Chapter 6

Keyna berada di dalam sebuah ruangan dengan dekorasi pesta meriah. Teman-teman memburam bersama cahaya. Seorang pria paruh baya mendekati dan bertekuk lutut di depan Keyna, menyembunyikan sesuatu  di balik tubuhnya.

"Selamat ulang tahun Keyna," ucap pria paruh baya itu sembari memberikan sebuah boneka beruang warna merah jambu.

Keyna ingat sekali dirinya memekik gumam. Bulunya amat lembut saat tangan mungil Keyna menerima benda itu, kemudian memeluk dengan erat, bahkan beegelayut manja bersama boneka. "Terima kasih," balas Keyna disertai senyuman.

"Simpanlah. Boneka itu adalah hadiah ulang tahun untukmu," ujar sang ayah mengulurkan tangan ke arahnya.

Keyna tahu uluran dia bermakna apa. Namun, tiba-tiba boneka dalam dekapannya ditarik dengan kasar. Seorang lelaki dengan wajah nampak kabur, mungkin seumuran dengan Keyna.

"Kembalikan, -------!" Telinga Keyna langsung disambar denging cukup kuat kala menyebut nama orang itu, pertanda ia tak ingat siapa sosok perebut boneka milik Keyna.

"Lo mau ini?" Hati Keyna memanas mendengar nada hina yang keluar dari mulut peri mimpi buruk, lebih-lebih lagi tergelak sinis. "Gak usah sok-sokan deket sama temen-temen gue! Dasar cewek gak tau diri! Maunya deket-deket terus sama temen gue, awas aja kalau masih berani deket sama temen gue, lo bakal gue siksa sampe mampus! Denger lo?!"

Keyna tak ingat pasti dengan apa yang beliau cakap, tapi entah kenapa mampu menyakiti hati. Dengan sendiri, ia menunduk memandang kedua tangan penuh luka lebam yang mencengkeram rok biru. Tak lama ia mendongak seraya berkata, "Pokoknya kembalikan bonekaku!"

Keyna spontan melompat meraih boneka dalam genggaman sang mimpi burik. Bukannya dapat, dalam sekejap boneka itu berpecah menjadi cipratan tinta hitam dan berubah menjadi sosok seorang yang samar-samar di ingatan Keyna. Sosok itu berdiri di sisi atap sebuah bangunan, berlumuran darah hingga seluruh tubuhnya hampir tak dapat dikenali.

"Key, kenapa?" Sosok itu berkata lirih pada Keyna.

"Kamu kenapa ngomong gitu?" Kini Keyna merasakan dingin menguasai mata dan pipi. Nada bergetar mengikuti raga yang gemetaran. Sekuat mungkin ia berjalan mendekati orang itu. "Jangan bilang kamu----"

"Nyesel aku kenal kamu Key, aku nyesel banget pernah jadi teman kamu. Aku harap aku nggak pernah punya temen kayak kamu...."

"Gak, kumohon jangan jadi orang kesekian yang mati karena aku. Kumohon...." Nihil, dia tak mendengar. Dia justru tertawa, bersiap terjun, hilang dalam pandangan Keyna yang memekik dan berlari melihat ke bawah.

Terlambat, dia melebur menjadi genangan darah di lantai.

****

Keyna membeliak tiba-tiba. Terlihat langit berwarna hitam pekat tanpa bintang. Sesuatu yang basah hinggap di kening. Beribu pertanyaan keluar bagai burung-burung di lautan. Apa yang terjadi dengan dirinya?

"Kakak tadi demam," Seseorang seolah menjawab semua pertanyaan Keyna dalam tiga kata. Ia melirik ke sumber suara. Terlihat seorang laki-laki tengah duduk bersila, menilik patung gipsum sambil sesekali memandang penuh kehangatan.

"Benarkah?" Sebisa mungkin Keyna bangun memposisikan dirinya agar berhadapan dengan anak itu yang mengangguk satu kali. Benda basah yang berupa kompresan dari kain bekas ia taruh di atas tas.

