BEFUDDLES || 14
Hoolaaaa!
Sebelum baca bab ini, cek dulu bab 10 yukksss, pasti ada yang lupa vote soalnya votenya jomplang :(
Anw, makasih banyak buat yang spam komen, saranghaeeeee 🤞🏽
1K komen lagi buat update bab 15 besok :*
***
SUDAH seperti martabak telor, Snowy bolak-balik posisi dalam tidurnya. Kiri, kanan, terlentang, dan tengkurap, semua posisi sepertinya serba salah. Snowy tidak bisa tidur, padahal jam sudah menunjukkan pukul satu dini hari.
Jelas, dia tidak bisa tidur karena masih syok terciduk Shaga saat berciuman. Setiap kali mata Snowy terpejam maka saat itu juga bayangan wajah Shaga yang nongol di pintu sambil menyeringai kembali terbayang. Seremnya mengalahkan pocong mumun, suer!
Berbalik posisi lagi, dari menyamping kiri menjadi terlentang, Snowy kembali terbayang kejadian tadi saat terciduk. Aliha-alih marah, Shaga justru menyengir lebar.
"Lanjutkan kawan! Papa tadinya cuma mau cari tikus yang kabur dari dapur, eh malah mergokin yang...." Shaga mengadukan jemari-jemarinya yang terkuncup sambil mesem-mesem. Memeragakan orang yang berciuman. "Anak Papa normal," katanya terkikik.
Snowy menarik bantal dari kepala lalu menyimpan bantal itu di muka sebelum kemudian menjerit tertahan membuat Giselle yang tidur di sampinya terperanjat. "Kak ih!" tegurnya. "Ngapain, sih?"
"Kakak nggak bisa tidur," ucap Snowy membuka perlahan bantal di muka lalu berguling untuk sampai di sisi Giselle. "Takut besok di sidang papa kamu."
Giselle hela napas. "Lagian kenapa sih, kita niatnya cuma nonton drama romantis, lihat adegan kissing buat tahu cara ciuman, kenapa malah langsung di praktekin?!"
Tadi Snowy masuk ke kamar dengan keadaan syok, karena khawatir, Giselle bertanya gadis itu kenapa?
Dengan polosnya Snowy menjawab. "Kakak abis di sosor abang kamu, kita ciuman!" Giselle ikut syok, namun melihat Snowy yang lanjut cengengesan, dia jadi sangsi kalau abangnya yang nyosor duluan.
"Ish, kan kakak nggak tahu kalau bakal langsung praktek," balas Snowy. "Gimana dong, besok?"
"Ya udah gimana lagi, paling di nikahin," canda Giselle untuk menakut-nakuti.
"Oh ya?" bodohnya, mata Snowy malah berbinar. "Di nikahin jalur terciduk, nggak malu-maluin kan?"
Giselle menghela napas frustasi, dia kini tahu alasan Aghas menolak Snowy tinggal di sini ternyata karena ... ah sudahlah. Lebih baik Giselle abaikan saja dan kembali tidur. Gadis itu membalik badan membelakangi Snowy.
Tapi Snowy malah bangkit dan menengokkan wajah tepat di depan wajah Giselle. "Sel, menurut kamu malu-maluin nggak?"
"Ya kakak pikir aja sendiri!"
"Nggak ah nggak malu-maluin, kan, bukan hamil duluan." Snowy menyimpulkan.
"Terserah. Jangan ganggu aku aku mau tidur!"
Snowy melongo melihat Giselle membentaknya. "Heh, bentak-bentak ya sekarang!" protesnya namun Giselle abaikan. "Sel, jangan tidur dulu, bantuin kakak."
"Bantuin apa?!" Giselle menegakkan badan, mengacak rambut kesal.
"Nanti kakak baiknya langsung jawab "Iya" atau "Aku pikirin dulu?" bingung soalnya belum pernah di ajak nikah."
"SIAPA YANG AJAK NIKAH EMANG?!" kesal Giselle.
Snowy melotot lagi, gadis itu menendang pelan kaki Giselle. "Kualat lu bentak-benak calon ipar!"
Giselle mengambil napas, mengeluarkannya pelan. "Emang siapa yang ajak nikah?" tanyanya dengan senyum tertekan.
Snowy bersemu. "Abang kamu."
"Makan sate campur terong balado!"
"Ih nggak cocok!" sela Snowy.
"EMANG! Sama kayak kakak dan abang. NGGAK COCOK!"
"Jancok!" Snowy benar-benar menendang Giselle sampai gadis itu jatuh dari kasur. "Sono lu balik ke kandang sendiri, jangan tidur di sini!"
