BEFUDDLES || 13
Karena aku tahu kalian jomblo, aku temani deh!
Dengerin lagu yang di atas yaaakk
1000 komen but tiket update besok :*
***
"Kak, dosa nggak, sih nonton yang begini?" bisik Giselle takut, tapi matanya melotot melihat adegan kissing dalam drama korea yang sedang mereka tonton lewat laptop milik Snowy.
Snowy menggeleng, gadis itu memasukan sepotong semangka ke dalam mulut lalu mengunyahnya. "Nggak."
"Nggak dosa?"
"Nggak tahu," jelas Snowy membuat Giselle mencebik. "Tonton aja."
Giselle menutup wajah dengan tangan saat adegan kissing itu semakin panas, tetapi perlahan jemari nya bergerak membuat celah, membiarkan matanya melotot melihat adegan itu. "Kak, jangan bilang abang kita nonton ginian ya?"
"Ginian apa, sih, orang drama doang," decak Snowy.
"Kalau kita ketahuan abang nonton ini, modar kita kak modar!" (Mati)
Snowy tertawa, dua minggu melewati waktu bersama Giselle ternyata membuat gadis itu meniru segala tingkah dan ucapan Snowy. Dia jadi merasa bersalah, karena yang dia ajari adalah hal yang tidak baik.
"Tenang, kalau ketahuan biar kakak yang maju!" kata Snowy songong.
"Bener, ya? Jangan bawa-bawa aku, lho."
"Aman lah, pokokny—"
"Salju!
Snowy dan Giselle terperanjat, mereka melotot melihat Aghas yang masuk tanpa permisi, lalu keduanya buru-buru menutup laptop yang sedang menyala. Melihat gelagat aneh itu, Aghas memicing mata.
Cowok itu masuk lebih dalam, matanya tanpa sengaja melihat laptop yang coba Snowy sembunyikan di balik selimut.
"Apa itu?"
"B-bukan apa-apa!" kata Snowy gelagapan.
Giselle meringis, jadi tidak yakin kalau dia bakal aman.
"Siniin." Aghas menengadahkan tangan. Snowy menggeleng panik. "Sini, Snowy."
"Apa sih, ini kan laptop gue, kepo amat."
"Siniin atau gue rebut paksa?" ancam Aghas, intonasi suaranya rendah penuh tekanan.
"Nggak, nggak mau!"
"Balik! Balik ke rumah lo sekar—"
"Eh?! Iya, iya, nih." Snowy berikan laptop itu, dia kalah kalau di ancam akan di pulangkan ke rumah.
Aghas terima laptop itu, langsung membukanya. Mata tajam cowok itu diam beberapa detik memerhatikan layar sebelum kemudian menatap Giselle.
"B-bukan aku! Kak Snowy yang nonton!" katanya mendorong Snowy untuk di dekatkan pada Aghas. "Bungkus bang, bungkus! Gelindingin!"
Snowy melotot. Buset ini bocil, kok jadi dia yang di salahin?!
Aghas melirik Snowy, gadis itu berdeham. "Tapi Giselle juga ikut nonton sampai matanya melotot-melotot!"
Giselle yang melotot kali ini, emang ya, Snowy tidak bisa di percaya. Calon ipar laknat!!
"Tuh, melotot kayak gitu, persis banget!" imbuh Snowy lagi menunjuk Giselle.
"Tapi kak Snowy yang maksa aku nonton, katanya belajar tutorial ciuman!"
"HEH! MANA ADA GUE NGOMONG BEGITU?!" sembur Snowy.
Aghas memijat pangkal hidung, kepalanya pening mendengar debat kusir Snowy dan Giselle. "Laptop gue jabel. Kalian, tidur sekarang!" katanya, langsung pergi begitu saja meninggalkan kamar.
"Lo, bocil! Fitnah gue lo!" Snowy menerjang Giselle, mencekek longgar lehernya.
