BEFUDDLES || 28
Anyeeoonggg
Maapkan karena telat update sehari, aku agak nggak srek setelah membaca ulang bab 28 yang di ketik sebelumnya, empat kali aku ubah bab 28, jadi baru selesai pagi ini huhu
Happy reading!
***
LIONA tertegun, menatap Snowy yang masih tersenyum miring di depannya. Dada gadis itu sesak, masih terinjak. Kepalanya pusing, bayangan hitam putih terasa berputar di kepalanya. "S-sakit," ucapnya.
Snowy menekan kakinya semakin kuat. "Sakit? Kenapa, hm? mulai ingat apa yang pernah lo lakuin ke gue dulu?" tanyanya dengan sorot mata penuh luka. "Bagus, udah waktunya lo ingat karena gue udah muak sama tingkah lo yang ngerasa paling tersakiti sendirian!"
Melihat Liona yang tampak kesusahan bernapas dan mulai menangis, Snowy terpaksa menyingkirkan kaki di dada gadis itu. Liona yang terbatuk hebat segera di hampiri oleh Sherin, Stasia, juga Sahara.
"Snow! Lo keterlaluan! Lo hampir bikin Liona mati!" ucap Stasia.
Snowy melengos malas. "Jangan ikut campur masalah orang lain, mending lo pikirin cara bayar SPP bulan besok gimana!"
Stasia langsung bungkam, gadis itu membantu Liona untuk berdiri, lalu tanpa mengatakan apa-apa, kawanan burik itu pergi dari kantin.
Snowy alihkan tatapan pada pengunjung kantin, mereka sontak memalingkan wajah dan bubar. "Bangsat," umpat gadis itu lirih.
Winter, Summer dan Reifan langsung mendekat, menatap Snowy dengan kengerian yang tercetak jelas di wajahnya. "Napa lo?!" todong Snowy pada Summer dan Reifan. "Mau gue cekek?"
"Ampun bos." Summer mengangkat kedua tangan, sementara Reifan hanya menyengir seperti orang tolol.
Winter merangkul Snowy, menggiringnya untuk kembali ke meja. "Minum." Cowok itu memberikan susu coklat, yang langsung Snowy habiskan dalam sekli sedot.
"Pak Darto tadi ke sini," beritahu Reifan. Saat terjadi keributan guru BK yang kepalanya setengah botak itu datang untuk melerai.
"Gue nggak lihat."
"Karena dia balik lagi," balas Reifan. Pak Darto tadi datang dengan kemarahan luar biasa, tetapi saat melihat anak-anak Hengkara yang membuat keributan, guru itu seolah tutup mata dan kembali keluar kantin.
Snowy tersenyum. "The power of punya bokap sultan emang gitu, kan?"
Reifan geleng-geleng kepala, lalu mereka mulai makan dengan tenang.
Seisi kantin melongo di buatnya. Terheran-heran. Bisa-bisanya mereka kembali makan setelah membuat semua orang ketakutan.
"Noh, tuh, si anak baru!" Summer mendadak heboh, dia menunjuk seorang gadis cantik yang tampak manyun dan kebingungan, gadis itu berjalan menuju kios yang berjualan bakso.
Melihat itu, Snowy mendadak ingin mie. "Gue ke sana dulu!"
"Ngapain anjir? Jangan di labrak bego," omel Summer.
Snowy memutar bola mata. "Siapa yang mau labrak tolol!"
Summer nyengir. "Kan, biasanya kakak kelas begitu. Ada yang lebih cantik dari dia, langsung di tegur di labrak."
"Apa lo bilang?"
"Hah?" Summer berkedip tak mengerti, lalu mengingat-ingat ucapannya barusan, seketika meringis saat tahu kesalahannya. "Maksud gue, nggak ada yang lebih cantik dari lo. Tapi si anak baru, sedikit lebih, gemesin?" Snowy memutar bola mata malas. "Lo lihat, tuh, rambutnya aja di ikat dua gitu."
"Itu bukan gemesin, itu bocil!" balas Snowy, gadis itu lalu keluar dari mejanya, dia berjalan menuju kios bakso dan melirik si anak baru yang Summer sebut cantik dan gemesin.
