BEFUDDLES || 16

Karena kalian baik kasih komentar banyak di bab 15 padahal belum sehari, jadi aku update lagi wkwk

Ingaaaat, kalau mau aku rajin update, kuncinya satu, kalian rajin penuhin komen dan jangan lupa voteeeee 🤣

Yukk 1,5K komen bisa ya buat bab 17 besok.

semangkuuuy, semangat kuuuyyy....

***

Snowy di ijinkan pulang dengan alasan sakit, memang benar gadis itu sakit, lukanya ada di mana-mana, hati juga badannya.

Masih di gendong Aghas, kedua orang itu berjalan menuju lapang parkir. Snowy tidak banyak bicara, gadis itu diam saja memeluk leher Aghas dan menyandarkan pipi nya pada punggung lebar cowok itu.

Aghas berjalan pelan, matanya sesekali melirik tangan Snowy yang melingkar di lehernya. Luka di tangan gadis itu belum di obati, lecetnya cukup parah, kini malah memar mulai terlihat.

Keparat, melihat luka itu membuat Aghas marah lagi. dia belum puas menghajar bajingan Adit tapi pak Darto lebih dulu melerai tadi. Dia seharusnya bisa menghajar Adit lagi nanti, tapi sayang, bajingan satu itu sudah di bawa ke rumah sakit karena lukanya parah.

Cih, harusnya cowok itu mati saja sekalian.

"Ghas, lo nggak apa-apa emang anter gue pulang? Udah di ijinin?"

"Udah." Sebenarnya Aghas memang di suruh pulang, alias di usir dan di suruh pulang ke rumah untuk memberikan surat panggilan untuk orang tuanya agar datang ke Sekolah nanti senin.

Kata Pak Darto, Aghas sudah keterlaluan menghajar Adit. Guru BK itu ingin masalah ini di bicarakan dengan orang tua Aghas juga orang tua Adit. Mengingat kondisi Adit yang katanya parah sampai di bawa ke rumah sakit, mungkin Aghas akan kena skorsing.

Tapi, dia tidak peduli.

Hanya dua meter lagi, Aghas sudah bisa memasuki lahan parkir, namun suara yang menyerukan nama Snowy membuat dia berhenti lantas berbalik badan. Ada tiga cowok mendekat, Reifan, Winter, dan Aghas tidak tahu siapa satu orang lain, tetapi saat melirik badge name, Aghas lihat nama Summer tertera di sana.

Snowy, Winter, Summer, apakah mereka kembar? Pikir Aghas.

"Snow." Summer lebih dulu bersuara, "Lo nggak apa-apa?"

Mereka bertiga mendengar kabar bahwa Adit menganggu Snowy, namun sayangnya mereka telat datang dan hanya melihat saat Adit di bawa ambulance.

Tetapi fokus Snowy tertuju pada Reifan, "Rei, gue perlu bicara sama lo."

Reifan sedikit terkejut karena Snowy mau berbicara padanya setelah lebih dari satu minggu mengabaikannya. "S-sekarang?" tanyanya gugup.

"Iya."

"Ini kamu mau pulang? sekalian aku anter aja kalau emang mau bicara, gimana?" usul Reifan dia menatap Aghas dengan senyum miring tertahan.

Snowy diam sebentar, dia perlu bicara dengan Reifan untuk mengatakan beberapa hal, salah satunya menanyakan, mengapa foto-foto yang Snowy kirim kepada cowok itu bisa di kirim kepada Adit?

"Ya udah." Snowy menyetujui. "Ghas, gue nggak ap—" gadis itu sedikit kaget ketika Aghas berjongkok dan menurunkannya dari gendongan. "Nggak apa-apa gue pul—"

"Terserah lo," jawab Aghas sambil merapikan sweaternya.

"Lo masuk kelas gih."

"Mm." Aghas pergi begitu saja, berjalan dengan langkah lebar tanpa mau menoleh ke belakang. Cowok itu pergi ke selasar lalu bersembunyi di balik mading, diam saja di sana menunggu Snowy pergi karena dia tidak mungkin kembali ke kelas setelah di pulangkan.

Aghas diam-diam perhatikan Snowy yang jauh di sana, mereka masih diam di tempat entah membicarakan apa. Lalu tatapan Aghas jatuh pada Reifan, seketika ucapan Snowy di UKS tadi mendadak terngiang.

