BEFUDDLES || 11
HEEEIII
BERIKAN SATU KOMENTAR BUAT AKU YANG RAJIN UPDATE 🤣
SUDAH hampir satu minggu lamanya, Snowy tinggal di rumah Aghas. Kini, semua orang di rumahnya tahu, kalau Snowy tinggal di sana. Semalam, Arunika dan Radhit datang berkunjung, mereka pamit untuk pergi ke luar kota selama beberapa hari karena harus mengadakan pertemuan bisnis menyambut opening cabang perusahaan di sana.
Sudah satu minggu juga, Snowy merasa nyaman, dia di perlakukan baik oleh kelurga Aghas. Snowy bahkan merasa, dia seperti tinggal di rumahnya sendiri sebelum Liona datang. Berbeda dengan Snowy, Aghas justru merasa tertekan. Setiap hari di ganggu gadis cerewet itu membuatnya sakit kepala. Selalu saja ada hal yang membuat Aghas naik pitam, Snowy dan segala kelakuannya, mungkin bisa membuat Aghas mati perlahan karena kesal.
Seperti pagi ini, Aghas sudah siap untuk pergi ke sekolah sejak sepuluh menit lalu. Motor juga sudah dia panaskan, namun si Putri Salju masih juga belum keluar dari kamar. Snowy bahkan melewatkan saparannya, entah karena apa.
Kesal karena mungkin mereka akan terlambat, Aghas bangkit dari duduknya dan berjalan menuju kamar. "Salju!" serunya.
"APAAAA?!"
"Cepet!"
"Bentar lagi selesai."
"Daritadi lo jawab gitu terus."
"Ish! Nggak sabaran!" Snowy membalas ketus. "Sepuluh detik lagi tunggu."
"Satu, dua, tiga, sepuluh!" hitung Aghas.
Pintu kamar terbuka, harum manis menyengat langsung tercium dari sana. Aghas menatap datar pada Snowy yang sepertinya hendak pergi ke undangan. "Lama," dengkusnya.
"Gue lama karena lo!" sungut Snowy. Gara-gara Aghas yang sering menyinyir nya, Snowy jadi lebih sering memerhatikan penampilan. Sungguh, Snowy sebelumnya tidak pernah berdandan berlebihan, tapi karena sekarang ada Aghas, Snowy rasa dia harus tampil sempurna setiap saat.
Aghas abai saja, dia mulai berjalan menuruni tangga. Merasa tidak ada seseorang yang mengikuti di belakang, Aghas menoleh, dan benar saja Snowy tidak ada di sana. Gadis itu masuk lagi ke kamar. Aghas hela napas, cowok itu naik lagi ke atas.
Membuka kamar tanpa permisi, Aghas dapati Snowy yang duduk di meja rias. "Mau berapa centi lagi itu muka di tebelin?"
"Bentar ih, belum pake lipgloss."
"Ribet banget."
"Biar bibir gue seksoy." Snowy selesai, dia mendekat pada Aghas. "Cantik nggak?"
"Cantik."
"Bohong lo."
"Emang."
Snowy melotot. Hendak memperbaiki lagi make upnya namun Aghas segera menarik tangan gadis itu. Terlalu kencang, badan Snowy sampai tertarik dan menabrak dada Aghas. "Ish, bentaran doang."
Aghas rengkuh pinggang Snowy, merapatkan mereka hanya agar gadis itu tidak kabur lagi. "Udah cantik, bener."
Snowy menatap tak percaya, namun melihat Aghas yang menatapnya lama, gadis itu akhirnya tersenyum. "Cantikan mana sama Mama lo?" tanyanya, Snowy lepaskan tangan Aghas yang melingkari pinggang, gadis itu lalu berputar ke belakang Aghas. "Gendong," pintanya, menyimpan dua tangan di masing-masing bahu Aghas dan menekannya agar Aghas berjongkok.
"Kaki lo udah sembuh." Tapi Aghas menurut saja, berjongkok dan berdiri lagi saat Snowy sudah di gendongannya.
Snowy tersenyum, memeluk leher Aghas tidak begitu erat. "Jawab yang tadi."
"Yang mana?" Aghas mulai berjalan.
"Cantikan gue atau Mama lo."
"Mama gue...."
"Ish!"
".... yang pertama."
