21


Kondisi depan rumahnya terlihat sepi. Dari arah pintu kamarnya juga tidak terdengar suara apa-apa lagi. "Bagus." (y/n) mengendap-endap keluar hanya dengan baju seadanya dan sendal jepit rumah.

Karena ia terburu-buru, jadinya ia hanya memakai baju seadanya saja. Sudah hampir waktu janjiannya. Tidak ada waktu lagi untuk memilih-milih baju.

Baju yang ia pakai adalah tshirt hijau gelap polos dengan jaket biru dongker. Untuk bawahannya, ia memakai celana panjang hitam.

Sendalnya, sendal warna hitam gelap. Salah satu kado ulang tahun dari neneknya.

aku harus cepat pergi dari sini!

Ia terus berlari sampai ke depan komplek perumahannya. Menunggu kedatangan Shinichiro.

(y/n) menutup wajahnya dengan cindung dan masker hitam yang sudah ia bawa. Ia menyenderkan tubuhnya ke salah satu pohon tinggi disana.

kok lama ya? Apa benar sudah jam 7? Atau aku yang kecepetan ya?

Suasana hatinya membaik setelah ia berhasil keluar dari rumah itu. Memikirkan Shinichiro membuatnya tenang. jarang sekali aku bertemu orang sebaik dia. Oh iya, apa dia tidak punya pacar ya?

Kepalanya terus menoleh ke kanan dan ke kiri. Berjaga-jaga kalau sampai ayahnya maupun Jurou sampai menemukan dirinya.

ck. Pasti ayah sedang minum-minum saat ini. Apalagi kalau si bangsat itu bersamanya. umpatnya marah.

Ekor matanya melihat Shinichiro sedang bersama laki-laki berambut panjang. Shinichiro kelihatan sangat keren. Padahal hanya pakaiannya saja yang berganti. Tapi kenapa ia terlihat sangat berbeda?!

Ya ampun, kendalikan dirimu (y/n). Aaaa dia keren sekali!

Eh, itu temannya. Dia itu yang waktu itu pernah mengajakku berjalan-jalan.

Tangan (y/n) bergerak gelisah. Senyuman manis tersembunyi di balik masker hitamnya.

——— .

Teman sekaligus wakil geng motornya itu bernama Akashi Takeomi. Laki-laki berambut hitam sebahu dengan perwatakan tinggi kurus seperti Shinichiro.

"Aku duluan ya, Shin, (y/n). Selamat bersenang-senang~" Shinichiro dan (y/n) mendadahkan tangannya ke arah Takeomi.

Shinichiro berjengit kaget. "A-apa maksudnya itu?!"

Takeomi menoleh. "Ya kalian 'kan mau jalan-jalan? Ya pasti bersenang-senang lah. Sudah ya, aku pergi."

(y/n) menahan tawanya saat melihat wajah Shinichiro yang memerah. ada-ada saja.

Tapi aku juga sempat salah paham sih tadi. Untung saja aku tidak menunjukkannya terlalu jelas.

Netra (y/n) bergulir menatap tangan besar Shinichiro. Gadis itu ingin mencoba menggenggamnya. Tetapi, melihatnya saja sudah menbuatnya malu. Apalagi kalau sampai ia memegangnya?

tangannya... Aku ingin menggenggamnya. Tapi aku takut Shinichiro merasa tidak nyaman. Hahh, lupakan saja deh.

Shinichiro dan (y/n) berjalan beriringan menuju pusat kota. Dimana banyak toko, tempat makan, dan gedung-gedung berada. "Shin, kita mau kemana?"

"Kamu akan tahu sendiri saat kita sudah ada disana kok."

Sekitar mereka sudah padat dengan orang yang tengah berlalu-lalang. (y/n) agak takut melihat hal itu. Tubuhnya terhenti berjalan. Menatap lurus ke depan. aku takut...

Tangannya yang kosong pun terisi oleh tangan hangat satunya. (y/n) tersentak kaget dengan kontak fisik itu. "Aku ada disini. Kamu jangan takut hilang ya."

Gadis itu mengalihkan pandangannya ke arah lain. Ia mengangguk pelan.

Tingkahnya yang menggemaskan mendapat beberapa tepukan di kepalanya.

"Ayo jalan lagi."

Shinichiro dan (y/n) sampai di sebuah taman kota. Yang mana taman itu sangat sepi di malam hari. Untungnya taman itu meninggalkan hawa menenangkan ketimbang hawa menyeramkan.

Udaranya terasa menyegarkan dengan beberapa lampu taman yang ikut menjadi saksi bisu kebersamaan kedua insan itu.

(y/n) memperhatikan sekitarnya. Ia dulu pernah kesini.

Iya, dulu.

Sebelum ayahnya terjerat hutang dan menjadi kecanduan dengan uang.

Shinichiro mengeratkan menggamannya. Laki-laki ini merasa ada sesuatu pada diri si gadis saat ia melihat raut wajah yang berubah menggelap.

"(y/n), kamu tidak apa-apa?"

"Aku baik-baik saja kok. Kenapa?"

"Kamu..."

"Kamu kelihatan seperti sedang kelaparan soalnya."

Mulutnya terbuka. "H-hahh??"

"Kayanya kita makan dulu aja deh."

"Engga Shin, aku udah—"

"Eits, jangan berbohong."

padahal aku sudah makan sebelum mandi.

——— .

Shinichiro dan (y/n) duduk berhadapan di sebuah meja dekat gerobak penjual bakso. Apalagi dengan udara sejuk mengarah kedingin. Makan bakso tentu pilihan banyak orang.

"Makannya pelan-pelan saja, Shin. Kamu kaya belum makan seminggu saja sih." Saat Shinichiro mengangkat wajahnya, (y/n) menahan tawanya.

Laki-laki itu bingung. "Apa yang lucu?" (y/n) menggeleng.

Ia mengambil sesuatu di dalam kantung celananya. Kemudian ia menyerahkannya kepada Shinichiro. "Itu, wajahmu cemong sana cemong sini."

Buru-buru Shinichiro membersihkan wajahnya. "Ini sudah bersih?"

(y/n) mengambil tisu lain dan membersihkan bagian yang kurang bersih. "Sudah." Gadis itu tersenyum kecil.

Lalu ia kembali melanjutkan makannya yang sedang tertunda. Shinichiro menatap gadis di depannya lekat-lekat. Memikirkan tentang banyaknya lika-liku kehidupan yang harus dihadapinya di usia yang cukup belia.

aku merasa di perhatikan... bahagianya. (y/n) membuat kontak mata dengan Shinichiro. Menatap ke dalam lautan hitam pada manik si laki-laki.

Keduanya merasa sangat bahagia dalam keheningan malam ini.

Tidak banyak yang mereka lakukan. Namun, mereka seakan bisa berbicara lewat mata.

Mata rapuh si gadis, dan mata kokoh si laki-laki.






697 kata.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top