"Ampun, ampun, demi kesalamatan kak! HOEEEEKK LEPAS KAK!"
***
Pukul sembilan malam, Snowy keluar dari kamarnya.
Eh, kamar Aghas maksudnya.
Berjalan mengendap, Snowy berusaha untuk tidak menimbulkan suara untuk sampai di kamar tamu yang kini Aghas tempati.
Dia ingin membawa laptop, ada tugas yang belum selesai dia edit dan besok harus di kumpulkan. Kampretnya, Aghas malah sungguhan menyita laptop itu.
Snowy menempelkan telinga pada badan pintu, aman, tidak ada suara apapun di sana.
Menurut info dari Giselle, Aghas sedang keluar membeli senar gitar yang terputus, jadi dia memberanikan diri untuk masuk ke dalam kamar cowok itu.
Menekan handle nya, Snowy langsung bergerak cepat masuk ke dalam begitu pintu terbuka. Jantung gadis itu berdebar kencang, dia merasa seperti maling sungguhan padahal yang ingin dia ambil adalah barangnya sendiri.
Begitu masuk, Snowy langsung mencium aroma khas Aghas. Wanginya ganteng sekali. Bingung, kan, wangi yang ganteng gimana? Sama, Snowy juga bingung, tapi yang pasti begitu mencium aromanya, yang terbayang adalah pemiliknya yang ganteng.
Masuk lebih dalam ke ruangan itu, Snowy celingak-celinguk mencari keberadaan laptopnya. Ada meja di sudut ruangan yang langsung Snowy dekati, bersih, tidak ada apapun di atas meja itu kecuali kotak pensil saja.
"Di laci kali, ya." Snowy buka laci itu, dan benar saja laptopnya ada di sana. Dia hendak mengambilnya, namun suara pintu yang di buka membuat Snowy terlonjak kaget dan buru-buru sembunyi di balik gorden jendela.
Aghas masuk, seketika harum manis yang sudah dia kenali terendus. Hmm, sepertinya ada gadis nakal yang masuk ke kamarnya.
Menyapukan pandangan pada ruangan, Aghas dapati gordennya menggembung, si nakal bersembunyi di sana rupanya. Karena gorden itu tidak begitu panjang, Aghas dapat melihat kaki Snowy yang bergerak-gerak saling tumpang tindih, mungkin gadis itu ketakutan.
Aghas mendengkus dengan pikirannya sendiri, menyadari bahwa Snowy tidak mungkin takut pada dirinya. Gadis itu bahkan selalu terang-terangan mengajak tidur berdua, Aghas tahu, Snowy hanaya bercanda. Karena kalau tidak, mungkin gadis itu kini tengah mengandung anaknya.
Astaga, kenapa pikiran Aghas malah jadi ke sana?
Aghas menggelengkan kepala, dua minggu tinggal bersama Snowy ternyata membuat otaknya kotor. Ckckck, Aghas harus segera mengusir gadis nakal itu dari rumahnya. Atau Aghas tidak akan sanggup lagi bersabar menahan semua godaannya.
"Keluar!" kata Aghas.
Detik berikutnya, gorden itu bergerak, sebelum kemudian kepala Snowy menyembul dari sana. Lucu. Aghas jadi gemas melihatnya. Apalagi saat Snowy memasang wajah memelas. Gadis itu, sepertinya minta di karungi.
Atau di banting?
"Kenapa?" tanya Aghas basa-basi, padahal dia tahu gadis itu pasti ingin mencuri laptopnya dari sini.
"Mau ambil laptop." Snowy mencicit.
"Keluar dari gorden! Kayak nyamuk aja sembunyi di sana."
Snowy keluar dari gorden, memasang wajah lucunya gadis itu menyatukan kedua jari telunjuk tangannya. Toew toew toew.
Aghas memejamkan mata, ampun, gadis satu ini sepertinya punya banyak kepribadian. Kadang lugu, lucu menggemaskan, kadang centil, ganjen, menjengkelkan, dan kadang membuatnya panas dingin.
