BEFUDDLES || 04

Halooooooo

ada yang nunggu cerita ini? 

***

"Aghas, apa boleh gue nginep di rumah lo?"

Aghas berkedip, menatap Snowy dan rumah di seberangnya bergantian. "Ngapain?"

"Nginep."

"Buat?"

"Buat?" Snowy membeo, gadis itu ikutan berkedip bahkan berkali-kali. "Buat ... ikut tidur?" tebaknya bingung.

Aghas menghela napas. Sabar, sabar....

"Rumah lo di seberang, ngapain nginep di sini?"

"Karena gue mau kabur."

"Lo kabur dari rumah dan lari ke sini? Ke rumah yang tepat di seberang rumah lo?"

Snowy mengangguk lugu.

"Apa nggak kurang jauh?" Aghas melempar sarkas.

Tapi agaknya Snowy menganggapnya serius karena gadis itu seketika melirik ke belakang, ke rumahnya. "Tapi, ini nggak jauh. Ini deket."

Ya! Itu maksud Aghas! Kenapa Snowy malah kabur ke rumahnya? Aturannya, kalau mau kabur ya ke tempat jauh, lah.

"Jadi, gimana? Boleh?"

Astaga! Masih nanya pula.

"Di rumah gue nggak ada kamar kosong."

"Nggak apa-apa, gue tidur di kamar lo." Snowy menjawab enteng, gadis itu bahkan sempat tersenyum, namun senyumnya lenyap ketika Agash melempar tatapan tajam.

Snowy langsung berdeham. "Gue tidur di lantainya aja. Lesehan."

Lesehan? Di kira tempat makan?

"Lo nggak punya temen cewek?"

"Punya, tapi mereka semua agak rese. Gue males di tanya-tanya alasan gue kabur."

Aghas mendengkus, situ juga kayaknya agak rese.

"Gimana? Boleh?"

"Lo bisa nginap di hotel."

"Tapi hotel di sini jauh."

"Ya bagus, jadi lo nggak akan ketahuan kabur kalau jauh."

Snowy menggeleng. "Kalau gue kabur jauh, nanti nyokap sama bokap khawatir."

Kepala Aghas mulai pening. "Lo bisa pulang kalau nggak mau bikin nyokap bokap lo khawatir."

Snowy menghela napas. "Pelit banget."

Seketika mata Aghas mendelik. "Lo nggak takut nginep di rumah cowok?"

"Takut kenapa?"

"Di apa-apain."

Snowy berkedip lagi, dia mengulurkan tangan pada Aghas. "Nih, apa-apain aja, nggak apa-apa kok."

Kali ini Aghas mengusap wajahnya frustrasi. Tolong! Ada apa dengan tetangganya yang satu ini?!

Diam-diam Snowy menahan senyum, dia yakin, Aghas cowok baik walau sedikit galak. Aghas tidak mungkin melakukan yang tidak-tidak.

"Gimana? Boleh? Kaki gue makin sakit by the way."

Aghas menunduk, melihat darah masih mengalir di kaki Snowy membuatnya sedikit tidak tega untuk mengusirnya. "Lo masuk aja dulu," katanya.

Snowy mengangguk, tapi tidak langsung masuk. Gadis itu diam menatap Aghas yang sedang menyalakan mesin motornya.

Sadar sedang di perhatikan Snowy, Aghas tatap gadis itu. "Apa lagi?"

"Mm, berat badan gue 43 kilo gram."

Hah? Gimana-gimana? Aghas kurang paham.

"Terus?"

"Kayaknya bakal ringan kalau lo gendong," ucap Snowy. "Lo kuat nggak gendong gue ke dalam?"

Aghas membuang napas tak percaya. Woy! Bilang minta tolong kek, apa kek.

"Nggak, nggak kuat."

"Letoy," ejek Snowy lirih.

Aghas yang hendak memakai helm seketika berhenti, dengan raut kesal cowok itu akhirnya turun dari motor, mendekat pada Snowy dan dengan mudah membopong tubuh kecilnya.

