis itu malah tertidur pulas dalam hitungan menit. Cukup pulas sampai saat Aghas membopongnya untuk di pindahkan ke kamar, Snowy masih lelap tertidur. Namun tepat ketika punggung gadis itu menyentuh kasur saat itu juga Snowy terbangun.

Gadis itu merengek ingin tidur dengan Aghas, seperti biasa, Snowy memberikan berbagai alasan agar keinginannya di kabulkan. Dan entah karena kasihan atau mungkin khawatir Snowy benar-benar sulit tidur jika tidak di peluk Aghas seperti alasan yang gadis itu berikan, akhirnya Radhit mengijinkan Snowy menginap di rumah Aghas.

Maka di sini lah mereka sekarang, Aghas setengah berbaring dengan punggung bersandar kepala dipan sementara Snowy tidur dalam dekapannya.

Sebelah tangan Aghas memegang ponsel sementara tangan yang lain membelai punggung Snowy, cowok itu sedang mencoba mengetik balasan untuk Radhit, cukup kesusahan karena hanya memakai satu tangan.

"Ck, malah nelepon, nggak sabaran banget," decaknya saat Radhit lagi-lagi menelepon. Dia reject telepon itu lalu cepat-cepat mengetikan balasan yang memberitahukan bahwa Snowy sudah tidur. Lengkap dengan tambahan bahwa Snowy tidur di pelukannya bukan di bawahnya.

Aghas simpan ponsel di nakas lalu pelan-pelan membaringkan tubuh Snowy untuk rebah di kasur, gadis itu sempat membuka mata sambil menggumam namun kembali tidur karena usapan ibu jari Aghas di pangkal keningnya.

Cowok itu tersenyum, memerhatikan Snowy yang tampak lucu tergulung selimut. Gadis itu seperti bola salju yang ingin Aghas gelindingkan kalau saja dia tega. Sayangnya, Aghas tidak tega.

"Gue keluar bentar, ya. Nanti gue peluk lagi." Aghas mengusap rambut Snowy sekilas lalu keluar dari kamar setelah menyakui ponselnya.

Aghas berjalan menuruni tangga, dia mendengkus saat melihat Shaga yang terlihat berusaha mencium Hazel namun wajahnya selalu di jauhkan oleh mamanya itu. "Hei! Keciduk kalian!" tegur Aghas persis seperti nada suara Shaga saat menciduknya. "Di kamar, di kamar, keciduk Giselle nanti."

Shaga sempat terkejut, lalu menyengir sementara Hazel tersenyum kecil saja. "Ke mana bang?"

"Ke rumah Snowy."

"Lho? Bocah gendeng itu di sini, kan? Ngapain kamu ke sana?" Shaga keheranan.

"Om Radhit suruh ke rumahnya, nggak tahu ada apa," jelas Aghas.

Shaga sontak berdiri. "Papa temani."

"Nggak usah."

Pria itu menggeleng. "Ayok Papa temani," katanya keras kepala. Shaga hanya khawatir kalau Aghas di tuntut untuk bertanggung jawab karena nyosor Snowy terus. Bisa berabe kalau Aghas pergi sendiri tidak di dampingi, bisa-bisa nanti pas keluar dari rumah Radhit, bawa kabar tanggal pernikahan.

Aghas mengangguk, kedua lelaki itu keluar dari rumah menuju rumah Radhit. Ternyata pintu rumah mewah itu sudah terbuka dan ada Erfan yang berjaga di depan. "Papi mana Fan?"

Erfan menatap Aghas sebentar, lalu kembali menekuri ponsel sambil menunjuk lantai atas. Aghas mendengkus, cowok itu lalu masuk ke dalam di ikuti Shaga.

"Bang, kamu kok tahu itu Erfan? Papa nggak bisa bedain loh. Kalau Winter sama Summer papa bisa bedain, karena mereka wajahnya ga terlalu sama."

"Kalau Erfan wajahnya dingin, matanya sinis. Nggak pernah mau ngomong. Kalau Erhan, wajahnya lembut, suka nyapa duluan, nggak pelit senyum," jelas Aghas. "Kalau Papa ketemu mereka terus ada yang nyapa duluan sambil senyum, ya berarti itu si Upin."

