23
Di kediaman Sano yang hening, (y/n) berupaya membantu Shinichiro membuat suasana kembali hidup. Gadis itu dapat melihat ketegangan yang terjadi antara Emma dan Mikey.
(y/n) mengajak Emma mandi terlebih dahulu karena katanya sejak pagi ia belum mandi. "Kak, Mikey nyebelin."
Emma telah mendumel tentang Mikey sejak mereka bertemu tadi siang. (y/n) mengangguk maklum. Ya namanya juga pertengkaran kecil antara saudara. Normal lah. Ia juga dulu setidaknya pernah bertengkar dengan kakaknya.
Ia membilas tubuh Emma yang sudah ia sabuni sebelumnya. "Emangnya Mikey kenapa?"
Emma mendengus sebal. "Dia dan Baji mengerjaiku, kak! Masa ia memasukkan es batu ke dalam bajuku saat aku berbicara dengan Baji. Ternyata dia juga ikut bersekongkol."
Tubuh kecil Emma sudah terbulan oleh handuk pink miliknya. "Yasudah, kita pakai baju dulu ya."
(y/n) membantu Emma keluar dari kamar mandi itu. Lantainya sangat licin. Sebelum mandi saja Emma hampir terpeleset disana.
"Kita pakai baju dulu ya." Emma duduk di kasur miliknya dengan tubuh polos. Tenang saja kok, karena tubuhnya sudah di keringkan, kasurnya tidak akan basah.
(y/n) berlutut di hadapan Emma. Belum ia memakaikan bajunya, pintu kamar Emma terbuka.
Bahu gadis itu sampai sedikit terangkat karena saking kagetnya. Ia menoleh ke arah pintu.
Matanya membulat melihat seseorang disana.
"Ak—eh... Ano,"
"AAAAAA SHINICHIRO MESUMM!!! PERGI SANA!" (y/n) histeris. Ia menerbangkan beberapa boneka di kamar Emma kepada Shinichiro.
Dan lucunya, Shinichiro terkena semua lemparan (y/n) sampai ia oleng dan berakhir dengan terjatuh ke lantai.
Gadis itu ikut kaget.
Ia memakaikan Emma baju dan celananya terlebih dahulu baru menemui Shinichiro. Wajahnya terlihat khawatir. aneh banget. Harusnya lemparanku tadi ga sekeras itu deh.
Ah iya!! Shinichiro 'kan masih sakit. Ah ya ampun.
——— .
(y/n), Emma, dan Mikey, ketiganya menunggu di sekitar kasur Shinichiro. Sembari menunggu laki-laki itu terbangun, Mikey menghabiskan waktunya dengan berbincang dengan (y/n).
Meninggalkan Emma yang terlelap akibat kelelahan sehabis berlatih di tempat dojo milik kakeknya.
"Kak, kenapa Shinichiro bisa begini?"
"Mungkin ia masih sakit karena baru berkelahi? Entahlah, kakak juga tidak begitu paham."
"Kakak sudah memberitahu tentang... Yang itu?"
"Su-sudah." Bagi gadis itu sendiri, agak canggung jika ia harus membicarakan sepribadi itu dengan Mikey.
Kasihan juga, Mikey 'kan masih kecil. Masa mau mengurusi urusan anak remaja juga?
"Kamu tidak perlu khawatir, kok. Kakak baik-baik saja. Kakak senang kamu memikirkan tentang masalah itu."
(y/n) menghela nafasnya. "Tapi, anak kecil sepertimu tidak seharusnya memikirkan hal-hal berat. Jadi, jangan di pikirkan lagi ya."
Mikey mengangguk. Kepalanya menatap kakaknya yang tak kunjung bangun dari pingsannya. "Kakak kenapa mau berteman dengan Shinichiro?"
Mata (y/n) bergerak gelisah. Ia tidak menyangka Mikey akan menanyakan pertanyaan acak seperti ini.