Snowy yang belum siap, sedikit terkejut. Dia bisa saja jatuh kalau tidak cepat-cepat merangkulkan lengan pada leher Aghas. "Kenapa lo gendong?"

Aghas diam saja, malas menjawab, capek.

"Padahal gue cuma bercanda—eh! Jangan di turunin juga kali!" Snowy memprotes ketika Aghas hendak menurunkannya. "Gue nggak bohong loh, kaki gue sakit, berdarah lagi."

"Gue nggak nuduh lo bohong."

"Tapi lo kayak yang nggak ikhlas nolong gue nya."

Aghas melirik Snowy. "Gue nggak ingat kapan lo minta tolong."

"Iya gitu?" Snowy memutar mata ke atas. "Kalau gitu, tolong ya Aghas?"

Kan! Aghas jadi menyesal menanggapinya.

Masuk ke dalam rumah, Aghas di sambut oleh Shaga. Pria itu melongo melihat anaknya membopong seorang gadis masuk ke rumah. Woy! Ngegondol cewek dari mana, tuh?

"Aghas." Shaga mendekat, melirik Aghas dan Snowy bergantian. "Dia....?"

"Dapet mungut di depan," jawab Aghas.

Snowy melotot, mungut, mungut, di kira sampah?!

Shaga nyengir melihat reaksi Snowy. Kaget nggak tuh? Turunan Hazel ini!

"Snowy...." Hazel datang dari arah ruang keluarga. "Ya ampun, kaki kamu berdarah."

Snowy tersenyum. "Tante, iya nih, nggak sengaja injek pecahan kaca."

"Dalem itu lukanya, ke klinik aja sebelum infeksi," saran Shaga.

"Aaah iya, harus ke klinik." Snowy mengangguk-angguk sambil melirik Aghas.

Aghas mengangkat alis. "Apa lagi?"

Snowy melipat bibir, cemberut, dia melirik Hazel dan Shaga.

"Ya kamu anter dong, bang. Masa di biarin sendiri?" kata Shaga, Aghas mendelik saat itu juga. "Ya masa Papa yang anter? Kamu mau Mama kamu cembokur?"

"Kamu anter ya, bang? Kasihan itu Snowy." Hazel ikut menimpali.

Aghas menghela napas. Kalau sudah begini, dia bisa apa?

Akhirnya Aghas memutar balik arah, berjalan keluar lagi di ikuti Hazel dan juga Shaga.

"Pakai mobil!" Hazel berlari kecil menuju garasi, beberapa saat kemudian wanita itu keluar mengendarai mobilnya. "Bawa Snowy masuk."

Shaga dengan sigap ikut naik ke mobil, pria itu buru-buru duduk di depan. "Kamu ngapain?" Hazel bingung.

"Aku akan ikut ke mana pun kamu pergi."

Hazel melengos, ampun nih bapak-bapak satu!

"Biar aku aja sendiri, Ma," kata Aghas saat sudah selesai menyimpan Snowy di kursi belakang.

"Mama ikut aja, biar ada yang jagain Snowy nanti." Hazel lalu menoleh pada Shaga. "Kamu jagain rumah, Giselle udah tidur soalnya."

Shaga mendecak tak terima. "Tunggu di sini!" katanya sebelum kemudian pria itu keluar dan masuk ke rumah dengan lari secepat kilat.

"Aghas masuk, biar mama yang stir," titah Hazel. Aghas menurut, dia masuk dan duduk di kursi belakang dengan Snowy.

Hazel hendak tancap gas, namun urung ketika melihat Shaga keluar dari rumah, pria itu berlari terpogoh-pogoh sambil membopong Giselle yang tertidur. "Ma! Tungguin, Papa ikut!"

Aghas dan Hazel sontak memijat pelipis bersamaan, sementara Snowy melongo, terlebih saat Shaga susah payah berusaha masuk ke dalam mobil. "Om....?"

"Yuk, caw!" seru Shaga saat berada di dalam mobil.

