29

(y/n) merasakan sakit berdenyut-denyut di kepalanya. Ia memegangi pelipisnya, sumber tersakit dari seluruh rasa sakit. hah? Kenapa ada perban?

Nafasnya tercekat. Tiba-tiba ia kembali mengingat kejadian seram itu lagi. ah iya. Benar. "Bagaimana tidurmu?" seseorang mengelus lembut.

(y/n) mendudukkan tubuhnya. Namun rasanya semakin sakit. "Sakit..." kedua memegangi kepalanya yang sudah diperban.

Seseorang di sampingnya terus mendekatinya. Gadis itu terkepung oleh rasa sakit dan rasa takutnya. Ia ingin menjaga tubuhnya sampai ia mati nanti. kenapa aku bisa berada disini? Ini dimana? Apa... Ini di motel? Banyak sekali bunga-bunganya. Aku harus kabur.

Pergelangan (y/n) di ambil, ia kunci dengan borgol yang berada di pojok pajangan kasur. "Apa-apaa ini?! Lepasin ih." berkeringat dingin bercucuran dari punggungnya.

(y/n) juga baru tersadar dengan pakaiannya. mana bajuku? Kenapa bisa jadi seperti ini?

Gerakannya menjadi tak terkendali hanya demi terlepas dari borgol itu. Berkali-kali ia tarik sampai menghasilkan suara gemercing yang berisi. "Ahaha. Tenang aja babygirl. Kamu aman bersamaku."

"Apa maksudmu aman menggoda ha?!" giginya bergesekan satu sama lain. matanya melotot ke arah si laki-laki.

"Tenang aja. Kamu aman bersama daddymu ini kok. Jangan khawatir." Hatinya terasa remuk. Air matanya sudah terbendung di kedua matanya.

Ia seolah kehilangan harapan hidupnya. Shin... Aku mau cinta. aku takut. Aku harus apa sekarang?

(y/n) menunduk sedih. Perasaan kesalnya tergantikan dengan perasaan sedih yang mendalam.

Ia hanya gadis sekolah yang biasa yang tentunya sangat lemah jika fisiknya dibandingkan dengan anak jalanan yang suka bertarung.

Tangannya bergetar kecil. Ia sudah tidak lagi memberontak.

Kesempatan ini Jurou gunakan dengan baik. Tangan (y/n) di tarik sampai empunya sempoyongan dan berakhir di pelukannya.

"JANGAN DEKAT-DEKAT!! LEPASIN!!" gadis itu berteriak histeris sambil melepaskan dirinya dari Jurou. Naas, ia tidak bisa melakukan apa yang ia inginkan.

——— .

Emma berjalan-jalan gelisah. Rasanya ada hal yang menganjal di hati. "Kenapa aku jadi khawatir tanpa sebab begini?" gumamnya bingung.

Ia sendiri juga tidak tahu penyebab kerugian. Namun ia tidak percaya dengan firasat itu.

"Ada apa Emma?" Mikey slap bahu Emma.

Ia membalik. "Tidak ada apa-apa. Aku hanya merasa..."

"Tenanglah. Tidak ada hal yang perlu kamu takutkan disini." tangan di genggam erat. Mikey ingin mendukung saudaranya dengan apapun yang ia punya.

"Ah iya. Mungkin hanya perasaanku saja. Ayo kita makan." Sama halnya dengan Emma, ​​Shinichiro termenung ketika sedang membetulkan motor kesayangannya.

"Kenapa aku jadi gagasan (y/n)? Apa dia baik-baik saja?" Shinichiro mencari kontak (y/n) dan segera menelepon gadis itu.

Ia tidak mendapat suara apapun selain suara operator yang mengatakan bahwa ponsel (y/n) sedang tidak aktif.

Laki-laki itu ingin tahu kalau (y/n) akan baik-baik saja. Akan tetapi, dia tidak mengizinkan dirinya beristirahat dari pikiran (y/n).

"Bisa saja ia masih belajar. Saya tidak perlu khawatir." Shinichiro meninggalkan ruangannya. Sekilas, ia bisa melihat bayangan (y/n) yang melihat pulas di kasurnya saat dulu ia sakit panas.

Hatinya kembali berdebar-debar mengingat ukuran kecilnya (y/n) kala ia memakai baju kebesaran milik Shinichiro.

Tak lama, ponsel Shinichiro bergetar Ada satu pesan masuk.

Kepada: Sano Shinichiro

Dari : (l/n)(f/n)

Aku sedang berada di luar kota untuk menjenguk Ibuku. kamu jangan khawatir.

——— .

Kedua mata (y/n) bengkak dan memerah. Rambutnya terlihat agak kusut. Tubuhnya di penuhi luka dan memar. Satu luka belum benar sembuh, luka lain muncul di dekat tempat yang sama. Membuat luka dan memarnya tidak kunjung sembuh.

Baik fisik maupun mentalnya terluka. Disiksa seperti ini lebih menyakitkan daripada langsung dibiarkan mati begitu saja.

Sudah seminggu yang lalu disekap di ruangan itu. Jika ia mencoba kabur, ada aliran listrik yang siap menyetrumnya sampai pingsan.

Bukan berarti mudah menyerah. Gadis itu telah berkali-kali mencoba menahan rasa sakitnya. Akan tetapi sebelum ia benar-benar keluar, tubuhnya sudah keburu ambruk di tengah jalan.

Kalau di ibaratkan, kedua matanya sudah menangis sampai keluar air mata darah. Begitu sakit dan perih.

Semua orang telah meninggalkannya.

Termasuk Shinichiro. Laki-laki yang paling ia sayangi. Shin... Kamu dimana? Kenapa kamu tidak menyekamtkanku? kenapa kamu tidak mencariku? Kenapa Shin?

Suaranya habis akibat terlalu banyak berteriak. Keadaannya benar-benar mengenaskan.

Mungkin pepatah orang jaman dahulu ada benarnya. Manusia bisa lebih menakutkan daripada hantu pendendam.

Kepada : (l/n)(f/n)

Dari: Sano Shinichiro

Kapan pulangnya?

Jurou mengambil ponsel itu. Ia mengetikkan kembali balasan yang sesuai dengan gaya mengetik (y/n).

Kepada : Sano Shinichiro

Dari : (l/n)(f/n)

Lusa aku akan pulang. Tunggu aku di rumah ya.

Selama ini Juroulah yang mengirim pesan-pesan palsu kepada Shinichiro melalui ponsel (y/n).

Shinichiro agak bingung saja. Soal hubungan (y/n) dengan Ibunya tidak baik. Lalu kenapa repot-repot menjenguk Ibunya segala?

Namun ia tetap berpikir positif dengan suatu hal (y/n) tidak mengapa-napa. Walaupun sangat sangat resah, ia tidak bisa berbuat apa-apa. Ia tidak ingin melibatkan teman-temannya yang lain hanya untuk urusan se-sepele ini.

"Pestanya sudah siap 'kan?"

"Sudah tuan."

"Besok dandani dia secantik mungkin."

"Baik tuan."









713 kata.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top