Tidak di sangka si anak baru menoleh padanya, Snowy mengerjapkan mata saat cewek itu tersenyum padanya sangat lebar tetapi Snowy abaikan. Diam-diam Snowy perhatikan anak itu, kulitnya putih pucat, badannya mungil dan pendek, rambut hitam panjang bergelombang yang kini sebagiannya di ikat dua. Beneran cantik ternyata, pikir Snowy.
Namun sayang, anak itu terlihat seperti anak TK di mata Snowy. lihat saja bagaimana gadis itu berdiri, kakinya tidak berhenti bergerak, sesekali berjinjit mengintip tukang bakso yang sedang sibuk menyiapkan pesanannya.
Snowy mendengkus melihat itu. "Mas Susilo, mau mie rebus kayak biasa."
"Siap Princess." Mang bakso langganannya itu mengacungkan dua jempol.
Snowy lalu melirik kedai jus yang besebelahan dengan kedai bakso. "Bu Ani , jus alpukat satu."
"Segera di antar princess." Iya Ibu Ani Pak Susilo itu suami istri. Mereka bukan pasangan mantan presiden, ya, mereka sudah lama menjadi salah satu pedagang di kantin. Dan keduanya mengenal Snowy sangat baik.
Snowy hendak beranjak dari tempat itu ketika tangannya di sentuh seseorang, menoleh, Snowy dapati anak baru itulah pelakunya.
"Princess," sapa si gadis.
Snowy menatap heran sampai kedua alisnya tertaut. "Ya?"
"Aku juga princess!" serunya senang.
"Siapa?"
"Aku."
"Yang nanya," lanjut Snowy dingin. Namun raut wajah juteknya sama sekali tidak melunturkan senyum si anak baru. "Bisa lepas tangan gue?"
"Aaah iya!" si anak baru tersenyum semakin lebar. "Kakak, princess apa namanya?"
"Snowy."
"Wiiiihh bagus!" Snowy mengerjap melihat si anak baru bertepuk tangan.
"Boleh kenalan, kak? Aku anak baru, belum punya teman."
"Tapi gue nggak mau berteman, gimana, dong?" Snowy menatap jumawa.
"Ya udah nggak apa-apa," katanya. "Kenalan aja. Nama aku Putri Amabel Ruby Gamali."
Snowy mengangguk. "Oke Put."
"Ih, bukan Put. Panggil aja Ruby."
Snowy mengangguk. "Oke Rub—"
"Kak, boleh minta tolong?" Ruby menyela, wajahnya tidak terlihat sungkan apalagi takut. Ruby masih tersenyum, mata beningnya menatap Snowy dengan pendar hangat.
Snowy berdecak dalam hati. Nih bocil pasti bakal modus buat deketin abang kembarnya, pikir gadis itu.
"Minta tolong apa? Lo nggak dapat meja? Mau duduk bareng gue? nggak bisa. Bye!"
"Eh bukan, kak." Ruby menahan tangan Snowy. "Bisa tolong bantu aku nggak pasangin lem?"
Snowy sebenarnya ingin menolak, namun melihat Ruby seperti anjing kecil yang lucu, dia jadi tidak tega. "Pasangin lem ke mana?"
"Bentar." Ruby berlari kecil membuat kepangan rambutnya memantul-mantul, Snowy mendengkus, di matanya Ruby semakin terlihat seperti anjing lucu pomeranian.
Ruby kembali padanya dengan membawa roti kemasan. "Pasangan lem ke sini, kak."
Snowy melongo, menatap cengo pada lem dan roti di tangan Ruby. "Ngapain roti di kasih lem?"
Ruby menyengir. "Kata abang kantin, ini namanya roti sobek. Kasian dia sobek, jadi mau aku lem biar menyambung lagi," jelas gadis cantik itu.
Snowy spechless, tidak meyangka akan menemukan mahluk tolol lainnya setelah Summer dan Reifan.
***
Liona terdiam menatap atap langit ruangan kesehatan, Sherin dan Stasia membawanya ke sini untuk beristirahat sebentar. Jadi Liona putuskan untuk berbaring setelah meminum satu gelas air hangat. Dia sendirian, sementara Sherin, Stasia dan Sahara mungkin sudah kembali ke kantin.
Tanpa bisa di cegah, Liona memutar ingatan. Pada kejadian di kantin barusan. Baru kali ini dia melihat Snowy semarah itu, tetapi bukan kemarahan Snowy yang membuat Liona terganggu. Melainkan bagaimana gadis itu menatapnya dengan sorot luka. Iris coklat terang yang biasanya menatap Liona penuh benci, sesaat tadi terlihat rapuh, dan Liona benci mengakui perasaannya juga ikut terluka.
