BEFUDDLES || 31

Anyeoongg

Semoga nggak gangguan yaa 🥲

Btw di sini ada pendatang baru di lapak aku kah?

Atau penghuni lama semua? 🥰

Btw, udah follow akun wattpadku?
Kalau belum, yuk mari falaawwww

3K komen buat update besok 👯‍♀️

***

SNOWY turun dari mobil Aghas dan di sambut banyak tatapan dari siswa-siswi. Well, sudah tidak heran, jadi Snowy abaikan. Gadis itu tersenyum saat puncak kepalanya di sentuh oleh Aghas. Cowok itu akhir-akhir ini banyak melakukan kontak fisik. Mengacak rambut, mencubit pipi, menyentil dahi, mencium tangan, memeluk dan yang lebih sering adalah mencium bibir.

Apa Snowy keberatan?

TENTU SAJA TIDAK!

"Gue antar ke kelas," kata Aghas saat mereka melangkah bersisian.

Snowy menggeleng. "Gue mau ke basecamp dance dulu, mau ambil uniform sama sepatu yang Papi gue beliin."

"Ya udah ayok." Aghas tidak akan membiarkan Sbowy pergi sendiri, apalagi saat tahu gadis itu akan mengunjungi sarang trio burik. "Mereka lomba hari apa?"

"Hari Minggu, makanya seragamnya mau gue ambil sekarang. Sengaja di waktu mepet, biar mereka pusing cari seragam," jelasnya dengan tawa, Snowy lalu melirik Aghas. "Apa gue jahat menurut lo?"

Aghas mengangguk. "Lo jahat tapi gue suka." Cowok itu menatap Snowy, tidak di mata, tetapi di bibir yang masih terlihat bengkak walau tidak separah tadi.

Sadar kemana tatapan Aghas berlabuh, Snowy segera melipat bibirnya ke dalam. Dia melotot penuh peringatan, yang hanya di tanggapi oleh Aghas dengan seringai nakal.

Mereka sampai di basecamp, ternyata Sherin, Stasia, juga Sahara ada di sana. Mereka menyambut kehadiran Snowy dengan tatapan tajam dan benci. "NGAPAIN LO MASUK KE ... sini?" kalimat Sherin yang semula dengan nada tinggi menjadi lemah di akhir ketika sosok Aghas muncul di belakang Snowy.

Cowok itu hanya diam dengan sorot mata tajam, membuat suasana menjadi tegang.

Snowy mendengkus kepada tiga orang itu, bersikap abai, dia berjalan menuju rak di sudut ruangan lalu menarik travel bag berukuran besar dari sana. "Lo mau ngapain?!" Sahara mencekal pergelangan tangan Snowy yang langung di tepis kasar oleh si pemilik.

"Ini punya gue."

"Ini punya anak dance!" seru Stasia

"Gue yang beli ini dari duit bokap!" Snowy balas menyentak, kemudian keempat cewek itu menoleh saat Coach mereka –Daniela—masuk ke ruangan. "Lo bisa tanya sama coach!"

"Kenapa princess?" Daniela mendekat, wanita itu menatap travel bag yang Sbowy jinjing. "Ada apa?"

"Coach, kasih paham tiga orang miskin ini, bilang sama mereka siapa yang udah kasih fasilitas mewah di club ini?" tanya Snowy, pipi gadis itu menggembung kesal sementara matanya memicing tajam.

Terlihat seram di mata orang lain, tapi di mata Aghas gadis itu terlihat menggemaskan sehingga cowok itu mengusung senyum geli.

"Ini di belikan sama Papinya Snowy," jelas Daniela membuat ketiga orang itu terdiam seketika. Baik Sherin, Stasia maupun Sahara, tidak tahu bahwa Snowy lah yang selama ini memfasilitasi mereka. "Kenapa memang?"

"Aku mau bawa semua barang yang Papi beliin. Seragam sama sepatu," jawab Snowy, lalu mata gadis itu beredar menatap isi ruangan. "Aaah apa AC itu harus aku bawa juga?"

