BEFUDDLES || 27

anyeeoonggg

Beneran, part ini panjang banget 🥹

Penuhin komentarnya yaaa. 3K komen buat update bab 28 besok 🫶🏼🫰🏻

***

AGHAS menyambut kehadiran Shaga juga Hazel yang baru saja pulang setelah memenuhi panggilan dari Sekolahnya. Cowok itu membukakan pintu, lalu sedikit mengkerut kening mendapati wajah Hazel terlihat dingin.

"Mam," sapanya saat Hazel melewati ambang pintu.

Hazel hanya mengangguk dengan senyum tipis, sebelum kemudian wanita itu melenggang menuju kamar.

"Pa, Mama kenapa?" tanya Aghas sambil menutup pintu ketika Shaga sudah masuk rumah.

Shaga menghela napas, dia melirik Aghas, seketika meringis dalam hati. Jika Hazel saja sangat marah ketika melihat Snowy di buat sedih oleh temannya, lalu bagaimana dengan Aghas? Anaknya itu pasti akan ngamuk jika tahu Snowy sempat di ganggu dan di buat menangis.

"Pa?"

Tetapi, Shaga juga tidak pandai berbohong, dia sudah terbiasa untuk jujur karena di latih militer oleh Hazel dulu.

"Mama kamu ngamuk tadi di Sekolah." Shaga mulai bercerita, sejak mereka sampai di Sekolah dan berjalan menuju ke ruang BK, mereka tidak sengaja melihat Snowy berdiri berhadapan dengan empat orang tampak sedang beradu mulut.

"Mama kamu, kan, galak-galak gitu tapi pedulinya tinggi. Dia nggak akan tinggal diam kalau lihat seseorang lagi di bully. Apalagi ini Snowy, anak kesayangannya yang baru. Wuuh, langsung tanduknya muncul," ucap Shaga menyimpan dua kepalan tangan di atas kepalanya. "Papa biarin aja Mama kamu samperin Snowy, nggak tau deh ngomong apa aja sama mereka."

"Siapa?"

"Hah?"

"Siapa aja orang yang ganggu Snowy tadi?"

"Ah, Papa nggak tahu. Nggak sempat kenalan. Tapi cewek semua, empat orang."

Aghas terdiam, sudah bisa menebak siapa empat orang itu. "Bangsat," umpatnya lirih.

Shaga menyengir, merinding merasakan aura dingin yang Aghas keluarkan. "Kamu tenang aja, Mama kamu bela Snowy habis-habisan. Snowy udah aman, jadi kam—ck, nggak sopan amat anak si Hazel," decak Shaga saat Aghas pergi begitu saja meninggalkannya.

Aghas berjalan menuju kamar Hazel di ikuti Shaga di belakangnya. "Ma, aku masuk ya?"

"Mm, masuk aja bang."

Aghas masuk, menemukan Hazel yang sudah berganti pakaian menjadi dress home. "Kenapa?" tanya Hazel, peka terhadap raut anaknya yang tidak bersahabat.

"Siapa aja tadi gangguin Snowy?"

"Oh." Hazel tampak berpikir. "Siapa tadi ya, Mama nggak terlalu ingat namanya. Pokoknya semua wajah cewek itu burik, seragamnya pada lusuh, mereka kelihatan kayak nggak mandi. Jijik pokoknya."

Aghas mengangguk-angguk. "Ok aku udah tahu."

Shaga melongo. "K-kamu tahu? Padahal Mama kamu deskripisiin mereka sekacau itu?"

Aghas mengangguk. "Yang satu anak supirnya Snowy, yang tiga anak dance."

"Emang mereka seburik itu ya? Sampai-sampai kamu bisa hapal?" heran Shaga.

"Karena Sowy jauh lebih cantik, jadi pas bareng mereka, mereka kelihata burik. Dan cuma anak Dance yang temenan dekat sama dia," jelas Aghas. "Terus gimana Mam?"

"Mama tadi udah bicara sama Pak Darto mengenai kasus kam—"

"Bukan masalah aku."

"Mm?"

"Masalah Snowy, yang gangguin dia tadi gimana?"

"Ah itu, Mama udah lapor sama Pak Darto juga. Itu kan termasuk perundungan walau nggak begitu berat, Pak Darto bilang, dia bakal panggil mereka berempat dan selesaikan masalah itu."

"Terus, Snowy gimana? Sedih? Nangis?" tanya Aghas.

