Chapter 15
Dengan setengah berlari, Keyna mendobrak pintu yang telah rusak menggunakan kekuatan di badan, lain tangan yang menggenggam kapak begitu erat. Sorot matanya bergerak ke mana-mana dengan kilat putih mendingin, hingga fokus Keyna berpusat pada sistem yang berdiri dekat jendela. Titik besar permukaan telah rata. Tanpa berlama-lama, ia mengayunkan senjata untuk menebang pohon pada sistem dengan bengis. Tiada yang namanya rahang melunak selain suara engah terdorong kegiatan menghancurkan sistem.
"Hancur ... kau!" Ayunan kapak terakhir mampu membelah isi siatem yang penuh kepingan chip, memercikkan kilau mematikan. Ia melemparkan kapak pada bangkai mesin, ambuk bersimpuh. Menghancurkan sistem membuat tenaganya terkuras banyak.
"Keyna! Kami sudah hancurkan CCTV-nya!"
Sebelah sudut bibir Keyna tertarik lebar, menoleh dengan lemah ke arah monitor yang menampilkan banyak bingkai pengawasan CCTV. Satu per satu memburam macam TV rusak. Ia berdiri sempoyongan, berjalan luntang-lantung memandang keadaan di luar, melintasi belahan sistem yang masih memercik kilau mematikan. Langit sore kini bersorak padanya lewat layung senja yang amat mencolok menerpa wajah dingin dilapisi kaca masker respirator.
"Lempar molotov tidur di titik yang kita sepakati," ujar Keyna menyipit sinis. Bunyi pecah riuh di seluruh arah. Kepala para Vyeosick yang bergerak lamban langsung tumbang dalam hitungan detik.
"Kalian yang berada di ruang kesenian," kata Keyna mengerling ke sebuah bangunan kecil dan lebar samping UKS, "langsung bergerak dan kurung mereka di ruangan. Satu tempat enam orang."
Segerombolan manusia bermasker respirator berpencar memenuhi jalanan di area sekolah, menyeret orang terdampak serbuk Vyeoflower bagaikan membawa sekarung beras.
"Kita punya waktu 5 menit untuk membuat mereka terkurung di kamar rawat." Mata cokelatnya membesar dan menggelap bila menunduk, melepaskan jari yang menekan handsfree. "Kita buat Azky tak berkutik."
Lima menit telah berlalu. Fajar telah tenggelam meredupkan semburat oranye di langit. Selama ini Keyna duduk sengkil dengan kedua kaki menapak pada sisi bingkai, memandang area sekolah yang sepi dengan sorot tajam. Namun, bukan mereka yang ia pantau.
"Harusnya dia ada di sini." Siap siaga ia mengambil senjata tembak di dalam tas. Sebelah kiri tergenggam pistol bius, sedang senjata api terasa berat di tangan kanan. "Di mana dia? Kuharap mereka tak terluka parah karena biang kerok itu."
Baru saja Keyna bicarakan hal demikian, jeritan seseorang menghebohkan area sekolah. Sampai sini ia sudah dibuat geram. "Sialan...." Tanpa berpikir panjang, ia berlari cepat sambil menekan tombol handsfree.
"Kalian yang masih di luar, harap siap siaga. Selalu genggam senjata di tangan, atau kalian dalam bahaya. Bagi yang menemukan keberadaan Vyeosick tak waras itu, segera lapor padaku, siapa saja yang dekat dengan kelompok yang menemukan dia."
Ujaran Keyna berhasil meningkatkan kewaspadaan para relawan. Sebagian besar menggenggam pistol bius, beberapa manjat ke atas untuk siap melemparkan molotov tidur. Tak sedikit pula mereka siap siaga dengan senjata api untuk keadaan genting.
Sekarang gadis dengan rambut dikucir ekor kuda itu harus mencari keberadaan. Jangan sampai mereka terluka akibat rencananya sendiri. Jeritan lelaki itu amat berpengaruh pada sisi sensitif para Vyeosick. Dalam sekejap saja, ia menemukan beberapa pasien berperilaku seperti algojo, melumpuhkan relawan yang terluka akibat mereka. Nasib baik tak terlalu parah, selama Keyna ada dekat kelompok.