Giselle merengut, bangun sambil menggosok-gosok pantatnya yang nyeri. "Emang kakak pikir aku mau di kandangin satu tempat berdua sama kakak! Ini tuh terpaksa tahu!"
"Ya udah sono keluar."
"Nggak!" Giselle naik lagi ke kasur, menggelingdingkan Snowy agar gadis itu menyingkir dari lahannya tidur. "Aku tidur di sini, jagain kakak biar nggak menyeludup ke kamar abang lagi. Berabe nanti kalau ada terciduk part dua."
Snowy berdeham lalu menyelemuti seluruh badannya dengan selimut, pipinya perlahan memanas. Gadis itu melengos malu-malu. "Terciduk part dua ya, boleh juga," gumamnya membahasi bibir sendiri.
Sementara Snowy sedang mesem-mesem sendiri di kamar, Aghas malah sedang mengepel kamar yang sebenarnya sudah sangat bersih.
Iya, Aghas mengepel kamar di jam setengah dua dini hari.
Dengan seluruh tenaga yang Aghas kerahkan, dia menekan gagang kain pel itu untuk lebih keras membersihkan lantai. Kalau lantai itu bisa bicara, mungkin si lantai sudah protes karena terus di gosok dalam waktu yang lama.
Bukan tanpa alasan Aghas beres-beres tengah malam, ini semua karena dia yang tidak bisa tidur usai Shaga menciduknya sedang berc—ya pokoknya sedang begitu.
Sejak Shaga keluar dai kamar dan dia mengusir Snowy juga dari kamarnya, Aghas berniat untuk tidur, tapi sialnya dia tidak juga kunjung mengantuk. Mengalihkan pikiran dari bayangan ciuman itu, Aghas tadi memilih mengecek ulang tugas fisikanya, dia bahkan sampai membuka semua buku latihan untuk mengecek barangkali ada tugas yang belum dia kerjakan.
Satu jam Aghas berkutat dengan tugas-tugas, dan dia berhasil mengantuk, namun saat matanya tertutup, lagi-lagi wajah pasrah Snowy yang terbayang saat dia mencium gadis itu. Kampret! Kenapa dia jadi cabul begini, sih?
Karena bayangan itu juga, Aghas merasa panas dingin. Karena itulah, dia memutuskan untuk beres-beres kamar. Ternyata menyapu dan mengepel, bisa berhasil membuat Aghas melupakan bayangan itu sejenak.
Selesai mengepel, Aghas masuk ke kamar mandi dan membersihkan diri. Membiarkan kepala cabulnya terkucur air dingin agar tidak selalu terbayang yang tidak-tidak. Usai mandi, cowok itu keluar dengan ke adaan lebih segar.
Sambil menggosok rambut basahnya menggunakan handuk, Aghas berjalan menuju tempat tidur, langkahnya berhenti saat dia melihat Snowy duduk di sana sedang tersenyum malu-malu.
"Aghaaaasss sini ciuuummmm!" teriak Snowy, bibir gadis itu mangap-mangap.
Aghas melotot lalu memejamkan mata dan menggeleng kepala, saat dia membuka mata lagi, Snowy masih ada di kasur tapi di sisi yang berbeda. "Aghaaaasss! Unboxing aku!" katanya sambil membuka kancing pertama piyamanya.
Aghas syok, dia lemparkan handuk pada si gadis cabul,. "PERGI! PERGI!" berhasil, bayangan itu lenyap seketika.
Cowok itu hela napas, dia berbalik badan dan hampir saja jantungan melihat Snowy berdiri di ambang pintu. Snowy bersandar, melempar senyum menggoda. "Sayang, aku mimpi punya dua ekor bayi dari kamu. Mari kita wujudkan mimpi itu bersama-sama malam ini."
Aghas menjambak rambut frustrasi, tidak, tidak bisa dia biarkan begini. Cowok itu berjalan menuju pintu, keluar dari kamarnya dan lanjut berjalan ke kamar yang Snowy tempati.
Sampai di depan kamar Snowy, Aghas menarik napas lalu berteriak. "ENYAH LO CABUL!" katanya sambil menendang pintu tersebut sampai berbunyi 'Dugh'.
Setelahnya Aghas langsung pergi, pulang ke kandangnya sendiri.
Sementara di dalam kamar, Snowy yang hendak terlelap sontak melototkan kembali mata sampai bangkit dari posisi rebahnya. "Buset, apaan, tuh?" Gadis itu turun dari kasur dan berjalan menuju pintu, dia buka pintu tersebut namun tidak menemukan siapa-siapa di luar sana. "Kenapa gue denger suara Aghas teriak cabul, ya?"
