BEFUDDLES || 12

Beneran ini woi, aku rajin banget update 😭

Update lagi kalau semua bab 1-12 votenya sama rata 650 yaaa. Yuk cek ulang bab bab sebelumnya siapa tahu lupa vote :*

***

MASIH di kantin, Aghas duduk di kelilingi empat perempuan gila. Kepalanya pusing, dia igin segera pergi tapi perut meronta-ronta minta di isi. Aghas toleh kanan-kiri, mencari teman untuk bisa di tarik ke sini, tapi nihil, tidak ada sama sekali.

"Cari apa, sih, ini jodoh depan mata juga," celetuk Stasia, menatap Aghas dengan senyum terkembang sempurna.

Snowy lempar tutup botol tepat mengenai hidung gadis itu. "Jodoh, jodoh! Tuh jodoh lo, lagi melotot ke sini," katanya melirik Winter yang Snowy sadari sedari tadi melirik ke arah meja mereka.

Stasia mencebik. "Nyerah gue sama dia, dapet kagak tertekan iya." Dia kemudian melirik Aghas. "Sama prince charming aja gue, ya, kan Ghas?"

Aghas diam saja, fokus memakan mie ayam nya. Cepat habiskan, dan lari dari sini!

"Aghas mana mau modelan kayak lo," cibir Sherin. "Beda level. Apalagi level otak."

"Iya bener, Aghas cocoknya sama gu—"

"Apalagi sama modelan kayak lo, Snow. Bahagia kagak tertekan iya nanti si Aghas," lanjut Sherin lempeng. Dia menatap Aghas. "Type cewek lo gimana Ghas? Siapa tahu gue bisa masuk."

"HEH!" Sahara menyentil telinga Sherin. "Modelan Adit aja cuekin lo, apalagi kek Aghas."

Sherin melotot. "Lah, masih mending gue, daripada dia," tunjuknya pada Snowy. "Selalu jadi nomor dua hahahahaa...."

Snowy mencibir saja mendengar obrolan tiga temannya. Sesaat mata gadis itu melihat siluet seseorang yang dia kenal, Snowy melengos lalu menatap Aghas. "Aghas, lihat lo bawaanya gue pengen gombal mulu, nih."

"Keluarin shaayy!"

Aghas melirik Snowy dari ujung mata, rautnya tersirat rasa penasaran.

"Mau tahu nggak cara putihin rambut secara permanen?" tanya Snowy.

"Gimana?" Aghas bertanya tanpa minat.

Snowy tersenyum, dia melipat siku tangan di meja lalu menopang kepala menggunakan tangan itu. Menatap Aghas lembut. "Menualah bersamaku."

"WADIDAW!" heboh Stasia, sementara Sahara dan Sherin diam saja. Maklum lagi galau.

Aghas hanya mendengkus, tapi Snowy lihat ujung telinga cowok itu sedikit merah. Sepertinya ada yang salah tingkah.

Snowy terkekeh. "Ghas."

"Mm?"

Snowy menggeser badannya lebih dekat, dia berbisik. "Ikan cucut makan hiu. You are so cute, i like you."

"Basi," komentar Aghas.

"Dih." Snowy mentap Aghas gemas. "Lo pikir gue beneran suka sama lo? HAHAHAH EMANG IYA! Btw, makannya udah belum?"

"Dikit lagi."

"Heh, lo bukannya belajar, katanya mau ada kuis dadakan," tegur Sherin saat Stasia menatap Aghas terus-terusan.

"Halah gampang matematika mah," katanya. "Tinggal remedial, apa susahnya, sih."

"Pinter emang," cibir Sahara.

"Pinter lah, dia kan juara satu," sahut Snowy.

"Hah?"

"Juara satu mencintai orang yang salah," lanjut Snowy.

"HA HA HA HA!" Sherin dan Sahara tertawa. "ITU MAH ELO KALI!"

"Janc—" Snowy berhenti, tersenyum saat Aghas meliriknya.

