25

Pintu kamar di buka, kemudian di tutup dengan suara sekecil mungkin. Ia tidak ingin membangunkan seseorang yang tengah tertidur lelap dalam balutan selimutnya.

Matahari belum terbit. Namun ia rela bangun pagi demi orang yang saat ini menempati hatinya.

Kulitnya terasa hangat walaupun sensasi dingin dari udara sekitar berhasil menyelimuti laki-laki itu.

Tubuhnya ia dudukkan di lantai sebelah kasur. Matanya tidak berkedip sama sekali. Seakan tak ingin lepas dari pemandangan menggemaskan di hadapannya.

"Imut banget.." bisik orang itu sekecil mungkin.

Tangannya menyingkirkan beberapa helai yang menutupi dahi. Kelopak mata yang terpejam itu tidak bergerak sama sekali. Sepertinya ia memang sangat kelelahan.

Detik demi detik ia lewati dengan penuh kesabaran demi melihat gadisnya terbangun. Matahari mulai menampakkan dirinya. Sinar matahari berjuang memasuki kamar tanpa penerangan itu.

Ada satu celah kecil diantara jendela yang membuat sinar itu masuk. Menerangi sebagian kecil wajah si putri yang tengah tertidur dengan tenangnya. Mengirimkan rasa hangat dan juga sinar yang mengganggu dirinya.

Shinichiro bangkit untuk membuka gorden kamar itu. Ia sedikit tertegun melihat wajah cantik gadisnya yang sebagian telah tersinari. Lalu, iapun menarik gorden itu ke masing-masing pojok.

"Duh, silau." (Y/n) menutup seluruh wajahnya dengan selimut tebal yang tengah membungkus tubuh kecil miliknya.

Bibir Shinichiro tertarik membentuk senyuman. Ia memeluk gadisnya. "Bangun sayang. Sudah pagi." Shinichiro sangat gemas sampai-sampai ia ikut membungkus tubuh gadisnya.

(Y/n) bergumam kecil, agak terganggu dengan rasa hangat berlebih pada seluruh tubuhnya. "Hei, bangun dong."

Jantungnya berdetak dua kali lebih cepat saat ia mendengar suara Shinichiro tepat di samping telinganya. Namun matanya masih terlalu sulit untuk dibuka.

Hanya sebuah lengkungan pada bibirnya lah yang menandakan dirinya sudah bangun.

Shinichiro belum mau melepaskan pelukannya. Sehingga ia tidak melihat senyuman manis nan jarang itu.

"Jangan tidur terus. Bangun ya. Nanti kalau ga mau bangun..."

kalau ga mau bangun?

"N-nanti aku cium nih." Shinichiro mengangkat kepalanya. Betapa terkejutnya saat ia melihat senyuman yang terulas di bibir orang kesayangannya. "Manis.." Ucapnya tanpa ia sadari.

Ajaibnya, gadis itu akhirnya bisa membuka kedua mata yang sebelumnya terasa sangat rapat itu. Tanpa sepatah kata diantara mereka, keduanya terus berbicara lewat tatapan mata.

Entah bagaimana caranya mereka mendapat ketenangan itu, akan tetapi mereka sama-sama menyukainya.

Tanpa memedulikan waktu yang terus berputar, mereka merasa dunia ini diciptakan untuk mereka berdua. Begitu nyaman dan tentram.

"Selamat pagi, (y/n)."

Tangan Shinichiro menangkup lembut rahang (y/n). Ia memutus kontak mata mereka untuk beberapa saat.

Cup

Pipi gadis itu menjadi hangat akan tindakan tiba-tiba yang laki-laki itu lakukan.

Sedangkan untuk si laki-laki sendiri, ia sangat bahagia karena bisa mengetahui pemandangan yang pertama kali gadis itu tatap adalah dirinya sendiri.

——— .