Snowy mengaga, sebentar ... ini mau ke klinik apa mau bertamasya sih? Kok borong keluarga?!

***

"Snowy, kamu tidur di kamar Aghas, ya, sama Giselle. Sebenarnya ada dua kamar tamu di sini, tapi masih di renovasi." Hazel berujar sambil membuka pintu rumah, mereka baru saja sampai setelah menemani Snowy di klinik.

"Nggak apa-apa gitu, Tan? nggak ngerepotin?" tanya Snowy.

Aghas mendengkus mendengar itu. Kenapa malah bertanya pada Hazel, itu adalah kamarnya, harusnya dia yang di tanyai.

"Nggak apa-apa, dong. Tante seneng kalau kamu mau nginap di sini. Ayok, bang, bawa Snowy masuk."

Aghas yang lagi-lagi membopong Snowy akhirnya masuk, dia langsung menaiki undakkan tangga untuk sampai di kamarnya.

"Bang cepetan masuk! Papa pegel ini gendong adek." Seru Shaga saat Aghas berhenti di depan pintu kamarnya.

"Ma, tolong bukain pintunya."

Pintu kamar Hazel buka, Aghas segera masuk di susul oleh Shaga. Mereka bersamaan menyimpan Snowy dan juga Giselle di atas kasur. "Makasih, ya, tante, om," ucap Snowy.

"Makasih buat apa, sih." Hazel tersenyum, dia menyibak selimut lalu menutup setengah badan Snowy dan Giselle.

Snowy ikut tersenyum. "Makasih udah bolehin aku nginap di sini, makasih juga udah antar dan bayarin biaya aku di klinik tadi, sama...." Snowy menggantung ucapannya, lalu mengusung senyum lebih tulus. "Makasih karena nggak nanyain alasan aku kabur dari rumah."

"Sama-sama, sekarang kamu istirahat, ya?"

"Eh udah minum obat pereda nyerinya?" tanya Shaga.

Snowy mengangguk. "Udah, om," jawabnya. Snowy melirik Hazel dan Shaga lalu tatapannya berhenti di Aghas.

Cowok itu sedang bersedekap tangan, menatap Snowy seolah menunggu gadis itu mengucapkan sesuatu. Tapi percuma, apa yang Aghas harapkan dari gadis yang baru kenal saja sudah minta nginap di rumahnya? Lihat, gadis itu bahkan langsung menutup mata.

"Ya udah, tante sama om keluar ya?" pamit Hazel.

"Eh tante." Snowy kembali membuka mata. "Mm, anu ... apa boleh aku ikut telepon?"

"Boleh, nih." Hazel berikan ponsel yang kunci layarnya sudah dia buka.

Snowy terima itu, dia segera menekan angka-angka yang sudah dia hafal di luar kepala. Saat dering pertama terdengar, Snowy langsung mengaktifkan pengeras suara.

Aghas, Hazel dan Shaga diam memerhatikan gadis itu. Mereka cukup penasaran, siapakah yang hendak Snowy hubungi malam-malam begin—

"Halo, Mami. Ini kakak!" kata Snowy begitu panggilan terhubung.

"Kakak! Snowy? Kamu di mana, nak?" Arunika bertanya khawatir.

"Kakak lagi kabur," ungkap Snowy.

Lah? Aghas menutup mata tak percaya, Hazel menahan senyum sementara Shaga melongo. Kok, kabur bilang-bilang, sih?

"Iya, kabur ke mana? Mami, Papi, Winter sama adik kamu khawatir kamu tiba-tiba hilang."

"Mami jangan khawatir, kakak kaburnya deket, kok. Di rumah seberang."

Kini rasanya Aghas ingin memukul sesuatu.

"Rumah seberang mana, kak?"

"Rumah seberang kita, Mam."

"Ya udah, Mami ke sana sekarang! Mami khawatir sama keadaan kamu, pergi gitu aja, mana kaki lagi berdarah."

