24

Netra hitam Shinichiro menangkap bayangan seorang perempuan yang tengah duduk manis sembari memandangi indahnya rintikan hujan yang membasahi bumi.

Tidak seperti malam-malam yang lain, hari ini hawanya sangat dingin.

Laki-laki itu tidak habis pikir. Bagaimana seorang perempuan seperti (y/n) sanggup berteman dengan udara sedingin ini?

Diam-diam, ia mengambilkan selimut tebal di kamarnya untuk nanti ia balutkan kepada tubuh kecil (y/n).

Terkadang, laki-laki itu suka gemas sendiri dengan tubuh kecil (y/n). Ketika ia melihat (y/n), dirinya seperti terpanggil untuk selalu melindungi gadis itu. Tak peduli apapun resikonya.

Kedua tangan Shinichiro melingkari selimut itu di bahu (y/n). Gadis itu menoleh. "Terima kasih, Shin."

Laki-laki itu mengangguk. "Apa boleh aku memelukmu?"

"Boleh kok." Dibalik suara datarnya, sesungguhnya (y/n) sangat bahagia. Jantungnya berdetak cepat.

Perlahan-lahan Shinichiro merengkuh tubuh kecil (y/n) ke dalam pelukannya. Ia melingkarkan kedua tangannya di perut (y/n). Kepalanya ia taruh di atas kepala (y/n). Perempuan pendek selalu menggemaskan di matanya.

Apalagi jika orangnya baik seperti (y/n).

Shinichiro membagi kehangatan selimut yang ia ambil untuk mereka berdua. "(y/n)..."

"Aku menyukaimu." Laki-laki itu merasakan tubuh (y/n) yang memegang. Ia terkekeh. Lucu menurutnya. "Kamu tidak usah membalasnya. Aku hanya mengutarakannya saja kok."

Tidak seperti perempuan lain yang ingin ia pacari, ia sudah sangat nyaman pada hubungan tanpa status pasti ini. Ia tidak pelu berpacaran. Cukup mengutarakannya saja.

suka? Ini beneran? Ini bukan mimpi 'kan?

(y/n) tersenyum bahagia. Namun ia tetap menutup rapat-rapat bibirnya untuk berucap. Gadis itu terlalu malu untuk menjawab.

Suara hujan malam ini membuat keduanya rileks di dalam pelukan. Masing-masing dari mereka hanya diam saja.

Menutup kedua matanya agar mereka bisa menikmati penuh kenyamanan rasa itu. Rasa mendebarkan juga rasa bahagia yang membuncah di masing-masing diri.

Shinichiro mengeratkan pelukannya. "(y/n), kamu tidak takut denganku?"

Gadis itu menggeleng. "Kenapa harus takut? Memangnya kamu ini melakukan apa?" ia sedikit tertawa.

Shinichiro ini suka ada-ada saja. Orangnya saja baik begitu. Kenapa aku harus takut?

"Aku...," (y/n) berdehem pelan. Ia menunggu dengan sabar apa yang ingin Shinichiro bicarakan.

"Aku ketua geng." Gadis itu mengangguk. "Sudah tahu kok."

"Kamu tidak takut? Sama sekali?" Shinichiro menatap ke depannya. Hujan deras itu mulai menyurut.

"Ya meskipun geng itu menyeramkan, aku tidak takut."

(y/n) memegang lengan yang masih melingkari perutnya. "Karena ada kamu bersamaku."

"Hmm begitu ya..."

"Iya."

"tapi, sekarang semuanya tidak sama lagi. Banyak geng yang nekat berbuat jahat demi membesarkan namanya. Kamu harus berhati-hati."

(y/n) terdiam untuk sesaat. geng itu bisa dengan mudah membunuh seseorang 'kan?

"Ohh iya, apa kamu punya ponsel?"

"Punya kok."

"Kita tukeran nomor saja. Aku akan mengantar dan menjemputmu pulang, oke?"

"Tidak usah. Aku bisa menjaga diriku sendiri."