"Yang kedua?" tanya Snowy.
"Giselle."
"Jadi gue yang ketiga, gitu?"
Aghas menggeleng. "Lo nggak ada di daftar."
"SNOWMAN!" jerit Snowy tak terima. Melihat Aghas yang terkekeh, gadis itu jadi kesal. "Gigit nih kupingnya!" dia mengancam, bibirnya sudah dekat di telinga Aghas.
Sangat dekat sampai napasnya menyentuh daun telinga. Seketika Aghas berdeham. "Gue banting," katanya balik mengancam.
"Mau dong di banting." Snowy meyanggupi. "Di kasur tapi?"
Aghas memejamkan mata. Sabar, sabar.
Melihat Aghas yang kalah, Snowy mendengkus. "Cemen," ejeknya.
Langkah kaki Aghas berhenti. Dia balik arah hendak naik keatas lagi membuat Snowy bingung. "Ke mana?"
"Banting lo, di kasur."
Snowy syok. "Om jangan om," katanya. "Dede belum mau bunting," imbuhnya lagi dengan tawa.
Aghas tak tahan lagi, dia ikut tertawa walau pelan. Cowok itu putar arah lagi, lebih cepat melangkah menuruni tangga.
"Nggak jadi om?"
"Nggak."
"Yah." Snowy mendesah kecewa. "Padahal dede udah siap jerit-jerit."
Aghas geleng kepala saja menanggapinya, tidak akan selesai jika terus di lanjutkan. Snowy memang gila!
***
"Snow! Gue denger, bu Rani adain kuis dadakan!" heboh Stasia, dia terburu-buru membuka buku catatan dan latihan matematikanya.
"APA?!" Snowy melotot. "Mampus gue."
"Beneran, gue tau dari Sahara. Tadi di kelasnya kuis dadakan."
"Emang bener-bener si Rani Mukerji!" Snowy mengomel, dia terheran-heran melihat Stasia yang sudah sibuk menyalin rumus di kertas kecil. "Ngapain lo?"
"Bikin contekan, mumpung lagi istirahat, masih ada waktu buat nyalin."
"Gil lo?! guru satu itu matanya banyak, susah buat nyontek!" cerocos Snowy. "Lo ikut gue!"
"Ke mana?"
"Kelas IPA 2."
"Lo mu nyontek dari si Sahara? Bego lo! dia ranking terakhir di kelas."
"Bukan, gue mau ke Aghas. Dia pinter."
"Go!" Stasia berdiri, lalu bersamaan dengan Snowy keluar dari kelas. Di luar, mereka menemukan Reifan yang tengah menunggu Snowy. "Waduh, kok tong sampah geser ke sini?" tanya Stasia heran.
Snowy menahan tawa, lalu mengubah bibirnya jadi datar saat menatap Reifan. Mendengkus keras, Snowy lalu berjalan dan memilih abai.
"Snow—" Reifan mengejar.
"Heh! Singkirin tangan najis lo!" tegur Stasia saat Reifan hendak memegang tangan Snowy.
"Gue harus bicara sama dia." Sudah satu minggu Reifan di abaikan, dan dia sudah tidak tahan. "Snowy."
"Lo mau bicara sama dia?" tanya Stasia. Reifan mengangguk. "Jawab dulu pertanyaan gue tapi, kenapa ayam kakinya dua?"
"Ya dua, kalau empat bukan ayam namanya."
"Salah!" seru Stasia. "Kaki ayam dua karena aku membencimu."
"Apa hubungannya?" Reifan heran.
"Nggak ada emang. Sama kayak lo dan Snowy, nggak ada hubungan. Hus pergi!" usir Stasia.
Stasia lalu menarik Snowy, mereka pergi menuju kelas Aghas, meninggalkan Reifan yang hanya bisa menghela napas.
Ada Sahara di sana yang baru keluar saat mereka sampai. "Sar ke mana woi?" teriak Snowy saat Sahara berjalan lunglai tanpa arah.
"Gue mau ke ruangan bu Rani."
"Ngapain? Rindu lo, baru aja selese," sahut Stasia.
"Gue mau minta maaf."
"Kenapa?" tanya Snowy.
"Tadi gue isi soal asal-asalan."
"Ya, kan, lo mah udah biasa begitu," decak Snowy.