Tidak ingin berlama-lama berduaan di kamar dengan gadis ini atau Aghas akan khilaf. Cowok itu akhirnya memberikan laptop pada Snowy. "Jangan ajarin adek gue yang begituan."
Snowy melotot. "Begituan gimana? Orang cuma kissing!"
"Cuma?" Aghas membeo. "Gue nggak mau adek gue jadi cabul kayak lo."
"C-cabul?" Snowy melotot semakin lebar. Sekate-kate orang cantik gini di bilang cabul!
Aghas mengigit bibir bagian dalam agar senyum gelinya tidak terbit melihat Snowy yang melotot tak terima. "Lo, kan, cabul."
"Mana ada!" elak Snowy. gadis itu lalu tersenyum mendekati Aghas, "Gue cuma ganjen, itupun ke lo doang," tambahnya lagi membuat Aghas memutar bola mata.
"Keluar!" usir Aghas. Cowok itu akan memasang senar gitar, dan dia perlu konsentrasi tinggi untuk mengatur ulang kunci gitarnya. Kalau ada Snowy di sini, kemungkinan bukan gitar yang Aghas mainkan.
"Nggak, gue mau tidur di sini." Snowy menyimpan laptop lebih dulu di kasur, baru kemudian gadis itu melompat dan berguling.
"Keluar."
"Nggaaakk mauuuuuuuu." Snowy tengkurap, dia menyalakan laptopnya dan membuka lagi Netflix. "Gue mau nonton di sini sampai ketiduran," katanya lagi.
Aghas menghela napas, baik, biarkan saja, abaikan saja!
"Eh? Lo mau pasang senar, sini gue bantu!"
"Nggak."
"Dih, gue jago kali masang-memasang senar, apalagi memasangkan hati kita berdua." Snowy cengengesan. "Tapi serius, gue bisa, Ghas. Gitar doang mah, beuh, cetek."
Aghas abai saja, fokus memasangkan senar. Sampai belasan menit terlewati, akhirnya ia selesai juga. Aghas menoleh ke kasur, jadi terkejut sendiri karena Snowy tengah memerhatikannya dengan mata melotot. Ngapain woy?!
"Lagi merhatiin ciptaan Tuhan yang paling indah," gumam Snowy seakan tahu pikiran Aghas. "Udah pasang senarnya?"
Aghas mengangguk.
"Kalau pasang cincin di jari gue kapan?"
Aghas mendengkus, Snowy tertawa.
"Ghas sini."
"Bentar."
Snowy mengulum senyum, Aghas semakin hari semakin menurut saja padanya. Duh, Snowy jadi bingung mau tunangan apa langsung nikah?
Memerhatikan Aghas yang tengah mengatur kunci gitar, Snowy lantas bangkit dari rebahannya. Dia mendekat pada cowok itu. "Pinjam," katanya.
Aghas berikan gitar itu dengan raut tanya. Tetapi kebingungannya terjawab ketika Snowy mulai memetik gitar dengan jari lentiknya.
Snowy tersenyum, menatap Aghas dengan matanya yang berbinar dia mulai menyanyikan sebuah lagu untuk Aghas.
I like your eyes, you look away when you pretend not to care
I like the dimples on the corners of the smile that you wear
I like you more, the world may know but don't be scared
'Cause I'm falling deeper, baby, be prepared
I like your shirt, I like your fingers
Love the way that you smell
To be your favorite jacket, just so I could always be near
I loved you for so long, sometimes it's hard to bear
But after all this time, I hope you wait and see
Love you every minute, every second
Love you everywhere and any moment
Always and forever I know I can't quit you
'Cause, baby, you're the one, I don't know how
I love you 'til the last of snow disappears
Love you 'til a rainy day becomes clear
Never knew a love like this, now I can't let go
I'm in love with you and now you know
Snowy selesai dengan nyanyian, gadis itu mengulum senyum geli melihat Aghas yang berlagak sibuk dengan ponsel, apa coba yang cowok itu lihat di layar sementara posisi ponselnya terbalik?