***
Pagi menjelang dengan begitu cepat, Shaga bangun tanpa sang istri di sisinya. Pria itu berdecak, dia tidak suka di tinggal tidur sendirian, dia selalu protes pada Hazel, tapi wanita itu tidak pernah mau menuruti keinginannya.
"Sayaaaaang...." teriaknya masih dengan suara serak. "Yaaaang!"
"Apa, sih?!" Hazel keluar dari kamar mandi, wanita itu mengenakan kimono sementara rambutnya tergulung handuk.
Shaga tersenyum. "Sini!"
"Nggak!" Hazel melengos, duduk di meja rias. Dia harus segera bersiap-siap dan turun untuk masak sarapan bagi anak-anak. Kalau dia menuruti keinginan Shaga, mungkin dia tidak akan keluar dari kamar untuk waktu yang lama.
Shaga berdecak. "Yang eh."
"Aku mau masak, Ga," kata Hazel. "Kamu bangun, ngantor."
Mencebik kesal, Shaga lantas turun dari kasur. Pria itu hanya mengenakan boxer dan bertelanjang dada. Meski kini usianya sudah di atas empat puluh, tapi tubuh Shaga masih bisa di bilang kekar. "Yang, amunisi pagi yang."
"Nggak, nggak ada. Nggak capek apa kamu?" dengkus Hazel sambil melepas handuk yang melilit rambutnya.
"Kalau kerja di kantor, capek. Kalau kerjain kamu nggak." Shaga menjawab sambil mendekat, dia membungkuk lalu mencium gemas puncak kepala Hazel. "Yuk, kita olah anak keempat?"
"Nggak, kamu udah tua juga masih ganjen."
Shaga mendengkus. "Ah kamu mah nggak rame, padahal aku yang kerja, kamu mah diem aja menikmati kayak semalem."
"SHAGA!" Hazel melotot mendengar ucapan suaminya yang kemana-mana. "Mandi sana," usirnya.
"Kamu tahu nggak yang, aku melihat sesuatu yang waw kemarin," ucap Shaga dengan senyum geli.
"Apaan?"
"Aghas sama Snowy kayaknya mau bertelur."
"HEH!" Hazel berbalik badan, menabok lengan Shaga. "Ngawur kamu!"
"Eh bener tahu, kemarin aku lihat mereka kissing."
Hazel sontak melotot. "Kamu ngintipin mereka?!"
"Nggak, kemaren aku keluar kamar mau isi gelas. Eh nggak sengaja lihat tikus loh, aku kejar, tapi tikusnya keburu ngilang. Aku buka kamar Abang cuma mau lihat dia lagi apa, eh ternyata sedang otewe bercocok tanam."
"Terus kamu gimana?"
Shaga menegakkan badan sambil mematut diri di cermin. "Ya aku tutup lagi pintunya sambil bilang, lanjutkan kawan!" katanya sambil menggerakan tangan seperti, merdeka!
"Tapi kayaknya nggak di lanjutin, soalnya pas aku sampai pintu kamar kita, aku lihat Snowy di usir Aghas."
"Di usir?"
"Mm, emang anak kamu itu, bukannya di sosor malah di keluarin."
"HEH!" Hazel menendang lutut Shaga. "Jangan sampai mereka bablas, sewajarnya aja."
"Kayak kita dulu?" tanya Shaga polos, tidak sadar wajah Hazel sudah berubah garang. Pria itu lalu menyengir. "Nggak salah kan, dulu kita cuma peluk sama ciuman doang."
Hazel mendelik saja menanggapinya.
"Nah, yang, karena mereka nggak jadi ternak bayi, gimana kalau kita aja? Aku kangen gendong-gendong bayi."
"Mandi sekarang atau nanti malam tidur di luar?!"
"Siap nyonya!"
***
Snowy keluar dari kamar lebih dulu dari Giselle, gadis itu melirik kamar Aghas sebentar sebelum kemudian menuruni tangga dengan pipi yang bersemu merah. Di undakan tangga terakhir, dia sudah bisa melihat Aghas ada di kursi tempatnya biasa makan.
Ketampanan Aghas naik berkali lipat ketika mengenakan batik khas sekolahnya, Snowy semakin terkagum-kagum pada cowok itu. Gadis itu bersiul menggoda.
Menepuk-nepuk pipinya lalu bedeham baru kemudian gadis itu masuk ke area dapur. "Morning," sapanya. Hazel menyambut dengan senyum hangat dan menyuruhnya duduk.
