#5
"Lagipula …, kau mungkin belum tahu jika dulunya … hubungan manusia dengan vampir tidak seburuk ini."
Kristopher mengangkat wajah kemudian tersenyum miring. “Sudah kuduga kau akan penasaran,” ujarnya saat melihat mulut Kathryn yang sedikit ternganga. “Aku akan menceritakan semua. Tapi setidaknya, hargai masakanku.”
Kathryn berdecak kesal. “Iya, iya! Kenapa juga pagi-pagi begini kau sarapan dengan daging?” Sang pemilik rumah yang melihat itu tersenyum kecil. Senyuman tulus yang membuatnya kembali tersipu.
“Terima kasih. Aku akan bercerita sesuai janjiku.” Kristopher meletakkan pisau dan garpu, lalu menautkan jemari – posisi ternyaman menurutnya.
“Dulunya, vampir yang tinggal di sini bisa hidup tenang tanpa diburu. Pemimpin kami membuat perjanjian dengan para tetua di kota ini. Manusia bisa bebas selama mereka tidak masuk ke wilayah kami. Begitu juga dengan bangsa vampir yang bersumpah tidak akan memangsa manusia, kecuali mereka yang nekat melanggar perjanjian tersebut.
“Setelah wafatnya pada tetua, perintah untuk tidak memasuki wilayah kami terus disampaikan dari mulut ke mulut. Hanya saja cerita tentang perjanjian tersebut tetap dirahasiakan. Karena itulah warga kota tidak sadar akan keberadaan kami. Sampai … hal itu terjadi.” Kristopher cukup lama terdiam, berniat pembuat si pendengar penasaran.
Orang ini benar-benar berniat membuatku mati karena penasaran, geram Kathryn dalam hati.
“Beberapa orang vampir membentu semacam organisasi, dan melanggar perjanjian tersebut. Mereka memangsa manusia di luar wilayah yang ditentukan. Tepatnya delapan belas tahun lalu, saat rumor dan stigma mulai menyebar. Pemimpin kami mengutus seorang kesatria untuk mengeksekusi mereka. Tetapi sayangnya, dia justru terbunuh oleh pemimpin gerakan pemberontakan.”
Kathryn terdiam. Sekarang ia sudah mengerti kejadian di balik penemuan mayat delapan belas tahun lalu. “Karena itulah sampai sekarang manusia terus memburu kita,” ujar Kristopher lalu bangkit meninggalkan piring yang sudah kosong. “Ada yang harus kulakukan di luar. Kalau kau sudah selesai, beritahu aku ya.”
Meski sudah kehilangan seluruh selera makan, Kathryn memaksa diri untuk melahap semua makanan di atas piring. “Apa juga gunanya makan kalau hidupku bergantung pada darah,” gerutunya sambil merapikan piring kotor di atas meja. Ia menghela napas lalu berjalan menuju pintu keluar.
Di pekarangan rumah yang sangat luas, terlihat Kristopher yang sibuk mengurusi tanaman-tanaman kecil. Ia segera menoleh saat merasakan keberadaan Kathryn yang sedang mengawasi. “Aku tak menyangka seorang Kristopher akan tertarik dengan bunga,” ujar gadis itu dengan sebuah seringai. "Ah, ralat. Kau bukan orang."
“Ini bunga spider lily, dikenal sebagai bunga kematian. Terlepas dari penafsiran orang, ataupun kau yang menganggap itu mengerikan, aku sangat menyukai bunga ini,” jelas lelaki itu seraya menyeka tanah yang menempel di wajah. “Ngomong-ngomong, kau pasti merapikan mejanya walaupun tidak kusuruh, kan?”
Kathryn tampak terkejut lalu mendengus kesal, melipat kedua tangan di depan dada. “Tidak adil. Padahal aku sekarang vampir juga. Tetapi mengapa aku tidak bisa mendengar isi kepalamu?”
“Aku tidak membaca pikiran, hanya kau saja yang terlalu mudah ditebak,” elak Kristopher. Ia mendekat dengan membawa setangkai bunga spider lily, memberikannya pada gadis itu. “Warna merahnya begitu indah, seperti binar matamu yang selalu menimbulkan gejolak dalam dadaku.”
“A-ah … kata dokter, mataku ini … kekurangan pigmen melamin, karena itu warnanya menjadi merah. Dan pantas saja … tidak ada yang menyadari ‘perubahanku’,” jelas Kathryn tanpa diminta untuk meredakan gugup.
“Sungguh? Kupikir itu karena kita sudah ditakdirkan saling terikat pada pertemuan tak terencana, hanya untuk bersama sampai akhir dunia. Menerangi gelapnya malam dengan seberkas cahaya lembut dari kasih yang tersimpan dalam jiwa.” Kristopher terus mendekat hingga gadis itu terpojok di tembok rumah.
“Kenapa … kau tiba-tiba puitis begitu, Kris?” cibirnya seraya mendorong tubuh Kristopher sekuat mungkin.