"Dia kelihatan kuat, tapi kayaknya sedikit sedih. Mama tadi antarkan dia sampai ke kelas, terus ternyata ada abang kembarnya. Jadi Mama langsung susul Papa kamu ke ruang BK."

"Cuma abang kembarnya? Apa ada satu lagi cowok yang agak letoy?"

"Iya ada satu lagi cowok. Tapi nggak letoy, kok." Hazel menggeleng kepala.

Aghas mendengkus. "Letoy dia itu, bencong. Beraninya lawan cewek. Ngapain dia deket-seket Snowy," gerutunya. Aghas lalu keluar dari kamar orang tuanya dan turun kembali ke ruang keluarga.

Hatinya mendadak kesal, dan sedikit, hanya sedikit merasakan cemburu karena si Reifan sialan. Aghas terdiam di sofa depan TV, alih-alih menonton tayangan di layar lebar itu, dia malah membayangkan Snowy yang sendirian melawan empat cewek burik itu membuat suasana hatinya semakin buruk.

Mengusap wajah gusarnya, Aghas lalu merogoh saku untuk mengeluarkan ponsel. Dia membuka Google dan mengetik sesuatu.

"Cara mengembalikan mood pacar." Aghas tersentak kaget saat suara Shaga terdengar di samping wajahnya. bapak-bapak itu mengintip layar ponselnya. Aghas berdeham, lalu mematikan benda pipih tersebut membuat seringai penuh ejekan terbit di bibir Shaga.

"Aghas, Aghas, kamu ini anak Papa bukan, sih? Masa yang kayak gituan aja harus nanya Google." Shaga geleng-geleng kepala, pria itu duduk di samping Aghas. "Yang begitu cetek banget, Ghas. Duh malu-maluin Papa aja kamu ini. Papa dulu ahli banget merubah mood Mama kamu kalau lagi sedih."

Aghas memutar bola mata. "Aku nggak yakin, nggak tahu kenapa feelingku bilang, malah Papa yang bikin Mama sedih," cibirnya.

Bibir Shaga berkedut. "Enak aja! Papa ini mood booster Mama kamu. Nih, ya, kalau nggak ada Papa, hidup Mama kamu bakal kebalu. Nggak warna-warni kayak sekarang."

"Terserah."

Shaga mendelik. "Karena Papa baik hati, papa mau kasih tips buat kamu supaya mood Snowy balik ceriwis lagi."

Aghas menggeleng detik itu juga. "Nggak, tips dari Papa pasti yang cabul-cabul."

"Heh!" Shaga berikan tamparan gemas pada paha Aghas. "Bukan cabul tapi sweet. Nih ya, kalau cewek kita lagi sedih. Beliin makanan yang manis-manis. Temani dia jangan biarin dia sendiri, kalau bisa ajak dia keluar, jalan-jalan. Udah itu, cipok," kata Shaga menyatukan jemari yang terkuncup.

"Tuh, kan, cabul," dengkus Aghas. "Ngajarin yang nggak-nggak sama anak, gimana, sih."

Shaga melotot. "Kamu nggak di ajarin Papa pun, udah nyosor duluan ya! Lupa kamu keciduk berapa kali sama Papa?"

"Berapa kali?"

"Tiga!" Shaga menatap penuh cemooh. "Emang kamu pikir, Papa nggak tahu, pas kamu ngedus-ngendus leher Snowy kemarin?"

Aghas berdeham. "Yang mana?" dia pura-pura hilang ingatan.

"Ying mini ying mini. Yang kemarin Snowy ngerangkak keluar dari kamar kamu!" cibir Shaga gemas. "Belajar dari siapa sih kamu? Cium-cium, gigit-gigit?"

"Naluri lelaki." Aghas mengedikkan bahu. Berusaha santai padahal kini badannya gemetar. Elah, punya bapak begini amat!

Shaga geleng-geleng kepala. "Kayaknya Snowy harus di kembalikan ke kandangnya sendiri, Papa takut kalian kejauhan main nya."

"Sorry, tapi aku masih bisa kendaliin diri."

Shaga menghela napas. "Papa serius, Ghas. Khawatir lho Papa lama-lama. Kamu tukang nyosor, yang di sosornya pasrah. Kurang bangsat gimana kalian ini?" tanyanya terkekeh.