"Snowy, mau sereal apa makan nasi?" tanya Hazel.
"Sereal aja tante, thankyou." Gadis itu duduk di samping Aghas, kini cowok itu tidak pernah mengusirnya lagi kalau dia duduk di situ.
"Morning, handsome." Masih dengan senyum terkembang sempurna, Snowy menyapa.
Aghas meliriknya sebentar, lalu fokus lagi pada ponsel tanpa mau menjawabnya.
Snowy langsung manyun, dia mendelik. Dia di cuekin setelah di sosor bestieeee!
"MOOORRRNING!" Shaga datang dengan stelan kantornya, pria itu tersenyum cerah menatap Snowy dan Aghas bergantian. "Apa kalian tidur nyenyak?" tanyanya.
Snowy nyengir. "Aku nggak bisa tidur gegara di sosor, om," katanya tentu saja dalam hati.
"Nih, ayok sarapan dulu." Hazel datang menata dua sereal untuk Aghas dan Hazel, dan satu nasi dengan omlet untuk Shaga. "Adek mana, Snow?"
"Giselle masih siap-siap, tante."
Hazel mengangguk. "Oke kalian sarapan duluan, takut telat." Wanita itu duduk di seberang Aghas, lalu menoleh pada sang suami saat Shaga terlihat beberapa kali tersenyum geli. "Kenapa, Pa?"
"Nggak, lagi seneng aja. Ya, kan, Snow?"
"Eh, iya kali om."
"Mumpung nggak ada Giselle, om mau nanya sesuatu, boleh?"
"Boleh." Snowy yang menjawab sementara Aghas sudah memulai sarapannya.
"Kalian berdua, in relation ship?"
"No," jawab Aghas cepat membuat Snowy kicep.
"No?" Shaga membeo. "Jadi kemarin kalian...." dia mengadukan jari-jari tangan yang terkuncup. ".... itu gimana?"
Aghas mentap jari-jari Shaga itu, seketika jadi ingat kejadian kemarin malam. "Ya nggak gimana-gimana."
"Bang, kalian nggak pacaran tapi kissing?" Hazel ikut penasaran. "Kok bisa?"
"Mm, aneh aku juga, kok bisa? Di ajak pacaran nggak mau tapi cium-cium mau." Snowy misuh-misuh.
"Kapan lo ngajak pacaran?"
"Minggu kemarin, setiap hari, gue selalu ajak."
UHUK!
Shaga tersedak, menatap Snowy tak percaya. "K-kamu nembak dia?"
"Heem." Snowy mengangguk dengan mudah. "Tapi Aghas selalu jawab, in your dream mulu." Snowy tidak berbohong, dia memang mengajak Aghas pacaran, bahkn tiga kali dalam sehari seperti sudah minum obat saja.
Shaga tertawa, menunjuk Hazel. "Persis kayak kamu yang," lalu dia berdeham. "Persis kayak kamu, Ma," koreksinya.
"Dia nggak serius," kata Aghas.
Snowy langsung tak terima. "Gue seriussss! Lo kan nggak pantes di bercandain, makanya gue seriusin. Sok jawab, mau nggak jadi pacar gue?!" sentaknya.
Aghas sampai melongo. Ini si Salju ngajak pacaran apa ngajak ribut, sih?!
Shaga dam Hazel saling tatap. "Snow—"
"Tuh, kan, dia tuh nggak pernah mau jawab," serobot Snowy jengkel.
Aghas mendelik. "Siapa yang mau jawab kalau lo bentak-bentak?"
"Aghas, mau nggak jadi pacar gue?" Snowy mengulang dengan lembut.
"Gak."
"Tuh." Snowy menggebrak meja membuat Shaga yang hendak menyesap teh jadi terkejut. "Kebukti, kan, Aghas yang selalu nolak, broken heart aku tuh." Snowy menekan dada dan menekan harga diri. "Aku udah banting harga loh padahal."
"Terus kenapa kamu cium Snowy kalau kamu nggak mau pacaran?" tanya Shaga heran.
"Karena dia godain terus."
"Godain gimana?" tanya Hazel.
Aghas diam sebentar lalu melirik Snowy. "Dia ajak terus bikin bayi."
UHUK! Shaga tersedak lagi.
"Itu kan cuma bercanda!" seloroh Snowy.
"Kan, kalian dengar, dia cuma bercanda."
"Ih, maksud gue yang ajak bikin bayi itu yang bercanda. Yang ngajak pacaran nggak bercanda," koreksi Snowy. "Gimana bisa bikin bayi, kalau pacaran aja belum?!"