"Duh gue ngantuk banget, semalam nggak tidur," ucap Sherin sambil membaringkan kepala di meja. "Amnesia gue kambuh."

"Insomnia goblok!" Stasia kesal, menabok lengan gadis itu.

Snowy menggeleng-geleng, menatap prihatin pada Sherin. "Sher, sher, lo tidur aja susah, apalagi bahagia."

Sherin tersenyum tanpa minat. "Kadang, ngaca emang sesusah itu ya Snow?" sindirnya.

Snowy melengos saja, kembali memerhatikan Aghas. "Jadi gimana?"

"Apanya?"

"Mau gue ke kamar lo, atau lo ke kamar gue?"

Aghas mendengkus. "Dua-duanya kamar gue itu."

"Oh iya, lupa." Snowy terkekeh. "Gue pake baju nyaman banget, kayak di peluk. Kapan dong, peluk benerannya?"

"Nanti."

"Kapan?"

"Di mimpi lo."

"Ish." Snowy mencebik. "Nanti kamar jangan di kunci, ya. Gue mau menyeludup."

UHUK!

Aghas tersedak minumannya, melirik tajam, tapi Snowy hanya mengedipkan mata sebagai balasan.

"Jangan kaget gitu, ah," kata Snowy mulai meneguk minumannya. Mengulum senyum geli karena Aghas terlihat kesal.

Aghas mendengkus, bergeser badan dan berbisik. "Jangan sampai lo nangis kalau beneran gue datengin ke kamar."

"Di datengin buat?"

"Unboxing."

UHUK!

Kali ini gadis itu yang tersedak, Snowy tertawa, sedikit geli, tapi seru juga. "Duh, ga kuat ingin di unboxing," katanya sedikit kencang.

"AAAAAHHH TOLONG OTAK GUE TRAVELING," teriak Stasia kencang. "SNOWYAAAHHH GHEUMANHAE!"

Snowy dan dua teman lainnya tertawa, cukup kencang sampai terdengar ke telinga Reifan yang sedari tadi mengamati. Cowok itu menatap penuh cemburu pada Snowy yang sedang mencolek-colek Aghas tampak menggoda. Sialan! Dia harus merebut gadis itu kembali.

***

Bel jam pulang baru saja terdengar tetapi Snowy sudah di luar karena jam pelajaran terakhirnya kosong, gadis itu tengah menunggu di depan kelas Aghas, beserta Stasia yang sibuk memainkan ponsel di tangannya.

Kelas IPA 2 akhirnya bubar, ada guru yang keluar duluan. Snowy tersenyum lalu masuk ke kelas itu, mendapati Aghas masih di bangkunya, Snowy mendekat. "Snowman," sapanya. Duduk di kursi sebelah Aghas yang sudah kosong.

"Gue nggak pulang bareng lo, ada latihan." Sudah satu minggu Snowy bolos, dan sekarang dia harus ekstra latihan untuk mematangkan gerakan badannya.

"Mm." Aghas menanggapi begitu saja. "Minggir." Karena Aghas duduk di pojok dekat dinding, dia harus mengusir Snowy dulu untuk keluar.

"Nanti jemput, ya?" pinta Snowy. "Sebelum maghrib."

"Nggak."

"Ish, kan, kita sahabatan."

"Mana ada."

"Ada lah."

"Sahabat nggak antar jemput."

"Yang antar jemput apa, dong?"

"Ojek."

"Ish, pacaran lah."

"Terserah."

"Mau nggak?"

"Nggak."

"Tanya dulu, kek, mau apaan!"

"Apaan?" Aghas mengalah.

"Pacaran." Snowy nyengir.

Aghas mendengkus. "In your dream!"

"It's my dream Ghas!"

Snowy membututi Aghas ke parkiran, gadis itu menarik-narik tali ransel milik Aghas sambil terus berkicau ini itu membuat Aghas sakit kepala. Mereka berhenti di mana motor Aghas terparkir. "Balik badan!" titah Aghas.