"Aku nggak akan begitu, Pa." Aghas meyakinkan Shaga. Dia memang selalu ingin memeluk dan mencium Snowy, tetapi Aghas tidak akan melakukan hal yang lebih jauh dari itu. Walaupun seringkali susah, tapi dia akan selalu berusaha menahan diri.

Shaga menatap mata Aghas yang tampak serius, lalu pria itu tersenyum seraya menepuk bahu sang anak. "Papa pernah muda, persis kayak kamu. Tapi Papa titip satu hal, jangan kejauhan, ya? Kalau kamu beneran sayang Snowy, jaga dia. Jangan pernah kamu bikin dia kecewa apalagi sampai nangis. Selalu kasih yang terbaik buat Snowy, karena orang tuanya membesarkan dia dengan baik. Kalau sampai kamu bikin Snowy terluka, atau nangis. Bukan cuma orang tuanya yang marah, tapi Papa sama Mama juga, plus Giselle. Ngerti boy?"

Aghas mengangguk, tersenyum tipis saat Shaga menepuk-nepuk kepalanya. "Udah, Papa mau ke kamar dulu. Kamu jangan ganggu ya, Papa mau main sama Mama."

Shaga terkekeh melihat anaknya mendelik, pria itu lalu pergi meninggalkan Aghas yang kembali menekuri ponselnya.

Cara Mengembalikan Mood Cewek Dan Cowok Yang Wajib Kamu Ketahui!

1. Dengarkan Apa Yang Sedang Diceritakan.

2. Membalas Chat dan Mengangkat Panggilan Secepat Mungkin.

3. Hibur Dengan Cerita Lucu.

4. Ajak Jalan Ke Tempat Disukai.

5. Belikan Makanan Atau Minuman Favorit.

6. Berikan Emoji Cinta.

7. Berikan Ruang Untuk Menyendiri.

8.Berempati.

Aghas terdiam sejenak, memikirkan poin mana yang paling mudah untuk dia lakukan sekarang. Lalu dia tersenyum setelah menemukan pilihannya.

Aghas keluar dari laman Google, lalu membuka message. Dan mengirim pesan pada pacarnya.

***

Snowy yang baru saja duduk di kursi kantin, langsung membuka ponselnya yang bergetar pertanda ada pesan.

Senyumnya terbit melihat ada satu pesan dari kontak yang ia namai My Snowman. Di bukanya pesan tersebut, senyum Snowy merekah lebih lebar walau di dahinya kini terdapat kerutan pertanda bingung. "Kenapa dia ngirim emot hati banyak banget?" tanyanya terkikik geli.

Dengan cepat Snowy balas pesan itu, dia mengirimnya dan beberapa detik kemudian balasan Aghas muncul. "Dih." Snowy terkekeh, lalu mengirim balasan lagi.

Gadis itu diam menatapi layar ponsel, namun setelah dua menit berlalu, pesannya tidak Aghas balas lagi. Jadi Snowy matikan ponselnya lalu mendongak untuk memesan makanan di jam istirahat pertamanya.

"Mang Sahrukhan, nasi timbel ayam empat ya!" teriaknya.

Mang Sahrukhan menoleh dan mengacungkan dua jempol. "Siap Putri Salju."

Snowy mendengkus geli, lalu mata gadis itu tak sengaja melihat empat orang yang ia kenali memasuki kantin. Langsung saja mata gadis itu berputar malas.

"Kita di sana aja Li," usul Sahara. Menunjuk kedai nasi goreng yang letaknya cukup jauh dengan Snowy.

"Kenapa harus di sana, di depan masih kosong," tunjuk Sherin pada meja yang hanya terhalangi dua meja dari tempat Snowy berada.

Sahara mengedikkan dagu ke arah Snowy, mereka serempak menoleh dan melihat Winter, Summer juga Reifan yang baru saja bergabung. Ketiga cowok itu secara bergantian mengacak puncak kepala Snowy membuat gadis itu mengumpat kesal.

Hati Liona tidak senang melihat itu. Dia tidak terima bahwa setelah kehilangan teman dekatnya, Snowy malah mendapatkan Reifan dan Summer lagi. Sialan! Bukan seperti ini yang dia inginkan.

"Ya udah kita duduk di sana aja." Liona menyetujui usulan Sahara, keempat cewek itu duduk setelah memesan makanan masing-masing.

"Tadi pagi, kalian di hina habis-habisan sama Snowy, apa kalian nggak sakit hati?" tanya Liona memulai percakapan.