"Mami mau ke sini?" tanya Snowy sambil bangkit dari rebahannya. "Ya udah boleh, deh. Sekalian bawa seragam kakak ya, Mi. Tas juga bawa, soalnya kakak besok sekolah."

"Iya, iya. Mami ke sana sekarang sama Papi."

Panggilan itu di akhiri, Snowy tersenyum lega karena sudah memberi kabar pada Arunika. "Ini tan— kalian kenapa?" tanya Snowy saat dia mendongak dan mendapati Aghas, Hazel serta Shaga tengah menatapnya heran. "Aahh itu Mamiku."

"Kamu kabarin Mami kalau kamu kabur ke sini?" Shaga menyuarakan keheranannya. Snowy mengangguk. "T-tapi kenapa?"

Woy! Ngapain kabur kalau ujung-ujungnya ngasih tahu!

"Biar Mami nggak khawatir." Snowy menjawab lagi dengan wajah lugunya.

Aghas diam-diam tersenyum geli melihat wajah tertekan Shaga. Rasakan itu!

"Oh o-okay." Shaga mengangguk-angguk. "Jadi tujuan kamu kabur ke sini buat?"

"Ya buat numpang tidur?"

"Nggak. Nggak gitu. Maksud om tujuan kamu kabur ke sini buat menghindari siapa?"

"OHHH!" Snowy berseru. "Buat menghindari si Rubah wajah sembilan."

"Rubah ekor sembilan." Aghas mengoreksi.

Snowy berdecak. "Berwajah sembilan! Wajah dia banyak soalnya, si tukang cari muka!"

"Katanya wajahnya sembilan, terus ngapain masih cari muka? Muka sama wajah itu, sama kan?"

"Ck! Lo mending diem deh, Aghas. Bikin darah tinggi aja!" Snowy mendecak sebal, menatap Aghas kesal.

Aghas memutar bola mata. "Terserah lo." Kemudian cowok itu keluar lebih dulu dari kamarnya.

Shaga dan Hazel terkekeh melihat anaknya kalah debat. "Ya udah, kamu sekarang istirahat ya?"

"Eh? Aku tidur nanti aja seudah Mamiku ke sini, tan."

"Mami kamu mau ke sini?"

"Iya, om." Bertepatan dengan Snowy yang menjawab, ada suara bel yng terdengar dari depan. Shaga sontak menatap Snowy. "Nah, itu kayaknya mamiku."

Snowy turun dari kasurnya, walau pincang, gadis itu mampu berjalan cepat keluar dari kamar.

Shaga berkesip-kedip. "Loh? Bisa jalan ternyata?"

"Ya memang bisa," balas Hazel.

"Terus ngapain tadi di gendong-gendong Aghas?"

Hazel tersenyum lalu mengedikkan pundak sebelum kemudian ikut keluar menyusul Snowy. "Ma! Tungguin! Bareng ke bawahnya!" teriak Shaga.

Sementara di lantai bawah, Aghas baru saja keluar dari dapur setelah minum tiga gelas air putih. Dia tidak menyangka, menghadapi Snwoy bisa semelelahkan ini. Cowok itu hendak duduk di sofa, tetapi urung saat bel terdengar.

Aghas berjalan menuju pintu utama, dia buka pintu tersebut lalu berkedip-kedip melihat wanita seumuran mamanya yang melongo. "Halo?" Aghas menyapa.

Arunika menyengir malu, dia sempat terpesona dengan ketampanan Aghas barusan. "Halo, saya Mami nya Snowy," katanya menjelaskan.

Aghas mengangguk lega, akhirnya ada yang menjemput anak itu juga.

"Masuk tante." Aghas membuka pintu lebih lebar.

"Ah iya. Papi, ayok." Arunika menoleh ke belakang, pada Radhit yang tampak keteteran membawa ransel dan juga paperbag cukup besar.

Aghas melongo di buatnya. Ini ... orang tuanya mau menjemput Snowy pulang, kan?

"Mami!" seruan kencang dari Snowy membuat Aghas menoleh ke belakang, gadis itu berjalan di ikuti Hazel dan Shaga di belakangnya.

