Chapter 16
"KEYNA!" Suara menggelegar berasal dari Azky. Ia telah mencari Keyna ke mana-mana tapi masih belum menemukannya. Terakhir kali, Keyna berlari menyusuri lorong dan koridor-koridor di area yang ada dekat parkiran.
Makin gemetar badan Keyna yang menempel pada badan pintu, merosot menenggelamkan wajah dengan kedua belah tangan. Pistol berisi peluru berat lepas dari genggamannya. Ia tak tahu harus berbuat apa untuk membuat Azky bertekuk lutut padanya.
"Izinkan aku untuk mengambil alih tubuhmu, Keyna." Suara itu kembali terdengar. Ia menutup telinga rapat-rapat, membiarkan muka basah akan peluh dan air mata. "Kumohon, Keyna.... Biarkan aku mengambil alih tubuhmu. Aku akan buat dia ketakutan sampai bersujud padamu."
Berhenti.... Denyut nyeri di kepala hadir bagai gelombang yang timbul akibat cuaca buruk. Keyna terus-terusan mengerang kesakitan. Orang-orang berseragam putih-biru itu, makin hari makin memuakkan. Terakhir yang Keyna ingat adalah seorang guru wanita yang tergeletak di tempat ini dengan sebilah pisau bergabung pada genangan darah.
Kembali ke sudut pandang Azky.
Saat melewati area parkiran, ia melihat siluet wanita yang menunduk keluar dari toilet yang berada tak jauh dari sana. Di tangan kanan dia, tergenggam sebuah pisau yang karatan di beberapa titik. Seringai lebar kembali mewarnai kehororan Azky, berjalan cepat sambil tertawa sinting.
"Siapa ini?" Gadis itu mendongak dan tersenyum lebar, menelengkan kepala. Azky mulai ragu. Melihat Keyna berperilaku sama dengannya, ia kini merasakan suatu hal yang mengerikan. Maka, Azky mundur kaku walau dalam hati ia teringin menghabisi nyawa Keyna.
"Kenapa kau menghindarku, sayang?" Keyna lah yang maju mendekati Azky. Ia tertawa sinting, menyipitkan sebelah mata seraya mengacungkan senjata tajam.
"Aku capek diganggu sama kamu, sayang." Wajah Keyna berubah sayu, berkaca-kaca, berujung munculnya air mata. Dalam hitungan detik pula, mata Keyna melotot bengis di balik seringai lebar dia. "Tapi tak apa, aku ingin kamu menderita karena aku."
Tak lama kemudian, Keyna tertawa dan langsung mengayunkan pisau ke arah Azky. Azky pun refleks menghindari serangan tersebut. Telat satu detik saja mungkin goresan pisau itu sudah pasti akan mendarat di tubuh Azky, lantas memutuskan untuk lari secepat mungkin, sejauh mungkin dari gadis gila itu.
Pertarungan sengit kembali terjadi antara Azky dan Keyna di sepanjang mereka kejar-kejaran. Bilah senjata tajam beradu menimbulkan dentingan kuat, membuat siapa saja ngilu akan bagian runcing yang saling gesek. Serangan yang dilancarkan Keyna sangat cepat, membuat Azky kewalahan sampai terpojok.
Gaya bertarung Keyna yang brutal hanya bisa ia hindari tanpa bisa melawan balik. Ia takkan bisa menghadapi Keyna lagi. Azky memutuskan untuk kabur menyelamatkan dirinya dari kebrutalan Keyna.
Namun, Azky melakukan kesalahan besar. Jika ia kabur tanpa perlawanan maupun todongan senjata sebagai perisai, maka Keyna punya celah untuk melukainya. Azky mendelik, terbaca oleh Keyna yang tersenyum makin lebar.
"Sepertinya kamu tahu kalau aku punya peluang untuk melukaimu." Pisau Keyna dengan mudah menancap bahu Azky, mencabutnya begitu cepat tanpa memedulikan Azky yang kesakitan. Ia langsung lari ketakutan, tak peduli lagi pada rasa sakit di bahu.
Yang penting aku harus selamat dari dia, pikir Azky melirik gelisah.
Kesialan menimpanya lagi. Di depan sana sudah berdiri beberapa relawan tengah mengacungkan moncong pistol ke arah mereka berdua. Pelatuk ditekan secara serempak dan beruntun. Puluhan peluru bius mencancap tubuh Azky, tapi terdengar dentingan dan pecahan dari belakang. Keyna menangkis semua serangan para relawan. Azky merasa tubuhnya melamban, melemah, bahkan tak larat beraltivitas lagi. Ia jatuh tengkurap, sedetik sebelum kapsul bius lepas dengan sendirinya. Namun sebelum kesadarannya benar-benar hilang, ia mendengar suara seseorang menjerit dengan keras dari arah belakang.
"JANGAN BUNUH KAMI, KEYNA!"
****
Iya, menurutnya itu mimpi buruk pertama dalam lembaran umur 17 tahun. Ia tak percaya Keyna akan seperti itu, menyamai monster yang suka melahap kesenangan orang lain. Ia harus bangun sekarang.
Perlahan Azky membuka mata. Sesuatu mengikat tubuhnya dengan erat. Ia tak bisa bangkit. Berpikir positif, mungkin ini efek bius yang selalu mereka pakai supaya ia tenang.
"Akhirnya kau bangun." Azky menoleh lemah, mendapati Zikra yang baru pulih dari luka tengah duduk di sana. Tangan dijinjing menggunakan kain, terlihat seperti menggendong bayi. Dia tersenyum samar, tapi ia mampu merasakan kengerian dari mata dia.
"Aku ingin menanyakan beberapa pertanyaan padamu. Tentang kejadian semalam dan juga alasan di balik dirimu yang ingin memburu Keyna," ujar Zikra tanpa basa-basi.
Tetapi bukannya menjawab, Azky malah memberontak, berusaha agar tali yang mengikat tubuh kotornya terlepas.
"Aku takkan menyakitimu," kata Zikra berdiri, masih memandang dingin padanya. "Aku juga tak yakin apakah kau mampu lepas dari metode ini."
"Berisik!" Satu per satu, tali yang mengikat tubuhnya terlepas. Azky leluasa bangun dan menyerang Zikra. Sengaja mencekik leher dia guna mendorong dengan mudah, lalu mengunci pergerakan Zikra dengan menyudutkannya ke dinding.
"Dan kenapa kau bertanya tentang itu padaku?" heram Azky balik bertanya.
"Karena semua aktivitasmu semasa menjadi Vyeosick telah terekam. Dari mulai suara, sampai bentuk video pun ada. Dan aku rasa Keyna akan tahu semuanya," jawab Zikra dengan santai. "Cerita saja, dan aku akan membiarkan kau bebas berkeliaran di sekolah."
Sementara itu di waktu yang sama dalam ruang kesenian, seorang gadis berbaju kaos pendek yang tertutup jubah nampak tengah duduk dengan ekspresi yang menampakkan raut muka tercengang setelah ia membaca sebuah buku yang dipenuhi dengan noda cipratan darah. Otaknya dihantui seuntai kalimat. Keyna membungkam mulut yang tiada henti terisak.
"Apa yang terjadi saat aku tak sadarkan diri?"
"Orang itu ... Azky tak henti-hentinya mengejarku...." []
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top