Daniela terlihat kaget. "Kok di bawa sayang? Kenapa?"

"Aah aku lupa bilang, aku udah bukan captain di sini lagi. apa Sherin nggak laporan?"

Daniela menatap Sherin penuh tanya, namun gadis itu hanya menunduk ketakutan. "Bukan captain di sini lagi maksudnya gimana?"

"Aku udah out dari sini, mereka udah nggak butuh aku katanya," jelas Snowy, melirik ketiga gadis yang sekarang terlihat seperti curut kebasahan. Hanya diam dan tampak ketakutan.

"Kalian berantem?" tebak Daniela. "Itu urusan pribadi kalian, jangan di bawa-bawa ke sini. Kalian bisa selesaikan dengan kekeluargaan."

Snowy berdecih. "Kekeluargaan? Sorry coach, tapi aku sama mereka bukan keluarga," tandasnya tajam, raut Snowy terlihat jijik saat menatap ketiga penghianat itu. "Dan karena ini masalah pribadi, jadi aku akan keluar dari sini bawa barang-barang pribadi."

Daniela memegang kepalanya yang seketika berdenyut sakit. Jika Snowy mencabut semua fasilitas yang di berikan oleh Radhit, maka ekskul dance ini tidak akan ada bagus-bagusnya.

Sebenarnya dari pihak sekolah sudah memberikan anggaran biaya untuk membeli seragam serta kebutuhan lainnya, namun, biaya dari Sekolah tidaklah besar, sementara untuk satu stel uniform saja, mereka harus mengeluarkan biaya jutaan kalau ingin mendapat kualitas yang baik.

"Princess, coba di pikir lagi. Kamu kan sayang banget sama dance. Masa mau keluar gitu aja? Setelah kamu berjuang keras dan berhasil bawa dance SMA kita di pandang banyak orang, kenapa kamu malah mau keluar?"

Snowy menghela napas. "Maaf coach, tapi keputusanku udah bulat."

Daniela tampak gamang, dia berdecak kesal saat melihat Sherin, Stasia dan Sahara yang hanya diam. "Mm ... kalau gitu ... nggak apa-apa kalau kamu memang udah nggak mau di sini ... tapi ... tapi, apa boleh kita pinjam dulu uniform ini sampai minggu depan?" pinta Daniela.

Snowy mengangguk. "Boleh," katanya membuat Daniela dan tiga gadis itu mendongak penuh harap. "Dengan syarat, mereka harus memohon dan berlutut di kaki aku."

"GILA LO!!" Sherin membentak tak terima. "Gue nggak nyangka lo—"

"Kalau kalian nggak mau, ya udah nggak apa-apa. Kan, gue nggak maksa." Snowy mengedikkan bahu cuek.

Daniela mengetatkan rahang, dia menatap tajam pada Sherin juga dua lainnya. "Kalau kalian nggak mau, itu artinya kalian sendiri yang harus beli uniform. Sekolah pasti nggak akan kasih biaya lagi, apalagi kalau waktunya mepet begini."

"Mmppt." Snowy menahan tawa. "Mereka? Beli uniform? Buat SPP bulan depan aja mereka ketar-ketir coach."

Ketiganya hanya diam, mereka marah di rendahkan seperti ini, tapi sialnya mereka tidak bisa melakukan apa-apa.

Snowy mendengkus. "Aghas, tolong bawain." Gadis itu memberikan travel bag pada Aghas, lalu Snowy mengangguk pada Daniela. "Aku pamit Coach."

Snowy berjalan keluar dari ruangan itu sementara Aghas mengikuti di belakangnya membawa travel bag tersebut. mereka baru saja melewati ambang pintu ketika suara Stasia terdengar. "Gue bakal lakuin yang lo mau," ucapnya lirih.

Snowy berbalik badan dan tersenyum senang.

Stasia menekuk lutut, dia bersimpuh, menatap Snowy datar. "Tolong, kasih pinjam uniform itu sebentar," pintanya.