Melirik Snowy dengan ujung mata, Aghas dapati gadis itu tengah tersenyum geli. Panas, wajah Aghas rasanya panas, pun dengan telinganya. Aghas rasa dia harus ke kamar mandi sekarang.
Jadi Aghas bangkit, hendak melangkah namun sebuah tangan menahannya. "Ke mana?"
"Kamar mandi! Napa?! ikut?!" tanya Aghas sewot.
"Dih, saltingnya marah-marah ya si ganteng." Gadis itu malah menggoda. "Gih, sana ke air, sebelum lo gue karungin!" cecarnya gemas.
Aghas melengos dan benar-benar masuk ke kamar mandi sementara Snowy pergi ke kamarnya sendiri untuk mengambil ponsel. Ada panggilan tak terjawab dari Reifan sebanyak enam belas kali, tapi Snowy abaikan.
Gadis itu masuk lagi ke kamar Aghas dan menemukan cowok itu sudah di kasur. Duduk dengan kaki terjulur lurus ke depan sementara punggungnya bersandar pada kepala dipan. Snowy tersenyum mesum.
Hm, sasaran empuk.
Baru saja gadis itu hendak melompat ke kasur, Aghas lebih dulu bersuara. "Keluar!"
"Gak!" Snowy langsung melompat.
Hap!
Dia berhasil melewati kaki Aghas yang berselonjor, tahu bahwa cowok itu akan menyingkir, Snowy segera merebahkan diri dengan kepala berbantal paha Aghas. "Aah, nyamannya."
"Salju!" Aghas memperingati.
"Bentar aja, Ghas," keluh gadis itu. Snowy membawa tangan Aghas menuju puncak kepalanya. "elusin."
Meskipun dengan wajah tertekuk, Aghas turuti permintaan gadis itu. Dia mengelus puncak kepala Snowy, rambut gadis itu lembut dan halus, tapi kenapa pemiliknya tidak ada lembut-lembutnya sama sekali?!
"Dulu Mami gue sering banget elusin kepala gue gini." Snowy bercerita. "Tapi semenjak gue gede dan punya upin ipin, lenyap deh kasih sayang Mami ke gue," candanya. "Nggak, deng. Karena gue juga udah besar, katanya, masa mau terus-terusan di kelonin. Padahal enak di kelonin tuh."
Aghas diam saja, menatap ke depan tapi tangan masih mengusap rambut gadis itu.
"Terus Mami gue bilang, nanti kalau gue punya suami juga di kelonin lagi. eh ternyata bener."
Aghas melotot, dia menunduk menatap Snowy. "Siapa suami lo?"
"Elo." Snowy mendongak, senyum manisnya terkembang. "Nih, kan lagi ngelonin gue."
Aghas mendengkus, menyentil dahi gadis itu sampai mengaduh. "Sana pindah ke kamar," titahnya, menggoyangkn paha agar Snowy menyingkir.
"Aaahh bentar lagi." Snowy membuka ponsel, tanpa sepengetahuan Aghas dia membuka kamera. "SAYANG!"
Aghas menengok, dan
Klik!
Satu foto behasil Snowy ambil. Gadis itu cekikikan melihat wajah lempeng Aghas. "Vibesnya kayak lagi honeymoon euy!" serunya.
"Hapus."
"Gak!"
"Hapus!
"Nggak mau ayaaangg!" Snowy merengek.
Aghas memutar bola mata. "Jangan manggil-manggil gue sayang," peringatnya tajam.
"Tapi lo nengok mulu kalau gue panggil sayang." Snowy misuh-misuh.
Telak! Aghas tidak menjawab untuk beberapa detik pertama. Kalau di pikir-pikir, ada benarnya juga, kenapa dia selalu menengok?!
