Chapter 21

Lapor....
Saat aku bangun dan mendapati pasien Vyeosick berada di dekatku, aku berpikir 'Tamat sudah riwayatku.' Ternyata dia bersikap normal sepertiku. Padahal aku inat, dia berperilaku gemas padaku. Katanya, dia akan berperilaku normal jika patung yang kutemukan berada dalam genggamannya. Aku percaya dengan ucapan dia karena gejala dampak serbuk Vyeoflower lebih ke hal psikis, tapi sembuh karena sebuah barang berharga? Jangan bercanda!

"Begitu, ya?" Keyna manggut-manggut lamban. "Bagaimana menurut kalian?"

Dua lelaki dewasa berseragam loreng berhenti melangkah, saling memandang kebingungan. "Nona Keyna ... tanya pada kami?" tanya seorang pemuda tanpa kumis dan janggut.

Keyna berbalik dan mengangguk menerbitkan senyum manis. "Aku igin tahu pendapat kalian."

"Aku bisa beri pendapat kalau Nona Keyna mau cerita sedikit," katanya terkekeh sumbang. "Betul tidak, Pak?"

"Sepakat." Mereka kembali menelusuri area sekolah. Buku catatan harian Citra---sang alter ego bersuara lembut---telah pindah di tangan pria paruh baya. Dengan seksama mereka membaca dalam hati, dibanding Keyna yang mengamati pasien Vyeosick di kedua sisi. Mereka dikurung dalam satu ruangan. Berdasarkan catatan harian beliau, satu ruangan memuat enam orang. Entah berapa banyak ruang di area sekolah hingga memuat banyak orang.

"Aku sepenuhnya percaya dengan catatan ini." Suara serak nan berat keluar dari mulut pria setengah baya. "Kalau orang ini bisa berperilaku normal dengan sebuah barang, kenapa Nona tak mencobanya langsung?"

"Tapi, Pak," sela pria muda itu, "apa Bapak tak ingat Nona Keyna sedang mau ke mana? Ke kelas tempat pasien Vyeosick gila tidur. Tuan Zikra beri kita tugas untuk mengecoh----"

"Ayolah, Nak." Dengan santai ia menepuk pundak anak buahnya. Perhatian pria itu beralih memandang punggung Keyna yang berjalan amat anggun. "Biarkan dia mencari tahu solusi untuk memecahkan masalah. Sebelum kita ke sini, seseorang memberitahuku soal masalah Keyna yang sebenarnya."

"Benarkah?"

"Apa kau mulai meragukan komandanmu sendiri, Nak?" Mendengar atasannya bercakap demikian, ia langsung berdiri tegap dan mengentakkan sebelah kaki.

"Siap, tidak sama sekali, Pak!" Keyna tertarik melihat pemuda itu bersikap seperti tentara yang ia temui di TV. "Apa kalian mau menemaniku ke kelas tempat Azky dirawat?"

"Dengan senang hati...." Pria berseragam loreng itu menunduk hormat sebelum memandang prajuritnya lewat tatapan horor. Tubuh si pemuda kembali berdesir bagai disengat listrik. "Nona Keyna...."

"Hii...."

****

Lokasi ruangan Azky berada di lorong kelas 7, di pintu paling kanan. Tempat itu selalu terbuka. Melihat isinya dari luar saja buat dua dari tiga orang merinding, lebih-lebih lagi lelaki bertopi loreng.

"Seriusan ini tempat pasien Vyeosick yang selalu buat masalah?" Prajurit andalan sang pria setengah baya mencicit ngeri.

"Begitulah...." Keyna dengan santainya masuk ke ruangan tersebut. Sunyi, sepi, kosong. Itulah yang ia rasakan saat masuk ke sini. Ranjang dipenuhi bercak darah yang menghitam pertanda kering. Banyak habuk pula.

"Lebih layak disebut gudang ketimbang kamar." Satu tentara masuk bersama cicitan sang prajurit. "Mungkin ada baiknya dia masuk ke penjara khusus pasien Vyeosick."

"Apa?" Pemuda itu buka suara amat melengking. "Kukira tempat seperti itu hanya angan-angan para ilmuwan."

"Kalau kau masih penasaran, sebenarnya tempat ini adalah penjara khusus pasien Vyeosick juga," jelasnya menepuk pundak bidang dia. "Hanya saja dibuat mirip kamar rawat pribadi."

Di samping mereka saling bercengkerama mengenai penjara tersebut, Keyna seperti melihat buntalan berbulu lembut di kolong laci. Ia tarik buntalan tersebut. Keluarlah sebuah boneka, mirip sekali dengan miliknya. Mata Keyna berkaca-kaca. Napasnya berat sangat menahan pedih. Senyum pun bergetar samar.

"Rupanya dia masih menyimpannya." Terlintas keinginan membawa boneka ini ke ruang kesenian. Namun, ia urungkan niat itu, lebih memilih menaruh boneka di atas laci yang terbentang sebuah buku. Benda lembut itu mereka tinggalkan, sampai seseorang datang dengan lemas.

Secercah energi menguatkan penglihatan Azky. Boneka itu kembali padanya dalam keadaan bersih dari debu dan serbuk Vyeoflower. Senyum manis merekah di bibir hitamnya. Azky berjalan kaku, sebelah tangan terulur mau menyentuh benda berbulu lembut di atas laci.

"Sekian lama aku cari boneka milik Keyna...." Satu jari menyentuh hidung boneka berbentuk beruang, sejuta gambar menampilkan kebersamaannya dengan Keyna. Melihat gadis itu amat elok kala tersenyum manis. Makin ke sini, Azky mampu menangkup wajah boneka beruang. Makin indah saja wajah Keyna dalam balutan seragam sekolah. Melompat, berbalik, bahkan diterpa angin.

Azky tersadar telah mengangkat boneka milik Keyna. Dengan cepat ia peluk, memejam mata kuat-kuat mengerluarkan air mata. Yang paling ia ingat sekarang adalah....

Saat di mana ia dapat memeluk tubuh Keyna begitu erat.

Hanya itu yang Azky inginkan jika ia sembuh.

"Maaf, aku tak bisa bersamamu, Azky."

PRANG!

****

BEFORE NIGHT COME
THE END

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top