20

(y/n) menangis sampai ia lelah dan berakhir dengan jatuh tertidur di pelukan Shinichiro.

Laki-laki itu justru lebih tenang saat mengetahui segala keluh kesahnya. Selama ini ia memang sudah curiga.

Sikap dan tawa (y/n) terlihat tidak natural. Seperti dibuat-buat saja. Tapi laki-laki itu tentu tidak berani menanyakannya secara gamblang kepadanya.

Shinichiro menggendong (y/n) ke dalam kamarnya. Menyelimutinya, lalu menggenggam tangan dingin gadis itu. "Shh, dingin sekali tangannya."

Sesekali ia menyingkirkan anak rambut dari sang gadis. Menatap kedua mata yang sudah tertutup rapat. "Kalau kamu ada masalah, jangan sungkan untuk bercerita."

"Aku tahu kita bukan teman dekat. Tapi... Aku yakin kita saling ada untuk satu sama lain."

Shinichiro mengusap telapak tangan (y/n) menyadari beberapa bekas lebam yang seharusnya tidak ada disana.

——— .

(y/n) terbangun dengan keringat yang membanjiri seluruh tubuhnya. Nafasnya tersengal-sengal seakan ia habis di kejar-kejar di dalam mimpinya.

mimpi apa itu? Pembunuhan? Siapa yang di bunuh? Ah ya ampun.

Mataku masih panas.

Gadis dengan muka bantal itu terkejut mendapati pemilik kamar yang sedang ia tempati tidur di pahanya. Posisi tidur yang tidak mengenakan.

Duduk di lantai, kepala tidur di paha (y/n), dan tangan yang masih menggenggam erat tangan (y/n). Pipinya menghangat.

Pandangannya sempat terhenti pada wajah damai Shinichiro. Gadis itu tersenyum malu. "Ya ampun,"

"Kenapa ia bisa tidur disini?" Matanya menelisik seluruh ruangan di kamar Shinichiro.

01.47

"Masih subuh ya..." Lalu, netranya beralih ke Shinichiro. "Aku bangunkan atau tidak ya? Kalau bangun, nanti takut tidurnya tidak nyenyak. Kalau tidur, nanti badannya pegal-pegal."

(y/n) mengangguk setelah memutuskan salah satu dari kedua pilihan itu. "Hmm, baiklah!"

Sesudah gadis itu melakukan salah satu dari pilihannya, ia kembali melanjutkan tidur lelapnya. Sekalian masa penyembuhan juga.

Keesokan harinya, (y/n) bisa pulang ke rumah. Demamnya sudah sembuh total. Sayang sekali gadis itu tidak bisa berlama-lama disana.

"Aku pulang dulu ya, Emma. Baik-baik disini." sesudah ia mengecup pucuk rambut si gadis kecil, ia beralih ke laki-laki kecil di sebelahnya. "Dah Mikey~~ Baik-baik sama saudaramu ya."

Seperti Emma, ia juga mengecup pucuk rambut halus Mikey. "Dah kak (y/n)." ucap mereka bersamaan.

(y/n) tersenyum sampai kedua matanya menyipit. "Dahh~"

Di luar, Shinichiro sudah menunggu dengan motor kesayangannya. "Sudah berpamitannya?" (y/n) mengangguk.

Shinichiro melajukan motornya dengan kecepatan sedang. Menikmati semilir angin di hari sabtu. "Malam ini,"

"A-apa kamu ada waktu?" Jantung Shinichiro berdebar-debar cepat. Laki-laki yang satu ini nyalinya memang selalu ciut kalau menyangkut masalah hatinya.

i-ini maksudnya...

"A-ah bukan begitu maksudku—aduh bagaimana ya menjelaskannya? J-jadi aku—"

"Aku mau kok." Jeda (y/n) sebentar.

"Aku mau. Kebetulan aku juga sedang luang. Ujian juga sudah berakhir." Mungkin kedengarannya berbicara seperti itu hal yang enteng.

Tapi beda baginya. Perutnya terasa menggelitik. Seperti perasaan saat adrenalin kita berpacu. "Jam 7 ya?"

"Tentu, Shin." Kepalanya ia letakkan di punggung Shinichiro. Bibirnya tersenyum kecil.

Hatinya melompat-lompat senang.

Kondisi yang tidak jauh beda dengan Shinichiro.

——— .

Di depan cermin, (y/n) berputar meneliti bayangannya. "Menurutku baju ini cocok sih... Tapi, biasanya perempuan itu memakai dress."

"Yap. Aku tidak pernah beli dress. Lalu, yang mana ya?" Sejak 1 jam yang lalu, gadis itu terus menerus berkutat dengan penampilannya.

Banyak baju yang telah ia coba.

Banyak baju juga yang telah gugur untuk menjadi salah satu pakaian (y/n) hari ini.

"Apa aku pakai baju yang itu saja ya? Aduh, kenapa sangat membingungkan begini sih? Aku juga tidak punya make up lagi..." keluhnya sembari meratapi nasib.

Ting Nong!

Kepalanya terangkat dan kakinya langsung berlari ke arah pintu rumahnya. "Shin kamu—"

"Halo cantik. Mau kemana?" Matanya membulat.

Buru-buru (y/n) menutupnya lagi. Namun sayangnya kaki laki-laki itu sengaja ia ganjal di sisi samping pintu. "Oops. Sepertinya kamu bertakdir denganku ya."

"Jangan harap!" Giginya mengertak kesal. Wajahnya semakin menggelap menatap laki-laki di hadapannya.

KENAPA IA BISA DATANG KESINI?! CK! Aku harus apa sekarang?

Gadis itu menginjak kaki si laki-laki kencang. Empunya segera menarik kakinya dan berteriak kesakitan.

(y/n) mengunci pintu depannya. Lalu ia balik ke kamarnya. Tak lupa ia kunci juga kamarnya. "Kenapa ada orang gila itu sih? Aduhh, kalau gini caranya, aku tidak bisa—"

"Tidak bisa apa?" Pintu kamarnya dibuka pelan. Ayahnya datang dengan ekspresi dingin. "Kenapa kamu menyakiti Jurou, hah?"

(y/n) takut. Ia tidak berani barang mengangkat kepalanya. k-kenapa ada ayah juga?!

Bibirnya mengatup rapat. Tidak berniat membuka suaranya sedikit pun. "Jawab. Jawab!!" Kedua bahunya di remas ayahnya kuat.

"Sakit.." (y/n) mencoba untuk melepaskan remasan ayahnya dari kedua bahunya. Namun sayangnya tidak berpengaruh apapun kepada si ayah.

18.45

sebentar lagi Shinichiro datang. Aku harus apa?

Sebelah pipinya terasa panas di ikuti dengan suara nyaring yang tercipta. "..." (y/n) membelakkan matanya.

Tangannya mengelus pipi merahnya. "Dasar anak tidak berguna! Dia datang untuk memberi kita bantuan. Kenapa kamu malah mengecewakannya?!!!"

Perlahan, air matanya mengalir deras. Ia tidak ingin menangis. Ia tidak ingin terlihat rapuh. Ia tidak mau merasa sedih.

k-kenapa begini? matanya kosong. Memikirkan apa yang baru ayahnya katakan.

"Minggu depan kamu harus foto prewedding. Pernikahannya di adakan sehari sebelum ulang tahunmu. Jangan menolak! Setidaknya jadilah berguna bagi ayahmu ini."

"T-tapi... Aku bukan mesin atm." lirihnya kecil. Bibirnya kembali ia gigit dengan giginya. Menghilangkan suara sesengukan yang hampir lolos.









767 kata.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top