Sherin mengembuskan napas lelah. "Sakit hati, sedikit marah juga. Tapi gue bisa apa? Gue terlalu kaget tadi."

"Sama gue juga gitu, gue pengen lawan, tapi mulut gue cuma bisa diam," timpal Stasia. "Sher, bulan depan gimana? Lo bayar SPP sekolah gimana?"

Sherin berdeham, sedikit malu sebenarnya mengetahui bahwa selama ini Snowy membohongi mereka. "Snowy bener-bener ngerendahin kita. Dia kayaknya sengaja bayar uang sekolah kita biar dia bisa berkuasa atas kita. Dia pengen kita minta maaf sama dia dan mohon-mohon buat di bayarin lagi sekolah. Cih, gue nggak akan pernah ngelakuin itu," ucap Sherin meluap-luap. Tatapannya benci mengarah pada Snowy.

Stasia diam saja, ikut memerhatikan Snowy. perlahan matanya tertuju pada Winter, kebetulan sekali cowok itu juga tengah menatapnya. ada rasa tidak rela saat Winter menatapnya asing dan dingin. Winter memang dingin padanya, tetapi Stasia tahu, cowok itu tidak membencinya. Namun sekarang, mata hitam itu terlihat sangat membencinya. Dan itu karena Snowy.

"Semuanya gara-gara dia," desis Stasia. "Gue nggak akan pernah lupa kejadian hari ini, dan gue janji, gue akan balas semua rasa malu dan sakit hati gue."

Liona tersenyum. "Kalau kalian mau, aku bisa bantu. Mungkin, nggak akan bikin dia malu. Tapi bisa bikin dia ketakutan."

Stasia, Sherin dan Sahara sontak menoleh. "Gimana caranya?"

Liona tersenyum lebar. "Tunggu, sepuluh menit lagi dia pasti bakal panik dan ketakutan. Mungkin juga dia bakal samperin kita buat marah-marah dan mempermalukan dirinya sendiri."

Sementata di meja lain. ".... jadi, kita nggak perlu panggil Tari buat bicara sama temen-temen lo?" tanya Summer pada adiknya.

Snowy mengangguk. "Percuma ngejelasin sama orang bodoh dan punya rasa iri. Sia-sia. Mereka udah kehasut buat benci sama gue, seberapa keraspun usaha gue buat membela diri, tetap aja akan salah di mata mereka. Mereka hanya mau membenarkan apa yang mereka inginkan, nggak peduli bahwa itu salah di mata orang lain."

Winter mengangguk-angguk.

"Gue masih nggak nyangka Liona segitu jahatnya," gumam Reifan.

Snowy mendengkus. "Lo nya aja tolol, sampai nggak sadar. Lebih tolol lagi dia, masih mau bela padahal udah tahu jelas dia jahat."

Summer dan Reifan hanya menunduk saja ketika Snowy mengomel. Mau membela diri pun percuma, karena mereka memang salah dan tolol.

"Gue juga bilang apa, jangan ungkit lagi, Rei. Lo mau terus-terusan dikatain tolol sama mantan lo sendiri? Masalahnya, gue juga jadi ikut keseret di katain tolol," bisik Summer, dia gemas ingin membacok Reifan agar diam.

Reifan berdeham saja menanggapinya, lalu menatap Snowy. "Kamu jangan sedih, walaupun nggak ada mereka, kamu masih punya aku."

"Dih." Snowy menatap jijik. "Gue mah nggak masalah nggak punya teman juga."

Winter mengulum senyum geli melihat Reifan yang terlihat bodoh. "Jadi, lo keluar dari dance?"

Snowy mengangguk. "Lagian gue juga udah malas ikutan, apalagi jadi ketua, ngerasa punya beban."

"Tapi Minggu depan bukannya ada lomba?" tanya Summer.

"Mm. Biarin aja, gue pengen lihat, apa tanpa gue mereka bisa menang?" Snowy tersenyum remeh. "Menurut gue sih nggak bisa. Kehilangan gue otomatis kehilangan pasilitas mewah. Mereka pikir baju seragam sama sepatu mahal yang di pakai itu dari sekolah? Cih, itu gue yang beli di modalin Papi. Konsumsi selama latihan itu juga gue yang adain. Kita lihat aja, bakal jadi apa itu anak dance tanpa gue."