"Di belakang kantor, Keyna!" Salah seorang relawan berteriak terengah-engah, pun suara jeritan Azky ada di sana. "Cepatlah kemari! Kami tak kuat lagi ... menahan dia. Dia terlalu ganas!"
"Kau memang rekannya Keyna, pantas dibunuh!"
"Sialan...." Tangan kanan Keyna mulai menekan pelatuk seiring emosi yang mendidih di kepala. Lelaki pembuat kekacauan.... Ingin sekali ia menyingkirkan Azky dari muka bumi. Ingin sekali ia ceburkan dia ke pusat tata surya.
Detak jantung mampu ia dengar. Sebentar lagi----katanya----Keyna sampai mengacungkan dua senjata tembak. 30 sentimeter ia mengerem laju langkahnya hingga menghadap pada tempat yang mereka sebut, langsung merentangkan kedua tangan ke depan.
Satu orang telah tewas, yang lain terluka ringan membawa rekan dan pasien Vyeosick yang tertidur, dan satu orang menjadi sasaran nyawa melayang di tangan manusia berotak konslet, tercekik dalam terkaman dia dan menggeliat meminta oksigen.
"Sudah kuduga kau akan mencelakai banyak orang demi aku," kata Keyna menyipit tajam. "Harusnya kau menghadapku langsung, Azky. Mereka tak bersalah. Mereka hanya menjalankan tugas sebagai relawan untuk mencegah bertambahnya pasien baru."
"Dan kau baru saja melenyapkan kambing hitam, membuat jiwanya diluput ketakutan," sambung Keyna menekan pelatuk kedua senjata tembak.
Senyum lebar terukir di bibir pucat Azky, melepaskan mangsa kecil yang berlari terbatuk-batuk membawa mayat. "Kenapa kau tidak bilang? Sekarang kamu jadi cewek pemberani ya, Keyna...."
"Keyna yang kau kenali sedang istirahat."
"Aku terkejut mendengarnya." Iris Azky menciut, muncul pula seringai lebar. Aura tak mengenakkan ibarat kabut asap di alam pikiran Keyna. "Tembaklah aku jika kau bisa."
"Aku akan menembakmu setelah kau mengatakan tak mau menerima perintahku," kata Keyna menelan saliva. "Baik kamu introspeksi diri. Lupakan Keyna dan mulailah hidupmu dengan normal, melawan efek serbuk Vyeoflower, dan bergabung dengan relawan lainnya setelah kamu sehat."
"Tapi aku takkan pernah menuruti omonganmu!" Azky berlari menguatkan genggaman pada sebilah pisau karatan yang teracung ke depan Keyna.
"Baiklah, keinginanmu terkabul." Tembakan melengking datang dari pistol beramunisi timah panas, melesat memuncratkan darah di kaki. Dia tumbang dan mengerang kesakitan. Masa inilah Keyna menyerang Azky bertubi-tubi, menghabiskan banyak pelor bius yang menutupi tubuh asli Azky.
Jackpot! Keyna mendesis sinis. Dengan banyaknya kapsul bius yang menjamahi tubuh Azky, lelaki itu akan tertidur di bawah kendali bius.
"Kau pikir aku lemah seperti mereka?" Wajah cerah Keyna memudar cepat. Rahangnya mengeras, mau tak mau mundur sambil membidik target menggunakan pistol yang umum dipakai para polisi sebelum pandemi terjadi.
Melihat Azky mampu bangkit dan berjalan tertatih-tatih, Keyna mulai ragu akan rencananya sendiri. Apa yang harus ia lakukan sekarang? Melarikan diri pun percuma, ia kalah cepat dari dia. Tangan mulai gemetar. Peluh bercucuran di seluruh wajah.
"Salah satu komplikasi penggunaan bius umum adalah tetap sadar meski telah dibius," kata Azky terkekeh sumbang, mendongak menampakkan muka berlumuran darah di area mulut ke dagu. "Sekarang giliranku untuk membunuhmu!"
Secepat kilat Azky menghunus senjata tajam karatan ke arahnya, tapi masih mampu dihindari. Tak ada pilihan alternatif selain melarikan diri, menghemat amunisi peluru yang mampu memecahkan tengkorak manusia.
"Izinkan aku untuk mengambil alih kesadaranmu, sayang...." Keyna makin gelisah, lari pun sempat terjatuh. Suara tadi ... siapa yang bicara padanya? []
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top