Perasaan senang terus saja membuncah di hatinya. Senyum kebahagiaan selalu terpasang tanpa kenal lelah. Rasanya, ia seperti orang paling bahagia.

Oh tentu. Kan baru pertama kali dalam hidupnya ia diterima. Setelah melakukan 20 kali perjuangan dalam menyampaikan perasaannya.

"GADISKU CANTIK SEKALI LHO!! DIA—" gadis itu segera berbalik. Matanya terbuka lebar setelah mendengar suara lantang Shinichiro tepat di samping telinganya.

Yap, telinganya agak berdengung. Tapi itu tak seberapa dengan rasa malu yang menjalar pada hatinya.

"AAAA SHIN!!" Tangan (Y/n) membekap mulut Shinichiro sampai si empu tidak bisa melanjutkan kalimatnya.

Tangan Shinichiro menyentuh pelan tangan gadisnya. Mulutnya membentuk seringai dibalik tangan (y/n) yang masih menutupinya dengan rasa malu.

Lalu, Shinichiro pun dengan sengaja menjatuhkan dirinya ke belakang. Mau tak mau gadisnya juga ikut terjatuh akibat gravitasi yang menarik keduanya.

(Y/n) melepaskan bekapannya dan beralih memeluk leher Shinichiro. "Aaa!" Pekiknya kecil.

"Hahaha kamu lucu." Tatapan mereka sekali lagi beradu. "Kamu jahat. Pasti sengaja ya?" Lengan Shinichiro melingkari pinggang (y/n).

"Iya. Aku sengaja, hehe." (Y/n) mencoba melepaskan lengan Shinichiro. Tapi ia selalu saja gagal. "Gini aja. Biar kita bareng terus."

"Jangan ngayal Shin. Lepasin ih." Disaat (y/n) ingin membebaskan dirinya dari pelukan Shinichiro, tiba-tiba saja ia mendengar sesuatu yang kembali membuatnya malu setengah mati.

"PACARKU NAMANYA (L/N)(F/N)!! DIA ORANGNYA LUCU DAN BAIK BANGET LHO!"

ngapain dia kaya begitu sih. Aku malu banget ya ampun. batin gadis itu di tengah rasa malunya.

Ia menenggelamkan kepalanya di dada Shinichiro. Kepalanya di usap lembut. "Acie ada yang malu nih. Jelasin dong kenapa malunya, cantik?"

Telinga (y/n) menangkap jelas suara menenangkan detak jantung Shinichiro. dia juga berdebar-debar. Sama sepertiku.

Aaaaa tapi aku masih malu sama yang tadi.

"Gimana? Seneng ya ngeliat aku malu, hm? Dasar Shinichiro bajingan." Bukannya kesal, Shinichiro malah tertawa sangat keras. "Berisik Shinichiro!!"

Tapi, Setelah (y/n) menatap wajah bahagia Shinichiro, ia malah ikut terbawa suasana. Suara tawa mereka berdua saling bercampur menciptakan melodi yang begitu indah.

Meskipun suara Shinichiro tetap terdengar lebih mendominasi, (y/n) tidak bisa berhenti tertawa melihat wajah lucu pacar barunya.

Ahahahaha mukanya lucu banget tadi!

Shinichiro mengeratkan pelukannya pada pinggang gadis itu. Kegugupannya telah hilang semenjak ia suka berada di sekitar gadisnya.

Manik obsidiannya terbuka. teruslah tersenyum (y/n). Jangan pernah menangis lagi. Aku suka senyumanmu.

Kalau kamu bahagia, hatiku juga ikut bahagia. Tapi kalau kamu menitikkan air mata, aku juga bisa ikut menangis untukmu.

Jadi, jangan bersedih lagi ya. Kamu itu 'kan kesayangannya Shinichiro yang suka membuat orang tersenyum. Masa aku tidak bisa menjadikanmu perempuan paling beruntung di seluruh dunia?





783 kata.










Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top