30

Para penata rias sempat kesulitan menutupi memar biru-keunguan yang mewarnai hampir seluruh bagian tubuh gadis itu.

Meskipun sebagian besar tubuhnya akan tertutup oleh kimono, ada beberapa bagian yang mana kimono tidak bisa menutupinya.

"Nona, tersenyumlah. Jangan murung begitu." Tatapan (y/n) semakin sendu. Bulir-bulir air mata menumpuk di kedua matanya. Gadis itu menunduk sedih.

Padahal pantulannya di kaca sungguh cantik. Pakaian serba putih di tubuhnya itu memperindah penampilannya yang sebelumnya terlihat agak mengerikan.

Penata rias itu memberikan sentuhan akhir berupa tudung putih yang membuat gadis itu tidak bisa melihat sekitarnya kecuali orang di hadapannya.

Shinichiro... Aku takut. Aku tidak ingin menikah dengan orang itu.

Gadis itu di biarkan sendiri setelah pelayan dan penata rias itu pergi. Tangannya meremas kuat pakaian pengantin miliknya.

"Shi-Shin... A-aku tidak... Aku tidak mau menikah..." tangisannya pecah. Ia tersendat mencoba menahan air matanya.

Namun segala usahanya tetap gagal. Kedua pipi cantiknya basah oleh air mata yang mengalir deras. "Shin... Kamu dimana? Aku takut."

To : Sano Shinichiro

From : (l/n)(f/n)

Tolong datang ke alamat ini secepatnya. Jangan ditunda. Cepatlah datang!!

Laki-laki itu mengernyit bingung. Akan tetapi, setelah ia melihat pesan berikutnya, ia segera pergi ke alamat yang dituju dengan motornya.

"Kak, mau ke mana? Kenapa buru-buru?" Emma bertanya heran. "Emma, tolong jaga rumah sampai kakak kembali ya. Terima kasih!"

kak Shin kenapa ya? Tidak biasanya dia buru-buru sampai segitunya. Kalaupun dia telat ikut rapat, dia akan tetap santai. Aneh.

To : Sano Shinichiro

From : (l/n)(f/n)

Cepatlah!

(y/n) akan menikah di lokasi itu sekarang juga.

——— .

Perempuan itu celingukan ke kanan dan ke kiri. Ia mencari seorang laki-laki yang sebelumnya ia ketahui sebagai pacar gadis yang hampir menikah dengan pamannya.

Ia membully (y/n) bukan tanpa alasan. Awalnya ia kira (y/n) hanya pencitraan kepada pamannya demi hartanya.

Namun, setelah ia mendengar tangisan pilu (y/n), iapun tahu kebenarannya.

Aitsumi juga tidak terlalu menyukai sifat playboy pamannya. Ia juga tahu sifat (y/n) selama disekolah.

Perempuan itu tidak ingin salah satu murid yang 'tidak punya masalah' di hidupnya malah ikut menderita karena pamannya.

Setidaknya perempuan itu masih memiliki hati nurani walaupun ia terkenal kejam dan suka menghajar murid dari sekolah lain.

"Ck! Kalau begini ceritanya, seharusnya aku lebih perhatian ke sekitarku. Aku malah salah sasaran. Ahh bodohnya aku!!"

10.45

"Mana sebentar lagi, lagi pernikahannya. Mana ya dia? Kok belum muncul juga? Apa ada kemacetan ya sekitar sini?"

Selang 10 menit, Aitsumi di paksa masuk ke dalam acara oleh kedua orang tuanya. Menyaksikan gadis baik seperti (y/n) yang akan menikah dengan pria bejat seperti pamannya.

Pintu utama sudah terbuka. Menampilkan seorang gadis berpakaian serba putih yang berjalan sendirian menuju sebuah altar. (y/n) menangis pilu dalam hatinya.

Pelayan yang sempat tak sengaja melihat riasan (y/n) yang terhapus pun segera membenarkannya sebelum gadis itu berjalan ke altar.

"Jangan sedih, nona." (y/n) tidak bisa menghentikan bibirnya yang melengkung ke bawah. Hatinya sakit. Sedih sekali rasanya.

besok ulang tahunku... Tidak apa. Aku akan loncat dari lantai 10 saja. bibirnya tersenyum tipis.

Semua orang di dalam gedung itu menatap takjub (y/n). Tubuh moleknya terbungkus sempurna dengan pakaian nikah miliknya.

Sesampainya di altar, ia berdiri berdampingan dengan Jurou yang masih mengeluarkan aroma alkohol yang sangat menyengat. cih. Menjijikan.

"Baiklah, mempelai pria dipersilahkan untuk mengucapkan janji suci." Jurou mengucapkan janji suci itu dengan sangat lancar.

Tentu saja lancar. Menikah itu bagaikan makanan sehari-harinya. Sekitar dua atau tiga tahun sekali ia akan menikah. Dan tak lama ia akan menceraikan wanita itu secara sepihak.

"Silahkan mempelai wanita untuk mengucapkan janji suci." (y/n) membeku. Ia tidak tahu harus berbicara apa.

Ia ingin menggagalkan pernikahan ini sesuai niatnya di awal rencana. Namun ia terlalu takut untuk mengucapkan hal semudah itu.

Lidahnya kelu. Ia masih saja diam.

Jurou geram dengan keheningan yang (y/n) ciptakan. Tangannya terangkat ingin menampar gadis itu keras.

——— .

Air matanya tidak berhenti menetes dengan derasnya. Gadis itu menangis dengan sedikit berteriak. "Shinichiro." suara seraknya mengais panggilan itu berulang kali.

Di temani sinar rembulan yang memancar indah, ia memeluk Pangerannya yang berhasil mengeluarkan dirinya dari neraka lamanya. "Shh... Aku ada disini (y/n). Jangan takut. Aku ada disampingmu."

Shinichiro membiarkan air mata gadisnya membasahi kaos miliknya. "Shh tidak apa-apa (y/n). Aku disini bersamamu."

Kedua insan itu berpelukan di dekat pohon tempat (y/n) sering bermain bersama kakaknya. "Kamu sudah aman kok. Kamu hebat bisa melalui semua ini."

"K-kenapa kamu lama sekali Shin? Aku sangat takut. Aku mengerikan Shin."

"Jangan berbicara seperti itu (y/n). Kamu itu masih cantik dan indah seperti sebelumnya."

"T-tapi aku—"

"Tidak. Itu tidak berpengaruh kepadamu ya sayang. Jangan menilai dirimu buruk. Aku akan selalu berada di sisimu, kesayangannya Shinichiro."

Shinichiro mengeluarkan sapu tangan miliknya. Ia usap bulir-bulir air mata pada mata gadisnya. "Sudah. Anggap saja itu angin lalu. Jangan bersedih sayang. Mending tidur aja hehe. Besok baru kita mulai kembali hari kita yang baru. Gimana?"

(y/n) memeluk Shinichiro sangat erat. "Shinichiro... Terima kasih ya."

Laki-laki itu berdehem. "Sama-sama manis. Sudah ya jangan dipikirkan. Sekarang kamu tidur saja."








757 kata.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top