Liona tidak tahu, ada apa dengan dirinya. Dia merasa marah pada Snowy, dia yakin bahwa orang yang paling dia benci di dunia adalah Snowy. Tetapi ... mengapa melihat Snowy menatapnya terluka membuat perasaannya tidak nyaman?
Mengusap wajah gusarnya, Liona memejamkan mata. Potongan bayangan hitam putih segera memenuhi kepalanya. Liona meringis, memejamkan mata kian erat untuk mempejelas bayangan itu. Tetapi semua terlihat samar, hanya ada teriakan seseorang yang ia dapatkan.
Teriakan itu tedengar ketakutan, penuh permohonan, teriakan yang terus menggema menyerukan nama Liona.
Semakin lama Liona mencoba menyelam dalam ingatan itu, semakin pusing juga kepalanya. Membuka mata dengan deru napas memburu, Liona lalu bangkit dari rebahan. Gadis itu hendak turun dari brankar, namun urung saat tirai bilik di buka perlahan.
Winter, dengan tampang datar serta sorot mata tajam andalannya, masuk ke dalam bilik itu. Cowok jangkung yang memiliki kulit sawo matang itu berdiri dengan kedua tangan di saku celana.
Liona sedikit tidak nyaman di tatap begitu, gadis bersurai hitam tersebut berdeham. "K-kenapa den?"
Winter menarik satu kursi, yang kemudian ia duduki dengan bertopang kaki. "Gue nggak nyangka, lo sebenci itu sama adek gue sampai berbuat hal memalukan kayak tadi."
Liona terdiam, ini pertama kalinya Winter berbicara panjang padanya. Suara cowok itu dingin, mau tak mau membuat Liona harus mengakui bahwa dia sedikit terintimidasi.
"Udah sewajarnya aku benci sama Non Snowy," balas Liona pelan.
Winter menatap gadis itu dari atas sampai bawah lalu mendengkus. "Apa alasan lo sebenci itu sama Snowy?"
Liona terkekeh. "Kamu masih nanya? Kamu tahu sendiri, kelakuan adik kamu itu!" cecarnya geram. "Kamu yang paling tahu, gimana Snowy yang selalu ngerebut apapun punyaku!"
"Lo tahu alasannya kenapa dia gitu?"
Liona berdecih. "Tentu aku tahu. Dia sirik sama aku, dia pengen lihat aku nangis."
Tawa mengejek Winter mengudara detik berikutnya. "Princess gue, sirik sama babu kayak lo?" tanyanya mencemooh. "Hal apa yang bisa bikin Snowy iri sama lo? Dia satu-satunya anak perempuan di keluarga, dia kesayangan Papi Mami, dia kesayangan saudara kembarnya. Dia kaya, cantik, berbakat. Dia punya segalanya, dia nggak perlu iri sama lo bahkan sama semua perempuan di dunia ini. Snowy punya segala sesuatu yang perempuan inginkan. Jadi, lo pikir dia iri sama lo? What a joke."
Liona diam, merasa tertampar oleh perkataan Winter barusan.
Winter melirik arloji di tangannya, lalu menatap Liona lagi. "Mau gue ceritain satu kisah?" tawarnya.
Liona memicing mata, dia tidak menjawab apapun tetapi Winter tahu gadis itu penasaran.
Winter melipat tangan di dada, menatap Liona dengan tatapan yang sulit gadis itu mengerti. Lalu cowok itu tampak berpikir, sebelum kemudian berbicara lagi. "Mm, judulnya. Tuan Putri dengan pembantu kesayangannya yang jahat. Gimana, lo tertarik buat dengarin?"
Liona mengepalkan tangannya erat, menatap Winter dengan tajam. "Aku nggak tertarik! Karena aku udah tahu ceritanya."
Winter menggeleng kepala. "Lo cuma tahu dari sudut pandang si babu, bukan sudut pandang si Putri," katanya. Winter sedikit memajukan wajah, meneliti mata hitam Liona yang terlihat gugup. "Gimana? Lo mau dengar? Gue rasa, lo akan nyesal seumur hidup kalau berani nolak."
***
19 Desember 2022
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top