27
(y/n) berjalan mengendap-endap menuju salah satu rumah besar diantara banyak rumah lain. semoga yang lainnya tidak sadar.
"Eh ada kak—" (y/n) membekap mulut Emma. Senyuman di wajahnya semakin membesar, menampilkan deretan gigi. "Shh. Jangan berisik, Emma."
"Kenapa memangnya kak?" (y/n) berjongkok sampai tingginya setinggi Emma. "Kakak mau mengagetkan kakakmu. Kamu mau bantu kakak 'kan?"
Emma mengangguk cepat. Ia tidak sabar bisa melihat kedua insan itu saling melepas rindu. Walaupun hanya terpaut beberapa jam, keduanya tetap menganggap sebagai waktu yang sangat lama.
"Kak Shin biasanya sedang merakit sepeda motornya kak. Jadi kakak bisa mengagetkannya dari belakang." (y/n) berterima kasih atas informasi yang sangat menguntungkan baginya.
"Tidak perlu berterima kasih kak. Aku senang kalau kakak dan kak Shin bisa ikut senang kok." Seperti yang kita lihat, (y/n) sangat bersyukur mempunyai teman sebaik Emma. Meskipun mereka terpaut 10 tahun, (y/n) tetap menerima Emma apa adanya.
"Mikey mana? Dia tidak terlihat dimanapun." Emma mendelik. "Engga tau kak. Mikey emang suka gitu. Hampir setiap hari telat pulang."
"Ohh begitu." bisik (y/n) kecil. Ia bersembunyi di balik tubuh kecil Emma ketika mereka sudah sampai di depan pintu kamar Shinichiro.
Emma mengetuk pintu itu tiga kali. "Kak, aku masuk ya." teriaknya tidak terlalu kencang. Takut di marahi tetangga kalau teriakannya terlalu kencang.
"Masuk saja Emma." Emma berbalik. "Kak, aku tunggu disini ya."
"Iya. Terima kasih banyak ya. Kakak masuk dulu."
"Semangat kak!"
"Waaa, terima kasih Emma sayang." (y/n) mengecup kedua pipi Emma sebagai bentuk terima kasihnya.
"Yasudah, kakak pergi—"
"Kak, mau cium juga." Mikey datang dengan tergesa-gesa.
Anak kurang belaian yang satu ini telat pulang sekolah di karenakan ia sempat di hadang beberapa preman di perjalanannya.
Begitu ia melihat Emma yang pipinya sedang dicium penuh kasih sayang, Mikey bergegas mendekat untuk memintanya juga. Maklum lah, dia ini tidak pernah mendapat kasih sayang seorang Ibu.
Sekalinya ia melihat sosok Ibu pada diri (y/n), ia jadi sangat manja kepadanya. "Kak, cium."
Sebenarnya Emma sangat ingin memarahi Mikey sebab rencananya akan menjadi sedikit tertunda. Tapi (y/n) mencegah Emma melakukan hal itu.
Di saat-saat terakhir sebelum beberapa minggu lagi ia akan bunuh diri, setidaknya ia harus menyatukan kedua kakak beradik itu. Sekalian untuk menciptakan kenangan indah bagi keduanya juga.
Cup
"Sudah ya Mikey. Jadi anak yang baik ya. Jangan suka menjahili Emma. Kasihan nanti Emmanya."
"Hehe oke kak."
(y/n) membuka pintu kamar Shinichiro dengan hati-hati. Matanya menelusuri keadaan di kamarnya. syukurlah dia masih berkutat dengan motornya.
Ia masuk dan tak lupa kembali menutup pintunya. keren sekali~ aaaa aku tidak sabar mengagetkannya.
"Shin!!" gadis itu memeluk leher Shinichiro dari belakang. Bahkan ia juga ikut terkejut. "(y/n)! Sejak kapan kamu disini? Aku kaget banget tadi."
Shinichiro menarik (y/n) untuk duduk di pangkuannya. "Baru kok. Belum lama." (y/n) menatap intens netra kelam Shinichiro.
Kebetulan posisi duduk mereka saling hadap-hadapan. Sehingga keduanya bisa dengan mudah menatap mata satu sama lain.
"Hahaha, kamu keren bisa ngagetin aku."
"Ga juga ah. Pasti kamu bohong 'kan? Kamu pasti udah tau 'kan? Ngaku aja Shin."
"Eum engga tuh. Buktinya tadi aku kaget gitu."
"Kamu mah jago bersandiwara itu."
"Ah masa?" (y/n) mengangguk-angguk menggemaskan.
Shinichiro ingin memeluk gadis itu. Namun karena ia belum ganti baju, jadi ia mengurungkan niatnya. "Kamu ga mau peluk aku?" tanya (y/n) hati-hati.
Ia mencium pucuk rambut (y/n). "Aku belum ganti baju. Tunggu sebentar ya."
——— .
(y/n) menyenderkan kepalanya ke bahu Shinichiro. Sekalian tangannya memeluk lengan panjang Shinichiro. "Kamu kenapa?" (y/n) menggeleng.
Shinichiro mengusap rambut (y/n) lembut sampai pemiliknya merasa sangat nyaman.
Pemandangan sore di depan mereka menjadi seratus kali bertambah indah. Saling berbagi tempat untuk cerita, juga tempat menenangkan diri terbaik.
"Shin, tempat ini biasa menjadi tempat kakakku dan aku saat kami masih kecil."
"Tapi sayangnya kakakku malah pergi meninggalkanku."
(y/n) melepaskan pelukannya. Ia menangkup wajah Shinichiro lalu tersenyum lebar. "Sekarang ini akan menjadi tempatmu. Kamu mau menjaga tempat ini untukku 'kan?"
"Memangnya kamu mau kemana?" Shinichiro membelai sebelah pipi gadisnya. Ia menangkap mata gadisnya yang meredup. Tidak seceria sebelumnya.
"Ya 'kan kamu itu orang spesial bagiku. Jadi aku ingin memberikannya kepadamu. Jaga untukku ya? Ya? Ya?"
"Tapi kamu tidak akan pergi kemana-mana 'kan?"
"Haduh kamu ini banyak tanya ya. Pokoknya kamu harus menjaganya untukku ya."
"Hmm oke."
(y/n) menghabiskan waktunya bersama Shinichiro dengan mengelilingi hutan itu. Memang rasanya tidak seseru bermain di taman bermain atau berada di pusat permainan arcade.
Tapi dengan kesendirian dan kesunyian diantara mereka membuat keduanya dekat satu sama lain.
"Shin, itu ada gubuk." (y/n) menunjuk gubuk disana dengan dagunya. "Ada pemiliknya tidak ya? Mau lihat?"
"Tidak baik masuk tanpa izin. Lagian ini di hutan. Kalau terjadi sesuatu, bagaimana?" (y/n) mendesah kecewa. "Hahh sudahlah."
"Jangan terlalu berani (y/n). Apapun bisa saja terjadi disini."
"Hmm begitu... Tapi temenin ke jurang itu sebagai gantinya ya!"
"Eh?! Disitu lebih bahaya lagi!!"
"Ah Shin."
"Jaa, ayo kita pulang!" (y/n) memekik ketika ia merasakan tubuhnya diangkat oleh Shinichiro bak karung beras.
"Ngomong-ngomong kalau mau gendong aku, Shin! Aku kaget ini!!"
"Hehe maaf ya."
751 kata.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top