"Gue dengar, lo bayarin uang SPP Sherin sama Stasia, bener?" Summer bertanya lagi kali ini sambil memulai makan nasi timbel yang sudah dia buka.

Snowy mengangguk.

"Terus, kamu masih mau bayarin mereka?"

"Ya nggaklah. Goblok kali gue. ngapain bantuin orang nggak tahu terima kasih begitu," decak Snowy, menatap sebal pada Reifan. Lalu tatapannya beralih pada Winter. "Gue mau nanya sama lo."

"Mm?"

"Lo suka sama nggak sama si Stasia?" todong Snowy. belum sempat Winter menjawab, Snowy kembali berbicara. "Kalau lo suka, lupain dia. Kalau lo nggak suka, tunjukin kalau lo benci dia. Gue nggak mau punya calon kakak ipar kayak dia."

Summer tertawa. "Kasihan banget lo, baru aja mulai tumbuh rasa suka, harus rela ngejauh." Cowok itu lalu menutup mulutnya rapat saat Snowy menatap tajam.

"Lebih kasihan lo tolol, suka sama nenek lampir," decak Snowy tak habis pikir.

Reifan tertawa melihat wajah masam Summer yang lagi-lagi terkena semburan merapi Snowy. "Makanya, diam," ucapnya tanpa suara sambil menggerakan tangan di bibir meminta mulut di kunci.

Snowy menatap lagi pada Winter. "Nanti gue cariin cewek yang selucu dan secantik gue."

Winter memutar bola mata saja menanggapinya.

"Eh ada anak baru tahu, kelas X lucu banget." Summer berujar semangat. "Tadi gue lihat di parkiran, dia pakai tas unicorn yang ada moncongnya."

"Yang mana?" tanya Reifan penasaran, lalu cowok itu berdeham sambil melirik Snowy. "Nggak ada yang selucu Snowy, sih."

"Jijik banget gue dengernya." Snowy melempar lalapan pada mantannya itu. "Yang mana, sih?"

Summer mengedarkan pandangan, tetapi tidak menemukan cewek lucu yang dia maksud. "Nggak ada di sini kayaknya. Tapi beneran, lucu anjir. Cantik, kelihatan orang berada tapi dia pakai sepeda."

"Kayak bocil aja pakai tas unicorn, mana bawa sepeda lagi."

"Emang kayak bocil, sih. Badannya kecil gitu. Sekilas keliatan kayak cewek lemot. Cocok dah sama lo yang emosian Win," ujar Summer.

"Bacot lo."

"TES, TES, SATU DUA..."

"Apaan?" Snowy menatap sekitar, cukup kaget mendengar suara kencang keluar dari pengeras suara yang terletak di empat sudut kantin. "Pengumuman apa?"

"Bukan pengumuman itu, aku dengar mulai hari ini di sekolah kita ada club Radio. Kayaknya ngikutin sekolah-sekolah di Korea."

"Klub Radio gimana anjir? Siaran langsung gitu?" tanya Summer tak mengerti.

"Iya. Jadi di jam-jam istirahat mereka bakal siaran langsung, ya layaknya radio aja gimana. Puter lagu gitu. Terus juga katanya mereka nerima request dari kita. Misal mau request lagu boleh, request bacain puisi karangan kita juga boleh."

Snowy mengangguk-angguk. "Seru juga."

"Selama siang semuanya ... woaaahh pasti kalian kaget, ya, dengar suara kita. Tenang, kita nggak akan kasih pengumuman besok ujian kok, kita di sini mau nemenin waktu istirahat kalian. Horeeeeee."

Suara dua penyiar yang terdengar semangat membuat Snowy tertawa ngakak. "Lawak bener ini Sekolah."

"Sebelumnya, ijinkan gue memperkenalkan diri, Gue Shafira dari kelas XI Bahasa 1, ada juga temen gue di sini namanya Putra kelas XI IPS 3. Kalian bisa panggil kita Minshaf dan Minput ya. Mungkin sebagian dari kalian belum tahu, kalau mulai hari ini di SMA Saditantra tercinta, ada yang namanya CLUB RADIO BERSAMA. Club ini bakal temenin kalian di jam istirahat loh. Kalian boleh banget request lagu ke kita, nggak cuma lagu, kalian bisa kirim puisi buat kita bacain, atau kalian mau curhat sama akita juga boleh. Ya kan Minput?"

