13

Kaki (y/n) kian membaik setiap harinya. Hari senin kemarin, ia izin memakai sandal dan kursi roda.

Memang banyak yang mencemoohnya. Tapi Shinichiro selalu berada di sampingnya. Memberikan dorongan bahwa gadis itu tidak sendiri lagi.

"Kakimu sudah membaik." Dokter di hadapannya baru selesai melakukan pemeriksaan pada kakinya.

Akhirnya gadis itu bisa bernafas lega. "Tidak perlu kursi roda lagi 'kan, dok?"

Dokter langganannya tersenyum. "Bukan begitu maksudnya, (y/n)."

Pria berjas putih itu melanjutkan, "Maksudnya, kamu tidak perlu kesini lagi. Tapi kalau kursi rodanya, kamu harus pakai sampai hari minggu."

"Yah, dokter gak asik." (y/n) merutuki dirinya yang waktu itu tidak berhati-hati.

"Oh iya," (y/n) menatap dokter itu dengan penasaran. "Ada apa, dok?"

"Itu... Jangan deket-deket sama laki-laki itu, (y/n)." Gadis itu mengangguk paham. Ia tahu siapa laki-laki yang di maksud oleh dokter itu.

Suasana hatinya langsung memburuk. Kedua bibirnya turun. Tidak ada lagi senyuman kecil pada wajah manisnya.

Setelah ia pergi dari sana, gadis itu menjalankan kursi rodanya menuju rumahnya.

Saat dirinya hampir melewati tempat parkiran, tiba-tiba saja ia dikagetkan oleh preman-preman yang berlarian ke arahnya.

Ada apa ini?

Demi menuntaskan rasa penasarannya, gadis itu rela melihat apa yang sedang terjadi ke area parkiran di dekatnya. Bodoh, iya. Nekat, iya.

"Mikey? Kamu ngapain disini?" (y/n) melihat Mikey sedang termenung disana. apa yang sedang ia lakukan?

Mikey berbalik. Ia kaget dengan keadaan (y/n), tetangga lamanya Emma. "Kakak kenapa?" Mikey mendekat ke (y/n).

Matanya membulat tidak percaya. "Kakak hanya tidak sengaja menginjak serpihan beling saja kok. Tidak apa-apa. Kata dokter juga sebentar lagi kakak sembuh."

(y/n) mengacak-acak surai pirang Mikey. aaaaa, imut banget!!

"Kak, nanti rapihin lagi ya rambutku yang kakak acak-acakin." (y/n) tertawa receh sambil merapikan lagi rambut Mikey yang ia telah mainkan sebelumnya.

"Kamu ngapain disini, Mikey?" (y/n) menangkup pipi Mikey gemas. Replika Shinichiro yang lebih kecil gitukan.

Mikey menjauhkan kedua tangan (y/n) dari wajahnya. "Ish kak. Pipiku merah ini." (y/n) tertawa lagi. aaaaaaa imut banget!!!!!

Pengen ku karungin—eh ga. Sadar (y/n). Ini anak orang.

"Maaf Mikey. Abis kamu imut banget. Boleh peluk?" gadis itu merentangkan kedua tangannya. Berharap ia dipeluk si manis Mikey.

Gadis itu memang di peluk. Tapi bukan Mikey yang memeluknya.

Tubuhnya besar seperti tubuh orang dewasa pada umumnya. Gadis itu terkejut. Wajahnya penuh dengan rasa takut.

(y/n) mendorong laki-laki itu sekuat tenaga. "Apa yang kau lakukan brengsek?! Pergi sana!! Menjijikan! Tidak tahu malu!" Umpatan demi umpatan keluar dengan lancar dari bibir ranumnya.

"Hm? Kenapa aku harus pergi? Aku 'kan tunanganmu." Laki-laki itu semakin mengeratkan pelukannya kepada gadis yang ia peluk.