"Jangan (y/n)... Aku takut kamu kenapa-napa. Kamu sudah menjadi incaran beberapa musuh black dragon." (y/n) mendongakkan kepalanya.

Netra coklat-hitamnya beradu tatap dengan netra hitam Shinichiro. Gadis itu menemukan kehangatan disana.

Banyak orang mengatakan mata adalah jendela hati.

——— .

"Shin, tidak perlu pegangan juga. Orang-orang jadi memperhatian kita." bisik gadisnya pelan.

Tubuhnya ia sembunyikan dibalik tubuh tinggi Shinichiro. Dengan wajah menunduk dalam, ia berusaha menahan rasa malu yang menguasai dirinya.

(y/n) sudah berkali-kali berusaha melepaskan kepalan tangan Shinihiro dari dirinya. Tapi apalah dayanya yang hanya seorang perempuan biasa.

Laki-laki itu tertawa melihat gadisnya yang bersembunyi di baliknya. "Hahaha, kenapa malu begitu?" kepalanya menoleh ke arah gadisnya bersembunyi.

"S-sudah jalan saja."

Banyak siswi berbisik-bisik di belakang mereka. Dan tentunya mereka hanya menggosipkan hal buruk saja tentang gadis yang sedang Shinichiro gandeng.

Shinichiro tidak setuli itu. Jadi ia segera menarik (y/n) ke depan dan menutupi kedua telinganya. Padahal (y/n) sudah terbiasa dengan hal itu. Tapi tetap saja ia tidak bisa membiarkan gadisnya mendengar hal buruk tentang gadis itu sendiri.

Sesampainya di kelas (y/n), Shinichiro berpamitan kembali ke kelasnya.

Mengenai kasus bully yang tak lama ini terjadi, Shinichiro telah menyelesaikannya hari itu juga. Sehingga saat (y/n) sudah masuk sekolah, ia tidak lagi di bully oleh Aitsumi dan teman-temannya.

Seharian itu ia selalu mendapat gunjingan dari teman-teman sekelasnya. Walau kata-kata itu menyakitkan, ia tetap tidak ingin peduli.

Shinichiro juga selalu mengunjunginya saat istirahat berlangsung. Membagi makanan dan mengobrol ringan tentang keseharian dua adik Shinichiro.

Obrolan singkat itu membuat (y/n) melupakan sejenak gunjingan teman-teman di kelasnya.

"Anak-anak, minggu depan ulangan ya. Jangan lupa belajar." satu kelas mendesah kesal. Sudah jam terakhir, banyak maunya pula.

(y/n) bersiap pulang dengan tas di punggungnya. Namun ia sempat melangkah, Shinichiro sudah menyapanya di depan kelas. "(Y/n)!"

Ia menggigit bibir dalamnya. urat malunya sudah putus atau bagaimana sih? Kenapa dia-ah sudahlah.

Sesampainya ia di depan Shinichiro, laki-laki itu kembali menghubungkan kedua telapak mereka. "Aku antar ya."

"Tidak usah Shinichiro. Sudah mau hujan juga."

"Maka dari itu. Biar kita bisa cepat sampai ke rumah."

Sesuai perkiraan (y/n), satu persatu air hujan menuruni bumi. Wangi khas tanah basah dan suara gemercik yang menyenangkan tertangkap oleh indra keduanya.

Para siswa dan siswi yang tidak punya payung terpaksa harus berdiam di sekolah. Keadaan yang serupa terjadi kepada Shinichiro dan (y/n). Bedanya, mereka sempat berhasil jalan dengan moge milik Shinichiro dan berakhir dengan meneduh di salah satu toko tidak berpenghuni dekat.

"Sudah kubilang jangan pakai motormu."

"Aku berencana untuk seperti ini sih."

(y/n) menatap Shinichiro kaget. Laki-laki itu tersenyum polos. "Apa? Aku benar 'kan?"

Ia memukul Shinichiro main-main. "Dasar." Laki-laki itu mengalungkan lengannya pada bahu (y/n). Menarik dekat gadisnya. "Jangan marah begitu dong."








804 kata.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top