"Upin siapa?"

"Upin Erhan, Ipin Erfan. Snowy sama abangnya manggilnya begitu."

"Oh." Shaga mengangguk-angguk paham. "Kamu ini, hapal betul keluarga Hengkara, mau cepet-cepet masuk keluarga ini hah?" pria itu mendorong-dorong bahu Aghas sambil terkekeh.

"Ghas!" Aghas yang di panggil tetapi Shaga juga ikutan menoleh, mereka berbarengan menengok ke belakang dan mendapati Summer tengah berlari kecil menuju mereka.

"Ghas, cara mutusin cewek gimana?"

"Nggak tahu."

"Ghas buru."

"Gue belum pernah mutusin cewek monyet, gue nggak tahu," decak Aghas. "Cewek yang mana lagi, sih?" Untuk info saja, semenjak menjauh dari Liona, Summer sekarang menjadi playboy. Dalam satu minggu kemarin cowok itu sudah memacari tiga cewek sekaligus.

Summer mendelik, "Cewek yang baru tiga hari gue pacarin. Si Napi. Ribet anjir pacaran sama cewek alay gitu, gue mau putus aja." Lalu Summer menatap Shaga. "Om buru om kasih tahu, cara mutusin cewek alay gimana?"

"Ceweknya kayak gimana?"

"Cantik, miskin."

Bibir Shaga berkedut. "Ya udah gampang, kamu putusin aja."

"Dia nya nggak mau, malah ancam mau sebarin gosip kalau aku hamilin si Naila."

"Naila siapa?" tanya Aghas.

"Kucing si Napi, bangsat emang itu kucing, baru nginap sehari di sini udah hamil sama si Cucut," gerutu Summer.

Shaga tertawa sambil menabok lengan Summer dengan brutal. "Ngakak anjir," katanya seperti remaja saja. "Ya udah si Napi kan miskin, kamu kasih duit aja kalau dia nggak mau putus, di jamin langsung mau."

"Ah iya bener!" Summer menjentikan jari. "Kasih dua juta buat putus cukup kali ya?"

"Cuku-cukup, gih buru putusin."

"Siap, thanks om." Summer pergi begitu saja.

Aghas memutar bola mata, kemudian dia masuk ke dalam lift dan menekan tombol angka lima. Tidak lama, mereka sampai di lantai itu, berjalan sedikit menuju Studio Winter, Aghas membuka pintunya dan mendapati Radhit ada di sana sedang memangku gitar di temani Arunika.

"Om, Tante."

"Masuk Ghas." Arunika menyambut dengan senyum hangat. "Eh Papa Shaga ikut juha ternyata."

Shaga nyengir. "Takut ini anak tiba-tiba ngelamar Snowy, makanya saya temenin."

Arunika terkekeh. "Gih masuk." Wanita itu membuka pintu lebih lebar, Arunika kemudian keluar dari sana meninggalkan Radhit, Aghas juga Shaga.

Aghas duduk dengan Shaga bersisian di cabinet pendek yang merangkap jadi sofa, sementara Radhit duduk di single sofa yang biasanya di pakai duduk oleh Snowy.

"Jadi Ghas, Om nggak akan bertele-tele," kata Radhit, wajah pria itu sangat serius membuat Aghas terserang gugup diam-diam.

Radhit tidak akan menyuruhnya putus dengan Snowy, kan?

"Duh, apaan Mas Adhit, saya jadi dugun-dugun," ucap Shaga.

Radhit menghela napas. "Kalian tahu, kan, Snowy trauma lagi. lebih parah dari sebelumnya, sebenarnya. Tetapi karena dia udah besar, dia bisa sembunyikan traumanya itu."

Shaga dan Aghas mengangguk. "Jadi?"

"Jadi om pikir, Snowy butuh perawatan dari dokter terbaik. Mentalnya terguncang. Dia trauma sekaligus merasakan sedih mendalam atas kepergian Argus. Snowy jauh dari kata baik-baik aja, jadi Om pikir, dia harus di tangani secepatnya."

Aghas mengangguk. "Ke luar negeri?" tebaknya.