"Iya betul banget! Buat kalian yang lagi jatuh cinta, tapi bingung cara nyatain perasaannya boleh loh minta bantuan kita. Atau buat kalian yang lagi galau gundah merana dan nggak punya teman curhat, boleh juga cerita sama kita. Kita bakal bacain cerita kalian supaya orang yang dengar bisa kasih saran dan kasih semangat walau nggak secara langsung. Caranya gampang, kalian bisa kirim request-an kalian, puisi atau curhatan kalian lewat Whatsaap kami di nomor 084860801176 Ya, ayok catat, 084860801176."

"Nah betul banget apa yang di sampaikan Minput. Dan omong-omong soal curhat. Tadi sebelum istirahat kita dapat satu cerita yang menarik, nih. Kata si pengirim, dia pengen curhat dan minta pendapat kalian mengenai masalahnya ini. Jadi, langsung aja kita bacain cerita dari pengirim bernama angsa putih!"

Snowy tertawa lagi. "Angsa putih? Namanya di samarain kali ya? Gue—"

"Syut, jangan berisik lo. gue mau dengar," sembur Summer.

Snowy mendelik, namun tak urung mereka mendengarkan juga.

"Halo, selamat siang semua. Maaf, aku nggak bisa kasih tahu identitasku di sini karena aku malu hehehe. Tapi panggil aja aku angsa putih. Oke, langsung aja pada intinya. Aku mau cerita, dan kalau kalian nggak keberatan, tolong suarakan pendapat kalian ya. Jadi ... aku punya satu teman saat kecil. Teman perepuan ku satu-satunya. Iya teman, tapi aku nggak tahu, dia anggap aku teman atau bukan karena aku anak biasa saja sementara dia anak orang kaya.."

"Waaaaahhh seru nih, seru," ucap banyak orang di kantin itu.

Snowy terdiam, mulai tidak enak hati.

"Aku sama dia seumuran. Dan kita sering main bareng sama teman yang lain. Pada awalnya, semua memperlakukan aku dengan baik. Mereka orang yang sangat kaya, tapi nggak pernah merendahkan. Mereka selalu anggap aku sama dan setara. Tentu, aku bahagia. Kami berteman dalam waktu yang cukup lama, sampai tiba-tiba. Temanku yang cewek ini berubah jahat."

"Kejadian apa anjir? Lama banget penyiar radionya!"

"Dia berubah jadi jahat. Dia merebut semua yang aku punya. Dia orang kaya, tetapi dia selalu rebut mainan punyaku. Makanan punyaku. Baju punyaku. Dan perhatian papaku."

"Waaaahh kok bisa? Parah, sih, ini orang. Iri kali ya?"

"Bisa jadi iri. Katanya kan orang kaya walau banyak uang, hidupnya kesepian. Bisa jadi si temen cewek ini iri sama si angsa putih karena hidup si angsa putih lebih hangat dan bahagia."

Itulah komentar beberapa pengujung di kantin.

Sementara Snowy masih diam.

"Kayaknya gue hapal siapa pengirimnya," ucap Summer sambil berdiri. "Gue—"

"Nggak usah, Sam. Biarin aja dulu." Snowy tersenyum miring.

"Awal pertama aku nggak keberatan. Aku sayang sama dia, jadi aku rasa nggak apa-apa berbagi sama dia. Tetapi lama kelamaan, dia semakin berulah. Semua yang aku punya benar-benar selalu dia rebut. Dan parahnya, Papaku selalu minta aku buat ngalah. Nggak peduli barang apapun, seberharga apapun barang itu untukku, Papa selalu suruh aku buat kasih ke dia. Dan aku cuma bisa ngalah dan pasrah. Papa sama sekali nggak peduli walau aku nangis, sedih dan kecewa."

"Wah parah nih bokapnya, kok malah ngebela anak orang lain di banding anaknya sendiri ya? Kejam banget."

"Iya bokapnya nggak ngotak anjing."

"Itu lagi temen si angsa, nggak tahu diri banget rebut-rebut barang orang lain."

"Menurut gue orang tua si temen ini ngedidiknya nggak bener nih."

"Kejadian itu terus berulang sampai kami dewasa. Dan aku udah mulai terbiasa. Tetapi dua bulan yang lalu, temen cewekku ini, minta di ajarin stir mobil sama papaku. Dan kalian tahu apa? Mereka kecelakaan. Temanku ini selamat tanpa luka apapun, sementara Papaku koma sampai sekarang."