Lo masih tanya kenapa? jelas karena dari dulu gue sukanya sama Reifan. Bukan masalah Adit sempurna atau nggak, bukan masalah fisiknya atau yang lainnya. Ini soal perasaan gue aja, gue nggak suka Adit, lo tahu dari dulu gue cinta sama Reifan, Sher.

Lalu mengapa Snowy mendekatinya kalau masih mencintai cowok seperti bencong itu?

Untuk apa Snowy begitu gencar mengejarnya kalau memang masih secinta itu pada Reifan?

Aghas hela napas, enggan memikirkan jawaban dari pertayaannya, dia mengeluarkan ponsel untuk mengecek jam bertepatan dengan sebuah suara terdengar.

"Hei" Liona menyapa dengan senyum, gadis itu memeluk buku paket.

Aghas abai saja, selain tidak suka pada gadis itu dia juga teringat akan janjinya pada si Salju.

"Kamu nggak masuk kelas? Udah bel loh daritadi, jam nya pak Kamal, kan? Galak dia." Liona masih berusaha menarik perhatian walau di abaikan. "Eh, itu Non Snowy? seneng banget lihatnya udah baikan sama Reifan."

Kali ini Aghas sedikit terusik, dia menelengkan kepala ke arah parkiran, ternyata Reifan sedang membantu Snowy memakai helm full face putih entah punya siapa.

"Syukur deh mereka udah nggak marahan, mudah-mudahan pacaran lagi," kata Liona penuh harap. "Mereka itu couple goals di Saditantra, banyak yang menyanyangkan pas mereka putus lho. Kadang lucu juga, sih, Non Snowy nya ngambekan, cemburuan, dikit-dikit minta putus tapi sehari dua hari nanti balikan." Gadis itu tertawa renyah.

"Emang bener ya kata orang, kalau yang udah lama pacarannya suka susah buat putus, pasti balikan lagi, balikan lagi. Kadang kasian sama orang yang jadi pelampiasan mereka, cuma di manfaatin buat bikin cemburu satu sama lain.

Udah lumayan banyak korbannya Non Snowy, tiap putus pasti langsung deketin cowok buat bikin Reifan cemburu, tapi akhirnya cowok itu di tinggal kalau Reifan ajak balikan. Kemarin putus terakhir, Non Snowy langsung deketin kam—" Liona berhenti bicara, melirik Aghas segan. "Maksud aku—"

"Maksud lo gue di manfaatin?" tebak Aghas.

Liona berdeham, meraba lehernya dengan gerakan canggung. "A-aku nggak maksud bilang gitu."

Aghas mendengkus, menatap Liona tepat di mata. "Sekalipun bener gue di manfaatin, sama dia, gue nggak keberatan," kata Aghas. "Snowy boleh manfaatin gue selama apapun yang dia mau. Jadi ... lo nggak usah bacot, mending urus tuh mulut lo yang bau tai anjing."

***

Diam-diam, Reifan mencuri pandang Snowy lewat spion. Wajah gadis itu tertutup helm, jadi dia hanya bisa menatap matanya. Mata itu terlihat kosong, agaknya Snowy sedang melamun. Reifan perhatikan bawah mata gadis itu, ada kantung yang cukup tebal. Snowy pasti kurag tidur, apakah gadis itu banyak memikirkannya?

Reifan terperanjat saat mata Snowy tiba-tiba melirik ke spion, mata mereka saling tatap untuk beberapa saat dan untuk beberapa detik pertama jantung Reifan berdebar kencang karena tatapan itu.

Sial, kenapa hanya dengan saling tatap, Reifan bisa salah tingkah begini? Rasanya seperti baru pertama kali jatuh cinta pada Snowy, Reifan tidak bisa mengucapkan apa-apa dan hanya bisa menatap gadis itu tanpa kedip.

"Lo bawa motor yang bener, gue belum mau modar," ucap Snowy menegur, dia sadar Reifan beberapa kali meliriknya, tapi dia abaikan. Namun lama-lama dia sedikit risi di tatap terus-terusan.

Reifan tersenyum sedih di balik helmnya, dia tidak suka gaya bicara Snowy yaag sedikit kasar padanya. Terbiasa di perlakukan lembut, membuatnya menolak perubahan. "Iya maaf, abis aku kangen sama kamu, seneng bisa bonceng kamu walau sekarang udah nggak mau meluk."

"Ya nggak mau lah, jijik banget bekas Liona."