Dengan berat hati Radhit mengangguk. "Australi, rumah sakit terbaik di sana yang pernah jadi tempat tantenya di rawat belasan tahun," beritahu pria itu. "Rencananya besok pagi berangkat."

"Besok pagi?" Jujur saja Aghas terkejut.

"Om nggak akan biarin Snowy menderita lebih lama." Radhit menatap Aghas dengan pendar hangat, ada rasa bersalah di bola mata kecoklatan itu. "Kamu ... nggak keberatan, kan?"

Mana mungkin Aghas keberatan?

Snowy butuh perawatan, gadis itu harus sembuh. Jadi, mana mungkin Aghas keberatan.

Jujur saja, Aghas kini merasakan hatinya bergejolak. Dia sedikit merasa senang dan lega, karena Radhit mau menanyakan pendapat juga perasaannya.

Aghas merasa, Radhit sudah menganggap Aghas seperti dia sungguhan calon menantu pria itu.

"Ghas, jangan egois." Shaga menggeleng kepala, pria itu salah paham karena Aghas hanya diam. "Snowy harus sembuh."

Aghas mengangguk. "Aku nggak keberatan, Om."

"Om tahu, kamu nggak mungkin keberatan, tapi masalahnya...."

"Snowy pasti keberatan," gumam Shaga.

"Nah itu." Radhit membenarkan. "Dia pasti nggak mau jauhan sama kamu." Pria itu terkekeh. "Maaf ya Ghas, kalau Snowy merepotkan dan nyebelin. Kamu pasti kewalahan karena dia terus ngikutin kamu kemana pun."

Mata Radhit berubah sendu dalam hitungan detik. "Snowy itu ... terlalu ketakutan di tinggalin orang yang dia sayang sebenarnya," katanya dengan senyum getir. "Luka yang di buat Liona terlalu dalam dampaknya. Snowy sampai takut berteman, dan sekalinya punya teman dia takut di tinggalkan. Jadi, anak itu memilih bersikap menyebalkan dan kasar. Hanya agar orang-orang menjauhi dia. Dia memilih untuk nggak berteman daripada nanti di tinggalkan lagi.

"Bertahun-tahun dia sendirian, Ghas. Paling hanya di temani Winter dan Summer juga Reifan. Dia nggak punya teman cewek, sampai akhirnya perlahan traumanya sembuh. Di SMA baru mau berteman lagi sama Sherin, Stasia dan Sahara. Tapi ternyata..." Radhit menjeda, kepalanya terdongak ke atas. "Dia di tinggalkan lagi dan lebih parahnya di sakiti raga juga mentalnya. Dan lagi-lagi Liona terlibat di dalamnya."

"Om nggak tahu, sesakit apa hatinya sampai dia menangis setiap tidur. Om nggak tahu, dia setakut apa sampai tidurnya kebangun hanya karena suara-suara kecil. Om...." Radhit mengela napas, menyeka sudut matanya yang sudah berair. "Snowy pasti ketakutan buat ngelanjutin hidup."

"Jadi ... om mau dia sembuh, mau dia pulih sepenuhnya. Om mau dia lupa dengan rasa sakit yang pernah dia alami. Om mau dia bahagia tanpa sedikitpun air mata." Radhit menatap Aghas. "Om butuh bantuan kamu, cuma sama kamu dia bakal nurut. Karena sekarang, kamu segalanya buat Snowy."

Aghas mengangguk. "Nanti aku coba bicara sama Snowy om."

"Berapa lama kira-kira Snowy di sana?" tanya Shaga.

"Seruni bilang, paling sebentar tiga bulan. Paling lama maksimal dua tahun. tergantung Snowy sendiri," jelas Radhit. "Kamu nggak apa-apa, berhubungan jarak jauh?"

"Nggak apa-apa, Om."

"Kamu nggak selingkuh, kan?"

Bibir Shaga berkedut geli. "Dia? Selingkuh? Mungkin gunung tangkuban perahu bakal ubah posisi jadi terlentang kalau si Aghas selingkuh," katanya tertawa. "Mas Adhit, Aghas baru pertama kali pacaran, itupun karena di pepet terus sama Snowy. Anak ini nggak mungkin selingkuh, saya bahkan sempat curiga kalau Aghas homo atau nggak takut sama perempuan. Tapi ternyata, perempuan nya yang malah takut deketin dia."