Sherin dan Sahara terbelalak melihat Stasia begitu, namun mereka tahu, mereka tidak punya pilihan. Mereka tidak mungkin bisa bertanggung jawab mengganti semua yang telah Snowy ambil.

Mereka juga tahu betul watak Snowy, gadis itu tidak sedang bermain-main. Snowy juga keras kepala, dia tidak akan memberikan uniform itu sebelum keinginannya terkabul.

Maka dengan hati yang marah juga harga diri yang terinja-injak, Sherin dan Stasia akhirnya ikut berlutut. Membuat Snowy menyeringai walau sebenarnya hati gadis itu sedikit tidak tega. "Kita minta maaf sama lo, dan tolong, jangan ambil dulu uniform itu."

Snowy mengangguk. "Well, karena kalian kelihatan menyedihkan, gue kasih pinjam." Gadis beriris coklat terang itu melirik Aghas, meminta cowok itu memberikan kembali travel bagnya.

Aghas mendengkus kecil, alih-alih memberikan tas itu, dia malah berjalan menuju bak sampah di pinggir koridor. Dia buang tas itu ke tanpa ekspresi apapun . "Silakan ambil sendiri."

Snowy sempat terkejut beberapa detik sebelum menahan tawa dengan cara mencapit hidugnya sendiri. Gadis itu lalu keluar di tarik Aghas, dan tawanya meledak saat berhasil menjauh dari basecamp dance.

Sherin, Stasia juga Shara menatap nanar pada bak sampah itu. Air muka mereka tentu terlihat keruh dan memerah. apalagi saat mereka mencoba mengambil tas itu, ada tawa mengejek dan bisikan-bisikan yang terdengar dari siswa-siswi yang berkumpul di sisi lapangan.

Sialan. Mereka di permalukan untuk ke sekian kali.

Sherin mencengkeram erat ransel di tangannya, tatapan penuh benci dia berikan kepada Snowy yang tengah berjalan sambil tertawa di rangkul Aghas. "Gue bener-bener bakal balas semua yang udah lo lakuin Snowy. Gue pengen dia mati."

Sementara di selasar menuju kelas IPA, langkah Snowy dan Aghas di hentikan oleh Mareghra, si ketua osis Saditantra yang terkenal jutek, galak dan tidak ada manis-manisnya. Cowok jangkung itu menatap Snowy sebentar, lalu saat melirik Aghas, Mareghra sedikit terkesiap karena cowok itu menatapnya sangat tajam.

"Kenapa?" tanya Snowy. Si ketua OSIS itu hanya akan datang pada orang-orang yang sedang dia butuhkan. Dan Snowy tidak tahu, hal apa yang Mareghra butuhkan darinya.

"Gue dengar lo keluar dari dance."

"Mm."

"Tapi buat pembukaan Pensi Kamis depan, anak buah lo nggak batal tampil, kan?"

Snowy menghela napas. "Gue nggak tahu, tapi kayaknya mereka bakal tampil, ada atau nggak ada gue."

"Oke." Mareghra mengangguk. "Karena lo nggak tampil apapun dan nggak ikut lomba, gue minta lo nyanyi di pembukaan Pensi."

"Hah?" Snowy tercengang.

"Lo budeg?"

"Watch your fucking mouth." Aghas menarik Snowy untuk mundur selangkah, tatapan cowok itu semakin tajam menghunus pada cowok di depan mereka.

Mareghra mendengkus. "Gue di minta Bapak Kepsek buat minta band lo tampil di pembukaan Pensi. Ini usul dari para guru juga murid, karena mereka tahu lo jago nyanyi," jelasnya. "Bapak Kepsek nggak suka di bantah, begitupun gue. So, lo siapin aja lagu yang bakal lo bawa."

Snowy melengos. "Band apa yang lo maksud?"

"Ini." Mareghra memperlihatkan layar ponselnya, ada sebuah Video di mana Snwoy sedang bernyanyi di iringi oleh Winter, Summer dan Reifan. Itu adalah Video lama, namun dua hari kemarin Reifan mengunggahnya di Instagram.