"ANJING PARAH BANGET NIH ORANG! UDAH REBUT BARANG, REBUT KASIH SAYANG! SEKARANG HAMPIR REBUT NYAWA PAPANYA!"

"NGGAK BISA DI BIARIN, SIH, ORANG MODELAN BEGINI NGGAK PANTES DI SEBUT MANUSIA!"

"Menurut kalian, wajar nggak, sih, aku benci sama dia? Di satu sisi aku masih sayang sama dia di satu sisi lain aku benci sebenci bencinya sama dia. Menurut kalian, aku harus gimana?"

"Kalau gue jadi si angsa putih juga gue benci sama temennya itu kali! Benci banget!" ujar seorang cewek di kantin, cewek itu lalu berdiri. "Hei, gue tahu angsa putih ada di sini. Menurut gue lo pantas benci sama temen lo ini! Kalau gue jadi lo, gue pengen temen gue ini mati di tangan gue sendiri!"

"Bener!" sahut seorang cowok. "Lo nggak perlu ngalah terus sama dia! Lo harus lawan! Binasakan manusia anjing kayak teman lo itu!"

"Gue setuju!" teriak siswi lain. "Orang kayak begini nggak pantas hidup anjir!"

"Gue sumpahin semoga teman si angsa putih ini menderita seumur hidup! semoga bokap nyokapnya mati anjing!"

BRAK!

Suara meja yang di pukul keras mengalihkan antensi seluruh kantin, mereka terkejut melihat Winter lah pelakunya.

"Diam lo semua anjing!" Summer berteriak geram, dia mengambil satu wadah berisi sambal lantas melemparnya pada cowok yang terakhir berkomentar. "Dan tutup mulut sepiteng lo bangsat!"

"Aaahhh!" seruan kaget itu keluar dari mulut seluruh pengunjung kantin saat wadah sambal itu mendarat sempurna di kepala si cowok. Membuat seluruh badannya kotor dan matanya perih.

Snowy terkekeh samar, gadis itu berdiri memutar arah, dia menatap Liona tanpa emosi. Hal itu sontak membuat seluruh perhatian kantin tertuju padanya.

Dengan tangan terlipat di dada, Snowy berjalan menuju Liona. Langkahnya sangat tenang, bahkan selarik senyum samar terbentuk di bibir merah mudanya.

Siapa sangka, bibir merah yang terlihat manis itu malah mengeluarkan umpatan tajam saat dia sampai di hadapan Liona. "Don't fuck with me, Liona."

Liona yang masih terduduk, menatap polos dan bingung. "M-maksud—"

Brugh

Seluruh mata pengunjung kantin melotot saat Snowy menendang kursi yang Liona duduk sampai kursi itu jatuh dan membuat Liona ikut terjengkang. "S-sno— arrggghh!" Liona merintih, kesakitan saat dadanya di injak oleh sepatu keras milik Snowy.

"Snowy! lo jangan keterlal—"

"Can you shut the fuck up?" Snowy berdesis tajam pada Sherin.

Semua yang di sana tercengang, sebagian orang merekam. Sementara Winter, Summer dan Reifan, diam bersandar pada meja dengan tangan terlipat di dada. Menikmati dengan santai.

Snowy melirik Liona yang tampak kesakitan, dia menekan semakin keras dada gadis itu dengan kakinya sampai Liona terbatuk hebat. Seringai lebar Snowy perlihatkan pada gadis itu. Mata nya menyala dengan kobaran api besar menunjukkan betapa marahnya gadis itu. "Liona, cerita lo bagus. Tapi, kenapa lo ninggalin dua fakta penting. Satu. Lo bukan cuma teman, tapi lo anak babu di rumah gue. Udah sewajarnya, Papa lo utamain gue. Karena tanpa uang dari bokap gue, lo nggak bisa hidup."

"Waaahh Liona anak babu di rumah Snowy ternyata," teriak salah satu murid membuat yang lain terperangah.

Snowy tersenyum miring, lalu dia sedikit membungkuk dan berbisik. "Fakta kedua dan yang paling penting, kenapa lo nggak bilang juga, kalau lo pernah bikin gue koma dan nyaris mati, Liona?"

***

SPAM SNOWY DI SINI ☃️

SPAM SNOWMAN DI SINI⛄️

PAPAAAYY 😚

16 Desember 2022

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top