Reifan menghela napas, diam saja enggan membalas. Dia tidak mau berdebat soal Liona lagi atau Snowy akan ngambek. Cowok itu membawa motornya belok ke kiri, seketika mendapat protesan dari Snowy.

"Kenapa ke sini?!"

"Ke rumah ku ya? Mama nanyain terus, pengen ketemu," ucap Reifan.

"Nggak, nggak mau! Puter balik atau gue loncat?!" ancam Snowy.

"Ya udah." Reifan pasrah, dia putar arah lalu tancap gas lagi menuju rumah Snowy. tidak berselang lama, mereka sampai.

Snowy turun tanpa mau memegang bahu Reifan dan itu sedikit membuat Reifan kecewa.

"Mau ke mana lo?" tanya Snowy saat Reifan ikut turun dan membuka helm.

"Anter kamu masuk ke dalam."

"Nggak usah. Gue cuma mau bicara satu hal sama lo, nggak perlu masuk." Snowy berujar datar. "IG gue ada yang retas, gatau kapan dan sama siapa. Tadi, Adit datang ke gue, kasih tau kalau gue ada chat sama dia, gue bilang suka sama dia dan suruh dia putusin Sherin."

"Apa?" Reifan kaget.

Snowy mendelik, jelek banget wajah Reifan kalau di pikir-pikir.

"Kamu nggak mungkin suka sama Adit, apalagi sampai minta dia putusin Sherin," gumam Reifan. Adit itu bukan type Snowy, Reifan tahu itu.

"Gue nggak tahu, ig siapa yang di pakai dm Adit, entah ig gue yang di retas, atau ig palsu atas nama gue. Yang bikin gue aneh, si orang yang yang ngaku-ngaku gue ini ngirimin banyak foto gue."

"Foto kamu? Kok bisa?"

Snowy menggeleng. "Dan lo tahu, foto-foto yang di kirim ke Adit sebagai PAP itu adalah foto yang gue kirim ke lo pas masih pacaran."

Reifan jelas terkejut. "Kok bisa?"

Snowy tersenyum miring. "Kemungkinannya cuma dua, lo orang di balik IG itu, atau ... ada orang yang nyuri foto itu dari galeri lo. gue udah hapus chat gue sama lo, foto-foto PAP gue ke lo juga ikut kehapus, jadi gue udah nggak simpan foto-foto itu. Satu-satunya cara dapetin foto itu ya dari hape lo.

Sialnya, gegara foto-foto yang di kirim itu, bikin Adit percaya kalau gue yang beneran dm dia." Snowy sempat membaca sekilas isi chat Adit dan akun palsu itu, Adit beberapa kali meminta PAP, dan di balas dengan foto-foto tersebut. itulah mengapa Adit bersikukuh kalau memang Snowy yang mengirim pesan padanya.

Reifan masih diam coba mencerna perkataan Snowy.

"Jadi, yang mau gue tanya adalah, selain lo apa ada orang yang tahu password hape lo?"

Reifan menggeleng, "Cuma kamu yang tah—" cowok itu menjeda, mendadak teringat sesuatu. Dua minggu lalu, Liona pernah datang ke kelasnya, gadis itu meminjam ponselnya, katanya untuk ikut menelepon ke rumah sakit karena ponsel Liona kehabisan daya.

"Kenapa lo diam? Lo curiga sama seseorang?" tebak Snowy dengan senyum miring, dia sudah yakin sebenarnya dalang di balik semua ini adalah Liona.

Reifan terdiam. Tidak, tidak mungkin Liona melakukan hal seburuk itu pikirnya, tapi kalau bukan Liona, siapa lagi?

"Cuma itu yang mau gue omongin sama lo, thanks udah anterin gue." Snowy selesai dengan ucapannya, gadis itu hendak masuk ke rumah namun Reifan menahan. "Kenapa?"

"Snow, maafin aku."

"Maaf buat yang mana? Kesalahan lo terlalu banyak soalnya," jawab Snowy dengan tawa remeh.

"Buat semuanya."

"Udahlah, nggak usah bahas yang dulu. Gue udah lupain."

"Snow..."

"Apalagi?!"

"Kasih gue kesempat—"

"Rei, gue udah muak sama lo. bener-bener muak."

Reifan menunduk. "Nggak ada kesempatan buat aku?"

Snowy menggeleng. "Gue nggak tahu."