Snowy menurut, dia membelakangi Aghas. Segera, cowok itu menyingkap ransel di punggung Snowy, lalu meraba-raba punggung gadis itu. "Di mana batrenya? Mau gue matiin, berisik banget ini."

Snowy tertawa, dia membalik badan lalu menabok lengan Aghas. "Sembarangan! Gue manusia!" katanya. "Ih Aghas, raba-raba punggung gue, cunihin!" (Gatal, genit)

Aghas tidak menjawab, sedang bersiap-siap memakai jaket dan helmnya.

"Ghas, gue ada kucing di rumah, namanya si Cucut."

Aghas terdiam, satu ingatan masuk ke kepalanya. Dia tersenyum geli tanpa di ketahui Snowy, mengingat tiga tahun lalu dia pernah berdebat dengan Snowy yang kala itu menuduhnya mencuri kucing.

"Ghas!"

"Hmm, terus?"

"Nikahin aja sama si Musang, biar punya keturunan."

"Musang betina."

"Lah, jangan dong. Lesbian nanti, berarti sama kijang," usul Snowy.

"Si Kijang suami musang."

Snowy menghela napas. "Bener juga, kasihan kalau si Musang di madu. Si cucut juga belum tentu mau di jadiin nomor dua. Cuma si Liona emang yang mau." Di akhir kalimat Snowy mendadak dongkol. "Ya udah nanti kita cari jantan ya Ghas buat si cucut."

"Kita?"

"Hmm, you and aaayyy hooouoooo." Snowy malah bersenandung, lagu milik Katy Perry.

Aghas sudah lelah sekali. Bisa nggak ini manusia di suntik mati?

"Ya, Aghas, cari jantan nanti."

"Udah sama si Kijang aja." Malas sekali Aghas harus mengantar gadis itu mencari kucing.

Snowy menggeleng. "Di pikir-pikir, cucut sama kijang jangan sampai di nikahin."

Aghas diam. Kenapa tuh? Tanyanya dalam hati.

Seolah mengerti, Snowy menjawab. "Kalau cucut nikah sama kijang, kita jadi besanan. Terus, gimana dong gue nanti nikah sama lo nya? Masa besanan nikah?"

Seperti biasa, Aghas hanya mendengkus menanggapinya.

Snowy mencebik, dia masih mengikuti Aghas walaupun kini cowok itu sudah di atas motor. "Awas!" sentak Aghas.

"Jangan galak-galak dong, udah raba-raba sama peluk pinggang juga masih aja ketus," keluh Snowy.

Aghas berdeham. Gadis ini benar-benar!

"Ya awas lo nya, gue mau lewat."

"Ya tapi janji dulu, nanti jemput."

"Nggak."

"Ghaaassss."

"Pakai grab car."

Snowy mendadak diam. Menunduk, gadis itu menendang-nendang kerikil di bawahnya. "Nggak ada yang sayang sama gue emang," katanya lesu.

Begonya, Aghas seketika kasihan. Melihat Snowy seperti melihat anak ayam hilang.

"Ya udah."

"Apa?"

"Gue jemput."

Wajah Snowy seketika cerah. "Jeongmal?" (Beneran?)

Aghas mengkerut kening. "Jamal siapa?"

Snowy berdecak. "Beneran kan jemput gue?"

"Hm. Awas."

Snowy akhirnya memberikan jalan, dia cemberut karena Aghas pergi begitu saja. Setelah cowok itu hilang di telan belokan, barulah Snowy beranjak dari sana. Dia berjalan menuju basecamp dance, wajah imut yang sedari tadi di pasang depan Aghas, seketika berubah datar dan garang.

Snowy bisa bermanja-manja pada orang yang bisa membuatnya nyaman, seperti keluarga dan teman dekat. Tapi sikap manjanya hilang jika dia berada di sekitar orang asing menurutnya.

"Sore!" Snowy menyapa.