"Tadi kakak menulis sesuatu," ujar anak pemilik patung itu sembari menunjuk ke arah sebuah buku yang tersimpan di samping. Keyna.

Tersadar akan tugas dan tujuannya, Keyna dengan cepat mengambil buku pemberian Zikra yang tersimpan tidak jauh dari tempatnya duduk dan kemudian menanyakan keadaan anak itu.

"Bagaimana perasaanmu? Kau baik-baik saja? Apa yang membuatmu ketakutan? Apa yang membuatmu marah?" Keyna menyerbu anak itu dengan rentetan pertanyaan.

Anak itu malah menelengkan kepala, tak menjawab kereta bernilai pertanyaan dari Keyna. Mungkin dia kebingungan harus menjawab pertanyaan yang mana terlebih dahulu.

Keyna melihat patung itu terus dia genggam, ibarat perangko tak mau lepas dari sepucuk surat.

"Kenapa kau menginginkan patung itu?" tanyanya lembut, menunjuk benda yang dimaksud.

"Aku tidak tau." Dia meringkuk memeluk lutut, menggeleng lemah dengan tangan masih bermesraan dengan patung berbentuk sepotong semangka. "Aku merasa nyaman saat memegang patung buatanku. Patung ini menenangkan hatiku. Tapi saat patung ini hilang, aku tidak tau harus mencarinya ke mana. Aku tidak ingat di mana tempatnya. Aku langsung hilang kendali jika kehilangan patungku, seperti yang Kakak lihat tadi siang," jelasnya.

"Menenangkan hatimu?" kata Keyna mencatat jawaban dia. "Apa itu benda berhargamu?"

Terbalas anggukan singkat. "Aku tak mau patungku hilang lagi. Begitu ku peluk dia, seolah-olah patung ini memberiku semua ingatan sebelum aku hilang kendali."

"Kau sungguh tidak ingat apa-apa selama patungnya hilang?"

"Iya, yang kuingat sebelum mendapatkan patung buatanku adalah Kakak yang membidik pistol ke arahku."

Keyna kembali menulis jawaban dari anak itu. Berdasarkan jawaban dari anak itu, muncul sebuah analisa di mana pasien Vyeosick akan kehilangan ingatan sebelum mendapatkan barang-barang berharga atau kejadian terindah mereka. Senyum miring terpatri di bibir Keyna.

"Sepertinya para pasien Vyeosick tidak bisa mengingat semua tentang hal yang berkaitan dengan kesenangan mereka, baik itu barang ataupun kejadian," gumam Keyna membuat kesimpulan.

Raut wajah Keyna menegang saat dia menyentuh keningnya. Ia tak dapat berkata-kata selain merutuki diri sendiri. Selepas bertindak demikian, dia melebarkan senyum.

"Kakak udah gak demam lagi." Gelak kecil dia mampu melunakkan air muka Keyna. Hati dan pikiran terasa menggelitik kala memandang dia berwajah ceria.

Setelah itu Keyna menandai nama anak tersebut pada daftar nama pasien Vyeosick sebagai pasien yang telah sembuh. Keyna kemudian mengelus kepala anak itu dengan lembut, mengedarkan pandangan ke area sekolah. Sorot matanya berubah dingin. "Sudah malam."

Ia melirik pasien negatif serbuk Vyeoflower yang berdiri melemparkan patung dengan ketinggian rendah. "Siapa namamu?"

"Zee."

"Nah, Zee." Ia kembali mengamati area sekolah itu. Terdengar lolongan parau para Vyeosick yang seperti kehilangan hasrat ingin hidup normal. "Bagaimana cara agar kita bisa ke sana dengan selamat tanpa ketahuan para Vyeosick?" []

Hayolooo, Keyna dilanda gundah. Yuk kasih tau Keyna cara agar ke area aman para relawan dengan selamat bersama Zee? Komen di bawah yaa.

Makasih yang udah baca. :)

Regards,
Revina_174 & iNay_3010

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top