"Gue oke-oke aja, tapi nggak tahu kalau mereka. Nanti gue bicarain dulu, kalau mereka oke, gue kabarin lo," ucap Snowy. "Sekarang, lo minggir, gue mau lewat."

***

Aghas memutar bola mata ketika Reifan, bersama si kembar menghampiri meja yang kini di duduki oleh dirinya dan Snowy. Jam istirahat pertama, pacarnya itu mengajak untuk beristirahat di kantin padahal mereka membawa bekal yang sudah Hazel siapkan.

Jika tahu kalau si dedemit akan ikut juga, Aghas mungkin akan menolak untuk ke sini tadi. Sialnya lagi, mereka duduk di meja yang lebar dan panjang, yang mana hanya di isi oleh mereka berdua, membuat Aghas tidak punya alasan untuk mengusir Reifan.

"Makan apa?" Winter duduk di sisi kanan Snowy sementara Summer di sisi kirinya.

Tidak ada tempat lain untuk Reifan selain bangku kosong di sisi Aghas. Jadi cowok itu hendak duduk di sana, tetapi Aghas lebih dulu menyimpan wadah tupperware di sana.

Snowy mengerjap melihat kelakuan Aghas itu. "Ghas, jangan simpan di situ. Si Reifan mau duduk itu," katanya memberitahu kalau-kalau Aghas tidak melihat Reifan ada di sisinya.

"Cari meja lain." Aghas membalas tenang, sedikitpun tidak menoleh pada Reifan yang kini memendam kesal.

Summer menggaruk belakang lehernya, sepertinya dia paham. Si Aghas tidak mau duduk bersisian dengan mantan dari kekasihnya sekarang. "Biar gue duduk situ Rei, lo di pinggir Snowy."

Sontak saja Aghas melotot, dia menatap tajam pada Summer. Namun yang di tatap hanya berkedip tak mengerti. Takut kalau Reifan duduk di sisi Snowy, Aghas segera mengambil kembali wadah tupperware itu. "Nyusahin."

Dengan dengkusan keras, akhirnya Reifan duduk di sisi Aghas. Snowy yang duduk tepat di seberang mereka menjadi lebih leluasa memerhatikan dua cowok itu. "Lo ke banting banget Rei kalau duduk sisian sama cowok gue," celetuk Snowy.

Summer tertawa. "Gitu-gitu juga lo pernah bucin sama dia!" cowok itu menyikut lengan Snowy jahil.

Aghas mendengkus mendengarnya, membuat Reifan menoleh dengan alis terangkat. "Yang di bilang Summer itu bener."

"Jangan bilang cewek gue pernah bucin ke lo, kalau lo belum pernah di paksa buat peluk dia semalaman," ucap Aghas membuat semua yang di sana terdiam termasuk Snowy. "Belum pernah, kan?"

"Maksudnya?" Winter melirik Snowy yang terlihat gugup. "Lo tidur bareng dia?"

"Itu pas gue—"

"Mm, semalaman." Aghas menyela datar. "Kenapa? Syok?" tanyanya pada Winter.

"Itu pas gue mimpi buruk, makanya minta Aghas pelukin semalaman," jelas Snowy tidak ingin membuat dia terlihat seperti gadis cabul.

Reifan terdiam, menahan gejolak cemburu yang kini memenuhi hatinya.

"Woaahh, lo nggak di apa-apain sama adek gue, kan?" tanya Summer membuat Snowy memberikan tamparan keras ke pahanya. "Soalnya dia agresif."

Aghas menguyah makanannya dengan santai, membuat Winter juga Reifan penasaran menanti jawaban. "Rahasia," ucap Aghas.

"Jangan berani macam-macam sama dia," peringat Winter tajam.

Aghas mendengkus, harusnya yang di berikan peringatan itu adiknya bukan dia.

