22
Sesi pemotretan berhasil di lewati (y/n) dengan hati berapi-api menahan amarah. Pinggangnya disentuh, bahunya di genggam. Pikirannya kusut memikirkan kejadian beberapa saat yang lalu.
Seketika, ia merasa tidak suci.
Sebelah tangannya terangkat menutupi kedua mata cantiknya. Terus berpikir tentang apa yang selama ini ia lakukan. "Aku terus bermain-main dengan kehidupan."
"Apa ini waktunya mencari destinasi untuk bunuh diri?" pikirannya bercabang sangat banyak. Ia bimbang, ia bingung. Tersesat dalam sesuatu yang sebenarnya tidak perlu dijadikan masalah.
"Sedang ada masalah?" Shinichiro yang melihat (y/n) sendirian di bawah pohon pun segera menghampirinya.
Laki-laki bucin yang satu ini suka sekali menempeli (y/n). Shinichiro takut ekhem—gebetannya ini kehilangan arah dan melakukan hal-hal yang buruk.
Terdengar seperti anak kecil. Harus di tuntun terus.
Akan tetapi, dalam diri kita, kita pasti mempunyai celah untuk bertindak seperti anak kecil. Itu wajar.
Dan Shinichiro juga memakluminya. Seperti ia menuntun Manjiro, ia juga harus menuntun (y/n). Setahunya, hati perempuan itu lebih mudah hancur daripada hati seorang laki-laki.
(y/n) masih pada posisinya.
Hatinya bahagia. Namun pikirannya masih berkecamuk. Dua hal yang saling bertolak belakang. Bahkan senyumannya pun tak kunjung muncul.
"Aku cape begini terus." Shinichiro menggolerkan tubuhnya sebelah (y/n). Ikut merasakan ketenangan di bawah pohon rindang itu.
"Hmm. Cape itu hal yang wajar kok. Jangan dipaksakan kalau kamu tidak suka, (y/n)."
hik!
(y/n) cegukan setelah ia melihat wajah Shinichiro. Sedangkan ia sendiri tertawa keras mendengar (y/n) cegukan. "Ahahaha!"
"K-kenapa bisa banyak lebam begini?!" Shinichiro mendesis sakit saat tangan lembut (y/n) menelusuri beberapa lebam yang tercipta pada wajahnya.
aku baru sadar. Ia memakai seragam gengnya. Apa dia baru berkelahi?
Lalu, (y/n) menepuk-nepuk keras beberapa tempat lebam di wajah Shinichiro. "Urus sendiri benjol-benjol ini! Aku tidak mau mengobatimu. Enak saja..."
Ia membalikkan tubuhnya ke arah berlawanan dengan Shinichiro. "Aw, sakit..." Laki-laki itu terkekeh. Menurutnya, gadis di hadapannya sungguh imut.
apa-apaan Shinichiro itu?! Datang dengan wajah penuh ungu-ungu seperti itu.
Jangan kira aku akan mengobatimu, ya!!
"Terima kasih sudah mengkhawatirkanku ya."
"Aku tidak khawatir!"
"Kamu lucu."
"Aku tidak lucu sama sekali!"
"Mau ke rumahku?"
"Tidak dan tidak akan pernah—"
"Yahh, Emma mencarimu tuh." (y/n) diam untuk beberapa saat. Berpikir apa keputusannya.
"Kalau kamu tidak mau ikut—"
"Mau." gadis itu berbalik menatap Shinichiro penuh harap. Mata polos yang mempunyai puluhan luka tak kasat mata tertolehkan.
Kepala gadis itu di tepuk-tepuk Shinichiro. "Anak baik."
"Aku bukan anjing." (y/n) kembali merajuk, membelakangi Shinichiro lagi.
Kali ini laki-laki itu tertawa keras. Tidak lagi menahan tawanya dari si gadis manis.
——— .
"Kenapa kesini?"
"Karena... Cantik. Sepertimu."
"Tidak juga sih."
(y/n) tertawa lepas dalam hatinya. seru juga ngerjain orang polos kaya Shin hehe.
"Lagi ada masalah?" (y/n) mencoba memperhatikan setiap raut yang Shinichiro buat.
Sebelumnya, Shinichiro dan Takeomi terlibat percakapan yang cukup serius tentang geng mereka.
Karena selama ini Shinichiro selalu membantu (y/n), gadis itu ingin melakukan balas budi kepada si laki-laki.
"Tenang saja, semuanya sudah beres kok." (y/n) mendengus mendengarnya. padahal tampak sekali dari wajahnya.
"Kamu bisa menceritakannya kalau kamu mau," gadis itu menjeda sebentar kalimatnya dengan senyuman yang ia bentuk di wajahnya.
"Yah meskipun aku bukan ahlinya dalam bidang seperti ini... Siapa tahu aku bisa sedikit membantu."
Setelah sekian lama mereka berdua berjalan mengitari taman itu beberapa kali, Shinichiro mengajak (y/n) untuk beristirahat sejenak.
Keduanya bersender lelah di salah satu kursi pada sisi taman. "(y/n),"
"Ada masalah dengan gengku."
Gadis itu mendengarkan dengan baik apa-apa saja yang Shinichiro sampaikan kepadanya.
Keluh kesah keseharian menjadi seorang pemimpin lemah yang banyak memimpin orang-orang kuat. Sesekali (y/n) mengangguk menanggapinya. Seperti yang gadis itu katakan, ia tidak bisa memberi saran apapun. Tidak pernah menjadi pemimpin atau semacamnya juga. Makanya ia tidak tahu solusi terbaik untuk Shinichiro lakukan.
Di akhir cerita Shinichiro, ia menyenderkan kepalanya ke bahu kecil (y/n). Pemiliknya terkesiap ketika ia merasa beban berlebih di salah satu bahunya.
"Biarkan aku untuk beberapa saat saja." pinta Shinichiro lemas.
'ternyata ia juga bisa seperti ini. Gak salah sih. Namanya juga manusia.'
(y/n) merangkul bahu Shinichiro. Sesekali mengelusnya. "Tidak apa-apa kok."
——— .
Siang itu, setelah ia mengadakan rapat dengan gengnya tentang pengumuman mereka akan melawan geng lain, ia pergi mengunjungi rumah (y/n). Mencari pujaan hatinya.
"Oi! Siapa kau?! Kenapa dekat-dekat dengan rumah ini?!!" Ayah (y/n) yang kala itu ada di rumah pun segera keluar menghampiri Shinichiro.
"Maaf kalau saya tidak sopan. Saya sedang mencari seseorang. Apa (y/n)nya ada ya?"
"Untuk apa mencarinya?" Suara ayah (y/n) merendah. Tatapan matanya pun menajam. Ayahnya merasa ada yang tidak beres dengan laki-laki di hadapannya.
"Saya..." Laki-laki itu ragu akan kalimat yang akan ia lontarkan.
Namun, sekilas ia mengingat apa yang (y/n) ceritakan kepadanya.
"Saya ingin meminangnya pak." Jawab Shinichiro tegas.
Kesabaran ayah (y/n) habis. Ia langsung melayangkan berbagai tinjuannya ke wajah Shinichiro. "Anak kurang ajar!!!"
Rasa sakit pada wajahnya tidak terlalu parah ketimbang rasa sakitnya ketika melihat gadis kesayangannya harus meneteskan air mata berharganya.
Hatinya ikut tercabik-cabik. Ia ingin menghapus air mata yang terus berlinang di wajah kesukaannya itu.
"Sampai kapanpun, saya tidak akan merestuimu!!!"
Shinichiro termenung. apa artinya aku tidak bisa menikahi (y/n)?
755 kata.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top