"Princess!" Arunika masuk, langsung memeluk putrinya erat. "Kamu nggak apa-apa, kan? Luka kamu udah di obati?"

"Udah, Mi." Snowy menjawab tenang. "Papi mana?"

"Ini di sini!" Radhit masuk dengan barang bawaannya membuat Shaga terheran-heran. Itu bawa apa woy?!

"Halo." Suara Hazel yang menyapa membuat Arunika melepas pelukan, wanita itu menatap Hazel lalu sedikit terkejut karena mendapati wanita cantik seumuran dengannya.

"Halo, saya Arunika, maminya Snowy." Arunika memperkenalkan diri, mengulurkan tangan yang segera di jabat oleh Hazel.

"Saya Hazel, mamanya Aghas," kata Hazel tersenyum. "Ini, suami saya, Shaga."

"Halo." Arunika menyapa dan Shaga mengangguk. "Oh iya, ini papinya Snowy."

Radhit mengangguk sebagai sapa. "Radhit," katanya.

Hazel dan Shaga mengangguk. "Ayok, duduk dulu."

"Eh? Nggak usah, kita cuma sebentar, kok," tolak Arunika, wanita itu lalu menoleh pada Snowy. "Kak."

Snowy yang fokusnya pada Aghas, sama sekali tidak mendengar seruan Arunika. Wanita itu mengikuti tatapan sang anak, ternyata Snowy sedang memerhatkan Aghas yang tengah memainkan ponselnya, wajah cowok itu terkena sinar dari layar membuatnya semakin terlihat tampan berkali-kali lipat.

Arunika geleng-geleng kepala melihat Snowy yang tanpa kedip dalam menatap Aghas. Astaga, anak ini....

"Kakak..."

"Kak?"

"Snowy!" Arunika berseru makin kencang.

"Eh? Iya, kenapa Mam?" Snowy gelagapan.

Arunika menghela napas. "Yakin mau kabur?" tanyanya.

Shaga terperangah, pertanyaan macam apa itu?!

"Yakin." Snowy mengangguk.

What?! Shaga melotot.

Arunika meringis, lalu menatap Hazel. "Mbak, apa boleh...." wanita itu kebingungan merangkai kata. Malu sebenarnya untuk bertanya.

Hazel yang mengerti segera mengusung senyum lembut. "Boleh, kok. Nggak apa-apa. Mau nginap di sini selamanya juga boleh."

Snowy tersenyum lebar, senyum yang sudah lama hilang sejak terjadinya kecelakaan itu. Arunika dan Radhit jadi tidak tega untuk melarang keinginan Snowy, mereka tidak mau kalau harus membuat Snowy sedih lagi.

"Beneran nggak apa-apa? Duh, sebenarnya saya ... saya...."

"Nggak apa-apa. Kami ngerti," kata Hazel lagi. "Kalian nggak usah khawatir, Snowy aman di sini. Lagian juga rumah kita deketan, kalau Snowy mau udahan kaburnya, tinggal nyebrang."

Arunika dan Radhit tertawa mendengar itu. "Ya udah kalau gitu, kami nggak akan sungkan buat nitip Snowy di sini. Paling besok juga udah pulang," ucap Radhit.

"Kami bakal antar Snowy pulang kalau dia beneran mau pulang," canda Shaga.

"Mm, kalau gitu ini...." Arunika memberikan paperbag besar pada Hazel.

"Ini, apa?" Hazel dan Shaga bingung.

"Ini stok makanan Snowy selama di sini. Snowy makannya banyak, takut habisin jatah makan kalian. Di dalam ini ada nuggets, sosis, ayam ungkep, sama buah-buahan. Semoga cukup ya."

Aghas membuang napas tak habis pikir. Apa-apaan ini?!

***

Share cerita ini dan tag akun instagram aku @desthrankalau kalian sukaaaa :*

Papaaaayyyy, sampai jumpa di bab selanjutnya 

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top