"Oh iya, gue tadi papasan sama si Ketos, dia ada bicara sama gue, katanya kepala sekolah minta kita tampil buat pembukaan Pensi Kamis depan. Gimana, kalian mau nggak?"

"Semua keputusan ada di lo, kalau lo mau, kita nggak keberatan," jawab Summer di setujui Winter dan Reifan walau mereka diam.

Keinginan Snowy adalah kewajiban yang harus mereka penuhi. Begitulah kira-kira moto di dalam pertemanan mereka.

"Oke deh, gue ambil aja. Seru juga kalau tampil. Lo juga ikut ya Ghas, gue mau lo yang jadi gitaris," pintanya pada Aghas.

Cowok itu mengangguk saja. Jika Snowy yang meminta, apapun akan dia lakukan.

"Lo yang tentuin lagu apa aja yang mau di bawa, besok kita mulai latihan karena waktunya mepet," cetus Winter.

"Eh lihat, tuh, Pak Mansyur kepalanya botak." Summer menunjuk security yang sedang berdiri di kedai bakso.

"Dia mah emang selalu botak kali," sahut Reifan tidak begitu peduli karena dia fokus pada ponsel.

"Kenapa coba, orang yang kepalanya botak selalu bahagia?" tanya Summer memerhatikan Pak Mansyur yang kini tergelak tawa di sana. "Karena mereka selalu bercukur," jawabnya kemudian.

"Bersyukur tolol!"

Summer nyengir, lalu memerhatikan Snowy yang sedang meneguk pop icenya. "Minuman apa yang suka ngeluh kelelahan?" semua diam karena tahu Summer akan menjawab pertanyaannya sendiri. "Nescape anjir!" Summer tergelak tawa sendirian membuat yang lain mendengkus.

"Hewan, hewan apa yang selalu benar?" tanya Summer lagi.

"Hewan betina, lah. Apalagi," decak Reifan.

"Salah. Hewan yang selalu benar adalah kucing Ga wrong."

"Bacot!"

Summer masih tertawa, cowok itu bahkan memukul-mukul meja secara brutal. "Nih masih ada, telor, telor apa yang bikin kaget?"

"Telur buaya."

"Salah anjir, telor yang bikin kaget itu telor DAR DAR!" ucap Summer sambil memperagakan orang menembak.

Snowy memutar bola mata sementara yang lain tetap memasang wajah sama. Datar.

"Ah nggak asik kalian!" Summer bedecak sebal.

Aghas berdeham. "Kenapa lumba-lumba di sebut hewan paling pintar?" tanyanya, semua mengerjap keheranan karena mau-maunya Aghas ikut bersuara. "Nggak tahu?"

Semua kompak menggeleng.

"Lumba-lumba di sebut hewan paling pintar, karena kalau yang tolol itu lo," ucap Aghas pada Summer. "Dan lo," lanjutnya melirik Reifan.

Bibir Winter berkedut geli sementara Snowy sudah tergelak tawa membuat seluruh perhatian pengunjung kantin tertuju pada meja mereka. "Ih sayang, kalau bicara suka bener deh!" seru Snowy puas.

Aghas mengerjap, cowok itu lalu menipiskan bibir agar senyum bodohnya tidak terbit karena panggilan sayang itu.

Summer melempar satu biji sukro yang baru saja dia buka tepat mengenai lengan Aghas. "Sialan! Nggak lo nggak si Snowy, suka banget ngatain orang tolol. Bangsat sekali pasangan ini."

Snowy terkekeh, lalu gadis itu merogoh saku roknya ketika ponselnya bergetar. "Papi telepon," beritahunya. Snowy angkat panggilan itu kemudian mengaktifkan pengeras suara. "Halo, Pi?"

"Princess, Papi jemput sekarang, kita harus pergi ke rumah sakit tempat Om Argus di rawat."

*** 

***

SPAM SNOWY DI SINI ☃️

SPAM SNOWMAN DI SINI⛄️

PAPAAAYY 😚

21 Desember 2022

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top