"Nggak ini gak biasa." Sahara menjawab kosong dengan pandangan ke depan. "Gue jawabnya bener-bener asal. Setiap esai gue jawab gini 'lo naenya, lo bertanya-tanya' mampus gue Snoooww!"
Snowy dan Stasia terbahak. "TUHAN! KAPAN KAU MENCABUT KEGOBLOKAN SI SAHARA?!"
Sahara mendesah. "Gue harus gimana?"
"Mati lah, apalagi," jawab Snowy tertawa.
Stasia masih terbahak. "Sahara Goblok Saraswati itulah namanya."
"Udah, udah, mending kita ke kantin," putus Snowy. ketiganya berjalan, menuju kantin, ternyata ada Sherin yang sudah duduk duluan di sana. "Napa lo wajah asem kayak ketiak si Stasia?" tanyanya.
Sherin manyun. "Adit kok agak beda ya ke gue sekarang. dingin banget."
"Panasin pake microwave," sahut Stasia.
Sherin mencebik. "Serius gue jabingan. Dari minggu lalu, dia cuek banget sama gue."
Snowy berdecak. "Putusin aja, ribet amat."
"Ucap seseorang yang dulu bucin," timpal Sahara.
Snowy mendengkus, dia mengedarkan pandang mencari keberadaan Aghas. Dan Bingo! Aghas baru saja masuk melewati gerbang kantin. "Snowman!" teriaknya.
Entah kenapa Aghas menoleh, padahal jelas-jelas dia memprotes panggilan itu. Melihat Snowy yang melambai tangan, Aghas memilih abai.
Snowy mendengkus. "Berdiri! Kita pepet si Aghas."
Stasia mengangguk semangat, gadis itu berjalan duluan."Pepet Aghas! Pepet Aghas!" teriaknya kencang, mengundang beberapa tatapan pengunjung termasuk Winter yang langsung memutar bola mata.
Snowy menarik kerah Stasia dari belakang. "Gue duluan!" gadis itu berjalan menuju Aghas. Cowok itu sedang fokus memilih menu. "Sayang," kata Snowy membuat Aghas mendelik tajam. Ibu kantin, Mbak Rose, terkikik mendengar itu.
Aghas selesai memesan, cowok itu berjalan menuju meja kosong di sudut kantin. Snowy dan ekor-ekornya membututi di belakang. "Snowman, bantuin gue," katanya to the point.
"Bantuin kita," koreksi Stasia. "Ghas, lo tadi kuis emteka, kan?"
Aghas abai.
"Ghas, napas lo bau, ya? Nggak berani ngomong?"
Aghas melirik Stasia yang rupanya serius bertanya.
"Kenapa?" tanyanya.
"Gue udah istirahat juga jam nya Buran," jelas Snowy. "Kayaknya bakal kuis dadakan juga. lo kasih tau soalnya, dong."
"Kok, soalnya, sih? Jawabannya dong!" kesal Stasia.
"Kayak lo bisa jawab aja minta soal," ejek Sahara.
Snowy abaikan dua orang itu. "Ghhhaass, cepet, minta jawaban."
"Nggak."
"Ish, sayang," bujuk Snowy tak tahu diri.
"Sayang?" Aghas membeo.
"Iya yang?" Snowy justru malah menjawab, Aghas memutar bola mata detik itu juga.
"Cepet, atuh Ghas, nanti gue kasih hadiah."
"Nggak tertarik."
"Hadiahnya spesial, buatan berdua."
"Berdua sama?" tanya Aghas menoleh.
"Sama lo."
"Hadiah apa?" Sherin bertanya.
"Seekor bayi."
"Heh!" Stasia, Sherin dan Sahara sontak melotot mendengar jawaban Snowy.
"Gimana mau nggak, kalau mau nanti malam gue main ke kamar lo." Snowy masih berusaha.
"Sini!" kata Aghas.
Snowy mendekat, memajukan wajah dan langsung mendapat hadiah sentilan di bibir. "Nakal," kata Aghas gemas.
Snowy manyun, mengelus bibirnya yang sakit. "Ya namanya juga usaha, kali aja berhasil. Kapan lagi coba main di kasur sama gue, Ghas."
***
Udah ah, mau nunggu kometar penuh dulu baru update lagi, papayyy :*
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top