"Ya udah aku nggak akan maksa, aku bakal pelan-pelan buat rebut hati kamu lagi. Kamu siap-siap aja."

Mendengar itu Snowy tersenyum miring. "Silakan kalau bisa."

"Snow, nggak apa-apa kalau kamu belum mau balik sama aku. Tapi jangan musuhin aku. Aku mau baik-baik sama kamu, temenan kayak dulu, bisa?" pinta Reifan penuh harap.

Snowy terdiam, sedikit kasihan sebenarnya melihat wajah Reifan. "Semua tergantung lo, kalau lo bisa bantu gue nemuin dalang masalah IG ini dan bantu gue lurusin kesalah pahaman gue sama sahabat gue dan juga Adit, gue mungkin mau temenan sama lo."

Reifan mengangguk semangat. "Aku bakal bantu kamu sampai selesai." Cowok itu tersenyum, hatinya lega dan bahagia bukan main, tidak apa-apa untuk sekarang mereka hanya berteman, Reifan yakin lambat laun dia bisa merebut Snowy kembali dan kembali berpacaran.

"Ya udah aku balik ke sekolah dulu."

Snowy mengangguk, tanpa menunggu Reifan pergi, gadis itu masuk ke rumah lebih dulu. Bukan rumah Aghas, melainkan rumahnya sendiri, dia rindu pada si Cucut dan adik kembarnya. Mungkin nanti malam dia akan kembali ke rumah Aghas dan menggoda cowok itu lagi supaya terciduk part dua segera terlaksana.

***

Sherin, Stasia dan juga Sahara, berkumpul di meja kantin tanpa Snowy. Di jam istirahat pertama mereka memutuskan untuk ke kantin karena perut mereka tak henti berbunyi minta di isi.

"... pas gue ke kelas, ternyata Snowy nggak ada. Gue tanya Mellody, katanya Snowy ijin pulang," jelas Stasia menceritakan kejadian pagi tadi saat dia masuk ke kelas dan tidak menemukan Snowy. "Dia pasti sakit. Duh, gue jadi ngerasa bersalah udah bentak dia."

Sahara menghela napas. "Lagian dia nyerocos mulu, nggak lihat sikon, udah tahu Sherin masih belum tenang, masih aja terus maksa buat bicara masalah dia. Egois."

Sherin diam saja, tidak menanggapi, dia memerhatikan ponsel menunggu balasan dari Adit.

"Eh, tapi gue tadi sempet denger Snowy bilang ig nya di retas, bener nggak sih?" Stasia membuka ponsel, lalu melihat instagram, mencari akun Snowy. "Tapi nggak ada yang berubah, semua masih sama, cuma emang udah lama Snowy nggak aktif ig."

"Mungkin nggak sih dia bikin alibi kalau akunnya di retas, karena udah mau ketahuan kalau dia dm Adit?" kata Sahara mengutarakan pendapatnya.

"Bisa jadi." Stasia mengangguk-angguk. "Duh, gue bingung, masa sih Snowy ganjen gitu, sampai niat rebut pacar sahabatnya sendiri?"

"Mungkin aja, toh dia juga ganjen sama Aghas yang baru di kenal," sahut Sherin. "Karena Aghas abai sama dia, mungkin Snowy cari cowok lain. Buat bikin Reifan cemburu, mungkin?"

Sahara mengangguk-angguk. "Bisa jadi, tapi kenapa harus Adit?" tanyanya heran. "Kenapa nggak cowok lain?"

"Karena mungkin Snowy iri sama gue?" tanya Sherin. "Maksud gue, dia baru aja putus sama Reifan, dan lihat hubungan gue baik-baik aja. Kalian tahu, Snowy orangnya sedikit iri kalau lihat orang lain bahagia."

"Mana mungkin, dia nggak gitu..." gumam Stasia.

"Bisa aja gitu," sahut sebuah suara. Liona datang membawa pesanannya lalu bergabung duduk di sana. "Bener kata Sherin, non Snowy orangnya gampang iri."

"Minggat lo dari sini!" usir Sahara. "Kita nggak nerima lo di sini."

Liona tersenyum, dia abaikan Sahara lalu menatap Sherin. "Aku juga korbannya."

"BABI! Lo nggak ngerti kalau lo di usir?!" Stasia emosi. "Pergi lo, kita nggak sud—"

"Emang Snowy pernah rebut apa dari lo?" tanya Sherin pelan, dia penasaraan.