"Mulai sekarang jangan," katanya sambil berdeham.
Gadis itu mendelik. "Ayaanggg, ayaaangg, ayaaangg, ayaaangg, ayaaangg, ayaaangg, ayaaangg, ayaaangg, ayaaangg, ayaaangg, ayaaaaanggggggg—aw!" Snowy mengaduh merasakan sentilan di bibirnya, dia menegakkan badan menatap Aghas dengan protes. "Di sentil mulu perasaan ini bibir, di cium kek!"
Aghas diam, melarikan matanya kemana-mana dan hal itu tertangkap jelas oleh gadis yang kini menyeringai jahil. "Lo, belum pernah pacaran, kan?" todongnya.
Melihat Aghas yang hanya diam, seringai Snowy semakin lebar. "Lo belum pernah ciuman, kan?" gadis itu beranjak semakin dekat. "Belum pernah ciuman?"
Aghas berdecak, bangkit dari tempat tidur dan berdiri. Baru mau melangkah, Snowy menahan pergelangan tangannya. "Jawab, pernah belum?"
"Apa?
"Kissing."
Aghas yang sudah berdiri, seketika membungkuk, membuat Snowy yang duduk di pinggiran kasur terpaksa harus mundur. "Kenapa? mau gue cium?"
Snowy menelan ludah, berkedip kedip menghindari tatapan Aghas yang intens menatapnya. "G-gue cuma nanya aja, kok," balasnya. Dia semakin mundur saat Aghas terus maju merangkak ke arahnya. "Om, ampun," cicitnya namun Aghas abaikan.
"Di biarin makin ngejadi-jadi, ya," gumam Aghas.
Snowy menyengir garing. "Eh?! Om Shaga!" teriaknya untuk menipu.
Dan ketika Aghas menoleh ke belakang, Snowy langsung loncat dari kasur.
Aghas lekas mengejar, menarik tangan Snowy membuat gadis itu terpelanting ke kasur. Cepat saja Aghas mengurungnya, menaungi Snowy dari atas sementara satu tangan besarnya berhasil mengunci kedua tangan gadis itu secara langsung. "Kenapa kalau gue belum pacaran?"
Wajah Aghas kian mendekat, dia berniat mengerjai Snowy. "Kenapa emang kalau gue belum pernah ciuman?" tanyanya lagi.
Cowok itu menelusuri wajah Snowy, dari dahi turun ke alisnya yang rapi. Di bagian mata, Aghas berhenti lama, tersenyum geli melihat kegugupan di manik kecoklatan itu.
Pandangannya lari ke hidungnya yang mungil tapi mempunyai tulang yang tinggi, Aghas lebih dekat lagi, menyentuhkan ujung hidung mereka dengan kepala yang sedikit miring. Aghas tatap bibir Snowy yang setengah terbuka. Kulit bibir itu terlihat mengilap dan sepertinya manis.
"Jawab, kenapa emang kalau gue belum pernah ciuman?" tanyanya. "Mau gue cium?" suara Aghas mendadak berat.
Snowy diam, gadis itu membisu, merasakan hangat napas Aghas menerpa bibirnya.
Snowy membatu, mendengar helaan napas Aghas memberat.
Dan Snowy membeku, merasakan bibir mereka perlahan menyatu.
Aghas menciumnya, dan Snowy tidak keberatan dengan itu.
Beberapa detik bibir mereka saling menyapa, Aghas akhirnya menarik wajah, melihat Snowy yang hanya diam pasrah, Aghas kembali dekatkan wajah.
Mereka mungkin akan kembali berciuman lebih intens kalau saja pintu tidak terbuka dan kepala Shaga muncul dari sana. "Hayoh! Keciduk kalian!"
***
Kabarnya, Snowy langsung balik kerumahnya sendiri setelah terciduk Shaga 🤣
Shaga be like :
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top