“Aku tidak ingin ada yang memisahkan kita, termasuk para pemburu gila itu. Aku ingin mendekapmu sampai akhir hayat. Dan karena kita immortal, itu berarti selama-lamanya,” ungkap pemuda itu lagi dengan senyum terbaik yang dia miliki. Hal paling sederhana yang bisa meluluhkan hati Kathryn. Tentu saja itu tidak akan terjadi jika ia tidak memiliki wajah berkharisma.
Kathryn tidak bisa menahan diri. Sudah terlambat untuk menyembunyikan wajah yang mengalahkan merahnya bunga dalam genggaman. “Sudahlah, kau sudah berjanji tidak akan menyentuhku, kan?” lirihnya. Adalah kebohongan besar kalau gadis itu berkata bahwa ia membenci momen seperti ini.
“Apa mengucapkan beberapa kata termasuk dalam ‘menyentuhmu’?” tanyanya kemudian mundur selangkah. Wajahnya tampak senang karena berhasil membuat pipi perempuan itu memerah.
“Yah, sebenarnya aku ada pekerjaan penting di dalam. Jadi, bisa tolong bawakan keranjang berisi tanaman itu untuk Mrs. Winston yang tinggal di rumah sebelah?” Kristopher menunjuk ke benda yang dimaksud. “Tenang saja, mereka vampir juga,” bisiknya kemudian pergi tanpa sepatah kata lagi.
Kathryn menghela napas panjang kemudian melakukan sesuai perintah. Ia mengetuk pintu rumah yang dimaksud Kristopher. Beberapa saat kemudian muncul seorang perempuan berambut perak setelah dipanggil kedua putranya yang masih kecil. “A-anu …, Mrs. Winston? Kristopher memintaku mengantar ini.”
Perempuan itu menerimanya kemudian memandang Kathryn lamat-lamat, tersenyum beberapa saat kemudian. “Apa kau ini temannya?” Yang ditanya segera mengangguk. “Kau yakin tidak mau menikah dengan Kris?” Pertanyaan kedua sukses membuat pipi gadis itu kembali memerah.
“D-dia itu … hanya temanku, Nyonya. Kami bahkan belum 24 jam saling mengenal,” dalihnya sambil melambaikan kedua tangan.
“Kota ini tidak aman bagi kita. Terlebih kalau tidak punya kemampuan membela diri, kau bisa saja tertangkap pemburu. Lain ceritanya kalau kau mengikat janji suci dengan vampir lain. Yah, seperti Franz yang sampai sekarang setia menemani membesarkan ketiga anakku.
“Anak itu pasti akan menjagamu dengan segenap jiwa dan raganya. Lagi pula, kalian berdua kelihatan cocok. Darahmu sudah menyatu dengan Kristopher. Tak ada yang bisa menyangkal hal itu.” Mrs. Winston begitu senang saat wajah Kathryn merah padam. “Pipi merah itu menunjukkan seberapa besar perasaanmu padanya.”
Kathryn menggeleng kuat-kuat. “Tolong berhenti membahas itu, Nyonya. Ngomong-ngomong, apa yang akan kau lakukan dengan tanaman itu?” Ia berusaha untuk mengalihkan topik pembicaraan yang lama-lama bisa membuatnya gila.
Perempuan yang sebenarnya sudah berusia lebih dari seratus tahun itu tersenyum. “Aku membutuhkan ini untuk membuat obat-obatan. Yah, aku sebenarnya hanya mengembangkan resep turun-temurun,” terangnya. “Tunggu sebentar di situ,” katanya kemudian berjalan masuk.
Cukup lama Kathryn berdiri di depan pintu hingga wanita berambut perak itu kembali dengan sebuah botol kecil. “Apa ini, Nyonya?”
“Vampir lebih unggul dibanding bangsa manusia, untuk kepentingan berburu dan bertahan hidup. Mereka penglihatan dan penciuman yang jauh lebih baik, berlari secepat angin, berubah menjadi sosok lain, telepati, dan masih banyak lagi. Sayang sekali, vampir membutuhkan waktu lama untuk memaksimalkan kemampuannya.
“Ramuan ini akan membantu pengaktifan kemampuanmu. Kau akan sangat membutuhkan ini, kecuali ….” Mrs. Winston memberikan botol tersebut pada Kathryn, kemudian melanjutkan ucapan. “… kalau Kristopher berniat segera menjadi pasanganmu.”
Kathryn menutup wajahnya dengan kedua tangan, buru-buru berpamitan usai menerima botol tersebut. Sekembalinya ke rumah Kristopher, ia sangat bersyukur karena tidak bertemu dengan sosok orang yang seharian ini membuat jantungnya mengalami perubahan ritme.
"Menikah dengannya? Keputusan buru-buru macam apa itu?!"
*
17 Juni 2021, 19:21 WITA.
Seperti biasa, jangan lupa vote dan comment. 😁
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top