"Aku tidak bertunangan dengan siapapun! Ih pergii!!" Saat (y/n) selesai mengatakan hal itu, pelukan si om-om berkepala 4 itu melemas.

Gadis itu mendorongnya jijik.

"Kak, ayo kita pergi." Ternyata Mikeylah yang telah menendang anu om-om tadi. Makanya pria misterius itu langsung melemas tidak berdaya.

Kesakitan tepatnya.

Mereka berdua diam sejak kejadian tidak terduga tadi. Mikey berkutat dengan pikirannya. Sedangkan (y/n) dilema harus menjelaskan ke Mikey atau tidak.

Mikey sudah tau keberadaan laki-laki yang (y/n) jauhi selama ini. Mau tidak mau, (y/n) harus menjelaskannya. Cepat atau lambat.

"Mikey," anak laki-laki itu menoleh. "Kamu pasti penasaran ya?"

"Tidak apa-apa. Kakak akan menjelaskannya kok. Tapi jangan bilang-bilang Shin. Janji ya." Setelah Mikey mengaitkan kelingkingnya ke kelingking (y/n), gadis itu mulai menceritakan tentang laki-laki yang tiba-tiba memeluknya itu.

——— .

Sepulangnya (y/n), ia membereskan baju-baju kotornya untuk ia bawa ke laundry terdekat. Karena ia tidak percaya dengan cuaca yang sesekali mengeprank dia, akhirnya ia memilih untuk memberikannya ke laundry.

"Bu, ini baju saya 1 kilo ya bu. Harganya tetap harga biasa 'kan bu?" Uang yang (y/n) pakai untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari itu dari ayahnya.

Ayahnya suka meletakkan uang di meja makan lalu meninggalkannya tanpa niat mengambil kembali. (y/n) yang melihat uang nganggur langsung saja mengambilnya. Toh pemiliknya juga naronya sembarangan kok.

"Kakimu kenapa?" (y/n) tercengang mendapati laki-laki gondrong yang ia temui tempo hari sekaranh ada di hadapannya. Dengan anak perempuan di sebelahnya pula.

Mungkin itu adiknya.

itukan orang yang kutemui beberapa hari yang lalu.

Sebentar, ia temannya Shinichiro ya? Oh... Mengejutkan sekali ya bisa bertemu disini.

Laki-laki itu membungkuk di hadapan (y/n). "Siniin bajumu. Biar aku yang memberikannya."

(y/n) sedikit tidak percaya sih. Tapi kalau itu kenalannya Shinichiro, gadis ini akan memercayakan orang ini juga layaknya ia percaya kepada Shinichiro.

"Terima kasih banyak ya." Anak perempuan itu malu-malu kucing. Bersembunyi di balik laki-laki berambut hitam itu sembari mengintip ke arah (y/n).

Karena canggung, (y/n) hanya tersenyum saja.

"Tidak masalah."

Laki-laki itu membawa (y/n) berjalan-jalan. Nampaknya ia mempunyai urusan penting sampai membawa gadis itu pergi bersamanya.

"Kau itu siapanya Shinichiro? Pacar atau teman biasa?" Beruntung si laki-laki gondrong itu masih mendorong kursi rodanya. Jadi ia tidak melihat wajah (y/n) yang sudah merona.

p-pacar? Bahkan kami baru saja mengenal beberapa hari yang lalu. Ada-ada saja.

"Aku hanya temannya saja kok. Baru juga mengenalnya beberapa hari yang lalu. Kau ini bagaimana." Tubuhnya panas dingin kala mendapat pertanyaan aneh seperti tadi.

"Hm? Tapi kalian terlihat sangat dekat." (y/n) diam, tidak menanggapi. Kalau ingin menanggapi, gadis itu bingung juga mau berkata apa. masa sih? Memangnya aku sedekat itu ya dengan Shin?

Laki-laki itu berhenti berjalan. "Kalau kau benar-benar akan menjadi pacarnya, jangan sia-siakan dia ya."









796 kata.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top