Liona bersorak dalam hati. "Semua, semua yang aku punya di rebut sama Non Snowy. termasuk orang yang paling berharga buatku," ucapnya membuat ketiga teman Snowy itu terdiam. "Dari kecil, Non Snowy selalu rebut mainan punyaku, padahal mainan itu jelek dan murah, tapi karena lihat aku bahagia, dia kayaknya nggak terima. Dia rebut mainan itu, dan selalu begitu sampai besar.

Bukan cuma mainan, sampai makanan dan baju pun, dia rebut. Padahal kalau mau, dia bisa beli sendiri yang lebih bagus dan mahal, dia orang kaya, tapi dia memilih rebut punyaku, cuma karena pengen lihat aku nangis." Liona mengepalkan tangan erat, hatinya sakit kalau mengingat kejadian masa kecil mereka.

"Dan karena dia Tuan Putri yang punya kuasa dan bisa seenaknya, aku jadi nggak bisa ngelawan atau berontak. Aku nggak bisa pertahanin apapun milik aku karena aku harus ngalah sama dia." Tanpa sadar, satu tetes air mata keluar dari pelupuk mata Liona. "Aku terus menerus ngalah dan dia terus menerus menjajah. Nggak ada yang bela aku sama sekali bahkan papaku sendiri."

Sherin, Stasia dan Sahara menjadi sedikit iba, sepertinya Liona tidak berbohong, terlihat dari raut wajah serta sorot matanya yang terluka.

"Sampai sekarang pun, dia masih aja rebut kebahagian satu-satunya yang aku punya."

"Dia rebut cowok lo?" tebak Sahara.

Liona menggeleng. "Papaku, dia sekarang koma gara-gara kecelakaan waktu ajarin Non Snowy stir mobil."

"Apa?!" ketiganya serempak terkejut. Pasalnya, Snowy sama sekali tidak menceritakan ini.

Liona terlihat bingung. "Kalian nggak tahu kalau papaku koma karena kecelakaan?"

Sherin menggeleng. "Snowy nggak pernah cerita apapun soal itu."

"Oh ya?" Liona tersenyum pahit. "Dua bulan lalu dia maksa buat belajar mobil, karena papaku sayang banget sama Non Snowy, akhirnya Papaku nurut walau sebenernya orang tua Non Snowy ngelarang keras hal itu," katanya menjelaskan. "Dan yah, akhirnya kecelakaan itu terjadi karena Non Snowy yang menyetir. Papaku koma karena luka berat di kepala, tapi syukurlah Non Snowy selamat dan baik-baik saja tanpa luka sedikitpun."

Ketiga orang itu terdiam masih tidak percaya, dan bertanya-tanya, mengapa Snowy tidak menceritakan hal ini kepada mereka?

"Sejak saat itu, setiap dua hari sekali aku jenguk Papaku, dan Reifan yang baik hati selalu anter, kadang juga den Summer yang anter. Mereka tahu kalau aku nggak pernah kuat dan selalu nangis kalau jenguk Papa, makanya mereka selalu nemenin buat hibur dan tenangin aku. Tapi ... Non Snowy selalu salah paham."

"Jadi alasan lo selalu bareng sama Reifan dan Summer itu, ini?" tanya Sahara.

Liona mengangguk. "Aku nggak maksa mereka, mereka sendiri yang maksa aku."

Sherin melengos tak percaya. "Snowy, gue nggak nyangka dia selicik itu. Dia selalu bilang lo rebut Reifan dan Summer, tapi dia nggak pernah jelasin alasannya."

"Li, maafin kita kalau selama ini kita jahat sama lo." Stasia menangkup tangan Liona, menatap penuh penyesalan.

Liona mengangguk. "Aku ngerti kok, cuma...."

"Cuma, apa?"

"Aku saranin kalian hati-hati aja, seperti yang aku bilang, Non Snowy mudah iri, dia nggak mau lihat orang bahagia sementara dia nggak. Aku takutmya ... pelan-pelan Non Snowy juga ngerebut kebahagiaan kalian. Kalian tahu sendiri, Non Snowy punya segalanya dan mampu ngerebut apapun punya kita. Menurutku, nggak aman temenan sama orang yang punya sifat kayak dia."

*** 

Mari kita mengumpat berjamaat, Liona apa.....? 

Papay, selamat menahan emosi 🤗

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top