Aghas mendengkus.
"Jadi gimana, mau nggak?!" todong Snowy.
"Apa?!"
"PACARAN!"
"Nggak!"
"Ya udah kalau gitu lo harus tanggung jawab!"
Aghas menoleh. "Tanggung jawab apa?!"
"Lo curi ciuman pertama gue! Balikin!"
"Bukan cuma lo yang ciuman pertamanya di curi!" kata Aghas.
"Gue nggak peduli! Ciuman pertama gue buat suami, tapi lo curi! Lo harus tanggung jawab, nikahin gue!"
UHUK!
Shaga tersedak lagi, tapi tidak ada yang membantunya mengambilkan air.
"Kalau lo nggak godain terus, gue nggak akan cium lo!"
"Mana ada gue godain!"
"Ada! Dari minggu kemarin lo minta di lepasin baju, terus ajak gue bikin seekor anak!"
"Jadi lo ke goda?!" tanya Snowy.
"Ya iya! Jadi semua gara-gara lo!"
"Ya udah gue yang tanggung jawab kalau gitu, gue bakal nikahin lo!"
"Nggak! gue nggak mau di tanggung jawabin!" balas Aghas kekeuh.
"Ya udah gue pacarin kalau gitu!"
Aghas melengos, kenapa ujung-ujungnya selalu ngajak pacaran?!
Shaga menganga melihat perdebatan di depannya itu, dia lalu melirik Hazel. "Yang, aku sesak napas."
Hazel tertawa saja sambil geleng-geleng kepala.
"Ma, Pa, aku berangkat duluan." Aghas minum air dalam sekali tegukan. Lalu berdiri dan keluar dari area meja makan.
Snowy melotot. "Om, tante, aku juga berangkat!" katanya mengikuti Aghas.
Sampai di teras depan, Snowy melihat Aghas sudah mengeluarkan motor melewati gerbang, dia lanjut mengikuti. "Kok gue di tinggal?!"
"Gue masih di sini," kata Aghas.
Snowy mencebik. "Kenapa lo nggak mau pacaran sama gue?"
Aghas hela napas saja menanggapinya.
"Lo nggak suka sama gue?" Snowy ngotot. "Jawab!"
"Nggak, gue nggak suka! Puas?!"
Snowy terdiam, matanya yang selalu berbinar mendadak redup. "Ya udah!" katanya sambil berbalik badan. Snowy melangkah lebar sambil menangis diam-diam.
Aghas mendengkus, dia lanjut memakai helm dan menaiki motornya. Menyalakan mesin, dia hendak tancap gas meninggalkan gadis itu namun turun lagi melihat Snowy yang beberapa kali mengusap kasar pipinya.
Aghas mengumpat dalam hati, berjalan menyusul Snowy lalu tanpa aba-aba membopong gadis itu. "TURUNIN GUE!" jerit Snowy, meronta minta diturunkan. "AGHAS!"
"Diem!" Aghas naikan Snowy di motornya, cowok itu melepas jaket lalu menutup paha Snowy yang terbuka dengan jaket itu.
Snowy membuka mulut hendak mengomel, namun kembali merapatkan bibirnya saat ibu jari Aghas mengusap pipi menyeka air matanya dengan lembut dan hati-hati.
Selesai dengan pipi, Aghas merapikan anak rambut di dahi gadis itu, lalu menyelipkan helaian rambut yang terjatuh di telinganya sebelum kemudian memakaikan Snowy helm yang dia belikan dua minggu lalu.
Snowy diam saja, bahkan saat Aghas naik ke motornya dan mereka mulai melaju Snowy masih diam. Mereka pergi meninggalkan rumah yang di terasnya ada Giselle, Shaga juga Hazel.
Mereka bertiga menyaksikan perdebatan antara dua orang itu. "Pa, adek kira abang itu sempurna. Ganteng, pinter, kaya."
"Ternyata?"
Giselle hela napas. "Ternyata dia bodoh buat ngerti arti kata suka."
Hazel terkekeh. "Sama tuh kayak papa kamu dulu," katanya sambil melenggang pergi, wanita itu mulanya berjalan santai, namun mendadak lari saat sadar Shaga mengejarnya. "Shaga berhenti!" jerintnya ngeri sendiri.
Alih-alih berhenti, Shaga berlari lebih lebar. "Apa kamu bilang kayak aku hah?!" tanyanya. "Aku ya yang duluan bilang cinta sama kamu tapi kamunya pergi sama si Langlang! SAYANG SINI KAMU!"
***
Papaaaayyy :*
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top