Tangannya menggenggam bajunya erat. Ia sangat gugup. "Berteman dengan Shinichiro... A-hahaha, kenapa ya?" suaranya sempat tersendat beberapa kali.
duhh aku juga ga tau alasannya apa. Ya berteman mah berteman aja kali.
Aku sendiri juga—oh! Apa karena Shinichiro bisa memahami perasaanku dengan baik? Dia juga orangnya pengertian.
Hah? Ah tidak, tidak. Itu alasan yang buruk. Nanti akan terlihat aneh di mata Mikey.
Mikey menoleh bingung. Mata hitam pekatnya mengamati perubahan perilaku gadis di sampingnya. "Kakak kenapa gugup begitu?"
Setelah Mikey lihat lebih teliti, sebuah seringai jahil tercipta di muka imutnya. "Ohh~ kakak suka—"
"Engga!" jantung (y/n) hampir keluar dari mulutnya. Wajahnya merah padam.
Mikey yang melihat itu semakin senang. Niat menjahili teman kakak semakin tinggi. "Ohh, iya iya. Terus kakak temenan?"
"I-iya." (y/n) mengalihkan pandangannya dari Mikey. Gadis itu malu kalau ditanya hal-hal sesensitif itu kepadanya.
"Temen apa temen?"
"Ihh Mikey. Jangan begitu." Gadis itu menggoyang-goyangkan tubuh kecil Mikey. Ia benar-benar malu.
"Kenapa? Kakak malu ya? Wajah kakak sampai memerah gitu." Mikey menunjuk-nujuk muka gadis yang tengah menahan malunya itu.
"Ah Mikey ga asik."
"Ahahahah, maaf ya kak. Bercanda doang kok. Abis kakak lucu, hehe." (y/n) mencubit sebal sebelah pipi Mikey.
"Dasar. Tidak lucu sama sekali, tahu."
"Lucu."
"Kamu yang lucu." Mikey tertawa. Begitu pula dengan (y/n) yang sudah melupakan rasa malunya.
——— .
Setelah (y/n) memastikan kedua adik Shinichiro tidur dengan pulas, (y/n) berjalan ke kamar Shinichiro.
"Akhirnya kamu bangun juga." Gadis itu mendekati Shinichiro yang sudah mendudukkan tubuhnya.
"Ahaha, aku tidur selama itu ya?" Satu jitakan mendarat mulus ke dahi Shinichiro. "Iya! Kasian adik-adikmu tahu. Hahh, kamu ini bagaimana?"
(y/n) menghela nafasnya. "Sudahlah, lebih baik kamu makan dulu saja. Aku ambilkan—"
"Tidak usah." Gadis itu menoleh.
"A-ah itu... Maksudku, aku akan kesana."
"Kamu benar sudah baikan?"
"Hmm-mm!"
"Jangan pingsan lagi ya. Aku tidak sanggup membawamu soalnya."
"Aku sudah benar-benar sehat kok!"
Kemudian Shinichiro pun makan ditemani (y/n). Keadaannya tidal berisik sama sekali. Di temani dengan suara dentingan sumpit, laki-laki itu makan dengan lahapnya.
(y/n) risih melihatnya. Takut laki-laki itu cegukan juga. "Pelan-pelan saja makannya."
"Ini enak sekali. Siapa yang membuatnya? Emma?" Tanya Shinichiro di sela ia mengunyah makan malamnya.
"B-bukan. Itu... aku."
Laki-laki itu menghentikan makannya. Ia menatap (y/n) lekat.
Tak lama iapun tersenyum lebar. "Kamu belajar darimana?? Ini enak sekali!"
padahal aku hanya mengikuti resep dari buku masak yang diberikan Emma saja.
Tidak kusangka semuanya akan menyukainya.
Tapi untunglah kalau mereka suka.
(y/n) tersenyum kecil, bentuk dari rasa bahagianya akan pujian masakannya. "Terima kasih."
761 kata.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top