Aghas mendengkus menanggapinya.

"Kamu janji nggak akan selingkuh dari Snowy?" todong Radhit. "Aghas, kamu harus janji sama saya. Kamu nggak akan selingkuh, kan? Karena kalau kamu sedikit aja mikirin perempuan lain selain Snowy di kepala kamu itu, atau bahkan deketin cewek selain Snowy, saya nggak akan pernah kasih maaf dan kasih restu buat kamu."

Aghas menghela napas. "Iya, janji," katanya malas. Padahal, tanpa di buat janji pun Aghas tidak akan selingkuh.

Selingkuh itu merepotkan menurutnya. Untuk apa coba? Untuk main-main? Biar kelihatan cowok lakik? Ck, Aghas tidak seperti itu. Dia justru bakal repot dan akan merasa lelah jika selingkuh.

Jika dia berselingkuh, otomatis dia akan banyak berbohong. Dia akak kerepotan membagi waktu, belum lagi jika nanti ketahuan, Aghas harus meminta maaf ribuan kali pada Snowy. itupun kalau di beri maaf, kalau tidak? konsekuensinya Aghas akan menyesal seumur hidup karena kehilangan Snowy.

Jadi ... berselingkuh dari Snowy sama sekali tidak ada di kamus hidup Aghas.

"Om pegang janji kamu." Radhit menatap Aghas penuh peringatan.

Aghas mendengkus diam-diam. "Besok berangkat jam berapa?"

"Take off jam empat pagi, maksimal paling telat jam setengah tiga udah di bandara."

Aghas melirik jam di dinding, pukul sembilan malam, itu artinya dia punya waktu empat jam dengan Snowy sebelum gadis itu siap-siap untuk pergi.

"Om minta tolong, bujuk Snowy biar mau pergi, ya Ghas?" pinta Radhit penuh harap.

"Aku coba bicara om." Aghas mengangguk lalu bangkit. "Kalau gitu, aku pulang dulu."

Radhit dan Shaga ikut berdiri, dua pria itu mengikuti langkah Aghas kemudian masuk ke dalam lift yang membawa mereka turun.

"Ghas." Panggil Radhit ketika mereka sampai di teras depan. Pria itu merogoh saku celananya, mengeluarkan sesuatu dari sana dan memberikannya pada Aghas. "Bujuk Snowy pakai ini."

Aghas menunduk, menatap benda di telapak tangannya lalu mengerjap bingung. "Om..."

"Nggak ada lagi laki-laki yang bisa saya percaya buat jaga Snowy selain kamu." Radhit tersenyum, dia tahu bahwa Aghas lah melindungi Snowy akhir-akhir ini.

Radhit tahu, Aghas kena skorsing karena menonjok Adit hingga cowok itu terluka parah sampai di larikan ke rumah sakit. Radhit juga tahu, Aghas mendorong Liona ke kolam hanya karena ingin membalas rasa sakit Snowy sepuluh tahun lalu, Radhit juga tahu, bahwa Aghas memberikan pelajaran pada Sherin, Stasia dan Sahara di kejadian waktu lalu.

Dari sana, Radhit tahu bahwa Aghas pantas benar-benar menyayangi Snowy, dan dia percaya bahwa Aghas bisa menjaga putrinya dengan baik.

"Simpan dengan baik, itu bukti kalau Om dan tante merestui kamu dan Snowy."

***

07 Januari 2023

ITU DIA AU Bag Girl and The heartbreaker. Ini ceritanya Summer dan Raizel yaa 🥰

Kalau mau baca kelanjutannya cus ke Instagram aku @Destharan ^^ Au nya ada di feed ih yaa, nggak di twitter soalnya banyak yg nggak punya twitter ternyata

Cari akun IG aku @destharan nanti di profil ada sororan cerita/highlight yang ini 👇🏼

Baca di sana karena aku bakal update tiap hari.

Jangan lupa follow, like dan komen  di sana yaa 🥰

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top