"Sore!" Ada 12 anak dance termasuk dirinya, empat anggota inti, empat anggota cadangan, dan empat lagi adalah anak kelas X yang baru bergabung.

Snowy adalah ketuanya, dia di pilih langsung oleh sang pelatih. Selain karena wajah yang paling cantik, Snowy juga memang paling energik dan mudah hapal jika di berikan arahan.

"Gimana latihan kemaren tanpa gue?"

"Aman terkendali captain."

Snowy mengangguk. "Tim Beta, udah ada ide mau pake lagu apa buat opening pensi?" pensi adalah acara tahunan di sekolah mereka.

Sebagai sekolah Swasta paling bergengsi, acara pensi itu selalu di gelar mewah selama satu minggu berturut-turut. Selain menampilkan dan mengadakan lomba antar kelas tentang kesenian, seperti bernyanyi, menari, membaca puisi, dan melakukan drama. Saditantra juga mengundang sekolah lain untuk bergabung dalam acara perlombaan seperti basket, futsal, voli, berenang, dan lain sebagainya untuk memeriahkan acara.

"Mm, itu capt, kita rencananya mau bawa after school," jawab Fania.

Snowy yang sedang menyiapkan baju salinnya langsung menoleh dengan alis terangkat. "Weekly?"

"I-iya."

Menghela napas, Snowy pergi begitu saja masuk ke ruang ganti. Tak lama kemudian, gadis itu keluar, tidak ada lagi seragam putih abu, Snowy kini mengenakan crop tee hitam juga leging berwarna senada. Anggota lain di sana seketika berdecak kagum melihat pinggang ramping gadis itu yang terlihat halus dan mulus.

"Nggak semua suka K-pop," ucap Snowy sambil memakai sepatu. "Apalagi ini acara tahunan di mana Sekolah kita undang sekolah lain juga pas di pembukaan. Kita harus kasih yang terbaik."

"Tapi biasanya kan pakai K-pop, capt?"

Snowy mengangguk. "Kita ubah tahun ini, gue nggak mau ikutin jejak tahun lalu. Anak dance di kacangin, dan di remehin. Gue nggak mau, begitu. Gue mau, kita jadi pusat perhatian."

Semunya mengangguk serempak. "Terus bawa apa, dong?" Sahara bertanya.

Snowy tersenyum. "Copines, Aya Nakamura. Lagu itu lagi booming di tiktok tahun ini, gue yakin anak sekolahan pasti hapal. Dengan begitu, selain lihat kita dance, mereka juga bisa menikmati lagunya."

"Tapi Capt—"

Snowy mengangkat sebelah tangan, menghentikan Sherin yang hendak bersuara. "Nggak ada yang bantah. Titik," katanya membuat Sherin cemberut. "Tim Alfa udah gue kasih tahu dan udah hapal gerakannya. Jadi Beta, Charlie perhatiin, dan ingat baik-baik temponya. Ngerti?"

"Aye aye captain!"

Snowy mengangguk. "Sherin, Stasia, Sahara, maju!" ketiganya maju ke tengah, Snowy sendiri bersiap memutar musik. Begitu lagu terdengar, ketiganya sigap bergerak.

Snowy mengamati dengan teliti setiap anggotanya, gadis itu berputar-putar dan sesekali bertepuk tangan sebagai tempo. "Fokus Sar!" teriaknya pada Sahara yang telat mengangkat kaki sehingga terinjak oleh Stasia.

"Sorry!" Sahara nyengir, lalu mengejar gerakan lainnya.

Snowy kembali fokus, kali ini tatapannya jatuh pada Sherin yang terlihat lemas tak bersemangat. Snowy biarkan saja, selama tidak ada gerakan yang salah, Snowy memaklumi.

Namun detik berikutnya, Sherin mulai tidak fokus. Gadis itu beberapa kali telat berganti gerakan membuat yang lain terhambat. "Sheeerr! Fokus Sher!" teriak Snowy menyemangati.

Sherin mengangguk, dia coba mengejar gerakan yang lain namun hasilnya nihil, dia sangat lelah dan tidak berkonsentrasi. Sherin berhenti lalu berjongkok dan menangis.

Snowy geram. "Apa-apaan lo Sher?!" cecarnya maju ke tengah.

Sherin mendongak. "Adit ajak putus, Snow."

"TERUS?!" Snowy membentak. "Jangan bawa masalah pribadi pas lo lagi di sini."

"Snow..." Stasia mencicit, takut dengan Snowy kalau gadis itu sudah marah. Snowy bisa bercanda, tapi jika sedang serius, beuh senggol bacok mode on. "Jan marah Snow."

Sahara menghela napas. "Snow...."

Snowy ikut menghela napas. "Keluar, selesaiin masalah lo," katanya pada Sherin.

"Thanks," gumam Sherin, gadis itu keluar dari basecamp dan sesi latihan kembali berlanjut.

***

"Snow, sorry." Sherin mencicit begitu junior mereka keluar dari basecamp. Latihan sudah selesai, dan biasanya group inti pulang paling akhir.

Snowy memeluk Sherin. "Sorry juga gue bentak lo tadi."

"Nggak apa-apa, gue yang salah," katanya sambil menangis. "Adit mau putus, gue beneran nggak tahu salah gue apa."

"Emang ya, cowok cowok lagi pada bajingan apa gimana? Mahes juga ngedadak nyebelin, cuek banget ke gue." Sahara ikut-ikutan.

Snowy menghela napas. "Emang bapak gue doang cowok yang paling bener di dunia ini," katanya. "Terus gimana Sher, akhirnya putus?"

Sherin menggeleng. "Gue nggak jawab, gue read aja. Nanti gue mau ke rumahnya."

"Kalau lo masih mau berjuang ya udah, tapi kalau Adit masih cuek padahal lo udah mati-matian pertahanin, tinggalin." Snowy memberi nasihat. "Lo, kenapa lo sama si Mahes?" dia menatap Sahara.

Sahara mencebik. "Nggak tahu, lagi kerasukan setan kali. Nggak ada chat gue sama sekali, yaudin gue biarin."

"Di pikir-pikir, enak juga ya jadi jomblo," sahut Stasia, gadis itu tersenyum lega. "Nggak perlu stress mikirin doi yang ngedadak berubah."

Sherin mencibir. "Ya lah, lo kan stress nya mikirin doi yang nggak pernah kasih kepastian."

"Jancok!" Stasia mengumpat. Gadis itu misuh-misuh mengingat apa yang di katakan Sherin memang benar. "Emang bajingan tuh abang lo, Snowy."

"Baru tahu lo?" Snowy malah tertawa. "Udah lah, kita siap-siap balik."

Keempat orang itu membereskan tas masing-masing, lalu keluar dari ruang latihan. Sherin langsung memesan ojek online menuju rumah Adit, sementara Stasia dan Sahara memesan grab car karena mereka satu kompleks.

"Lo pulang sama siapa? Di jemput Reif—hhaha lupa gue." Stasia tertawa garing. "Bareng kita pake grab car, mau?"

Snowy menggeleng. "Di jemput Aghas," katanya sambil memainkan ponsel, seketika berdecak saat sadar bahwa dia belum punya nomor cowok itu.

"Pepet terus ye sampe dapet?" tanya Sahara.

"YA KALI NGGAK!"

"Lo beneran suka sama dia, Snow?" tanya Sherin.

Snowy melirik tiga temannya lalu berdecak. "Lo pikir gue banting harga diri sampe diskon 90% buat dia karena apa?"

Stasia menepuk-nepuk pundak Snowy. "Semangat jual diri nya Snow."

"Kampret!"

Ketiganya berjalan menuju gerbang, sekolah sudah sepi dan hanya ada satpam berjaga di pos depan. "Udah selesai neng?"

"Udah mang Christ," jawab Stasia dengan aksen amerika di kalimat akhir.

Semua menoleh. "Christ?"

"Iya Kristanto. Biar lebih keren aja sih, ya ga mang?"

"Memang BANDIT neng Stasia." Mang Kristanto mengacungkan dua jempol.

Snowy dan yang lain tertawa, mereka pamit pulang.

"Tuh, pangeran salju lo." Sherin menyikut lengan Snowy, mengedikkan dagu pada Aghas yang ternyata sudah stand bye di depan.

Snowy tersenyum, dia pamit dan berpelukan dengan teman lainnya, lanjut mendekati Aghas. "Sayang," sapanya membuat Aghas merinding.

Aghas perhatikan Snowy, rambut panjangnya di kucir, di dahi dan pelipis masih ada jejak keringat. Matanya turun ke bawah, leher dada lalu turun ke perut, seketika Aghas membuang muka karena pinggang Snowy terpampang ke mana-mana.

Snowy yang sadar dengan tingkah Aghas langsung mendengkus. "Kenapa? lo mau culik gue ke kamar? Ayok lah, culik gue sekarang," katanya sambil merentangkan tangan.

Aghas diam saja, ini anak, makin ke sini makin ke sana, lama-lama beneran di seret ke kasur juga!

"Apa?" tanya Aghas saat Snowy masih saja merentangkan tangan.

"Gendongin, badan gue lemes. Mleyot lihat lo ganteng banget, ampun," ucap Snowy. dia tidak berbohong, Aghas terlihat tampan memakai celana cargo pendek warna hitam senada dengan sweaternya. Belum lagi helm full face hitam pekat yang cowok itu pakai, semakin membuat Snowy kelabakan.

Aghas dan warna hitam, seharusnya tidak bersatu atau Snowy akan pingsan!

"Ghas, cepet."

"Nyusahin mulu," decak Aghas, namun tak urung cowok itu turun. Hendak mengangkat Snowy dengan cara menyangga ketiak namun tidak jadi karena area ketiak Snowy basah. Cowok itu mengernyit.

Snowy toleh kanan kiri, baru sadar dia berkeringat. Gadis itu melotot. "Nggak bau kok," bantahnya padahal Aghas tidak mengatakan apa-apa.

Tidak ingin debat, Aghas segera menaruh kedua tangan besar nya di masing-masing sisi pinggang Snowy. "Diem!" peringatnya.

Snowy tertawa. "Geli ih!" merasakan telapak tangan Aghas yang kasar menyentuh kulit pinggangnya yang terbuka.

Tanpa kesusahan berarti, Aghas berhasil menaruh Snowy di motornya. Cowok itu lantas ikut naik, dia menyalakan mesin bertepatan dengan adanya tangan mungil yang melingkari perutnya. Snowy memeluknya erat.

"Jangan peluk-peluk! Gue bukan cowok murahan!" kata Aghas.

Snowy tertawa. "Iya, yang murahan kan gue," katanya bercanda. "Diem Aghaas! Gue cuma meluk, bukan mau merkosa!" tegurnya saat Aghas berusaha berontak.

Aghas medesah frustasi di balik helm, bagaimana caranya memberitahu Snowy. Kalau karena pelukan itu dia tidak berkonsentrasi?

"Maju sayang, keburu malem."

Aghas menginjak pedal gas, motor mulai melaju. Baru saja dua ratus meter Aghas membawa motor pergi, Snowy sudah mulai berulah.

Di lampu merah, Aghas berhenti. Segera menangkap tangan mungil yang sedari tadi merara-raba lututnya dengan gerakan pelan. Benar-benar tangan nakal!

Aghas menggeram saat lagi-lagi Snowy meraba lututnya dengan tangan yang lain. "Diam Snowy, atau gue beneran banting lo di kasur nanti."

***

 Share bab ini dan tag aku @destharan kalau kalian sukan :)

Papaaayyy

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top