06

Tak terasa kumpulan awan kecil itu sudah menjadi awan gendut yang menyimpan banyak air di dalamnya. Siap ia tumpahkan kapan saja.

Jress!

Dalam hitungan sepersekian detik, hujan lebat langsung mengguyur kota itu. Kota kelahiran (y/n). Dimana kisah hidupnya tertulis berantakan pada buku takdirnya.

(y/n) menatap ke arah jendela. "Ah, hujan." Emma menoleh kaget. Instingnya mengatakan kalau hujan seperti ini adalah jenis hujan petir. Yang berarti sebentar lagi seluruh penghuni kota itu akan terkena simulasi kejut jantung.

Jderr!

"Aaaa!" (y/n) langsung memeluk Emma yang bergetar ketakutan. Berbeda dengan dirinya yang sudah terbiasa dengan petir-petir seperti tadi.

sudah jam berapa ini? Ah ternyata aku main dengan Emmanya kelamaan ya. Sampai lupa waktu begini.

Benar-benar bukan (y/n) yang biasanya ya. Hahaha. (y/n) tersenyum kecil.

Tangannya menepuk-nepuk kepala Emma. "Sudah, tidak apa-apa kok." Emma masih memeluk (y/n) erat. Hujannya lebat gini. Bisa sampai subuh kalau gini caranya.

Hahh... Masa aku harus menginap? Ya kali.

Tidak baik menginap di rumah orang, apalagi laki-laki seperti Shinichiro.

Meskipun dia laki-laki baik, rasanya tetap aneh saja.

Apa kata tetangga nanti?

"Kak, aku lapar." Kepala Emma mendongak menatap (y/n) dengan sedikit air mata yang mengenang di sudut matanya.

"Eh? Yasudah, ayo kita makan!" (y/n) menemani Emma makan dengan tenang. Tidak ada siapa-siapa lagi di sekitar ruangan makan itu.

Karena (y/n) tidak ada kerjaan lain, iapun menawarkan dirinya untuk menyuapi Emma. "Kak (y/n)," gadis itu berdeham dengan suara yang agak serak.

"Kak (y/n) belum minum ya? Aku ambilkan—"

"Eh, tidak usah, Emma. Aku saja sendiri. Kan kamu tadi sudah menunjukkan letak-letaknya. Terima kasih ya." Emma memegang tangan (y/n).

"Kak (y/n) kan tamuku. Aku ambilkan ya. Kakak tunggu disini saja." Sebelum (y/n) mengatakan hal lain, Emma sudah kabur ke dapur.

syukurlah kalau ia bisa tetap bahagia meskipun tidak bersama Ibunya. (y/n) meletakkan kepalanya di atas meja makan.

Udara dingin menyelimuti seluruh kulitnya. Matanya sudah tertutup. hari ini cape banget deh perasaan. Kerja kelompok, ada tugas praktis, trus ulangan juga lagi.

Untung besok libur. Kalau tidak, aku bisa tepar kali.

——— .

Nafasnya kian memburu. Bola matanya bergerak-gerak di balik kelopaknya. Gadis bermarga (l/n) itu tengah mengalami mimpi buruk. Peluh bercucuan dari dahi serta pelipisnya.

Sedetik kemudian, matanya terbuka sangat lebar. Masih terbayang-bayang mimpi sebelumnya. "Kak (y/n)!" Matanya bergulir ke sumber suara. Gadis itu mendudukkan dirinya.

Ada Emma dan seorang laki-laki lain disampingnya. Wajahnya tidak asing. hahh... Hahh... Hahh...

Mimpi buruk itu tidak enak sekali. tubuhnya terasa hangat. Tapi bukan berarti ia sedang mengalami demam.

"Aku pikir kakak sakit. Makanya aku minta kak Shin membawa kakak tidur di atas kasurku." Emma memeluk leher (y/n). Perempuan manis itu takut kehilangan kakaknya yang lain.

Walaupun Emma tampak sangat berharga bagi (y/n), ia hanya menganggapnya sebagai adik yang harus ia lindungi. Bukan sebagai temannya.

Bisa-bisa Emma jadi ikut overthingking jika (y/n) menceritakan keluh kesahnya selama ini. "Aku tidak apa-apa Emma. Kakak memangnya suka tidur tidak kenal tempat saja." (y/n) terkekeh mengingat kebiasaan anehnya.

Setelah (y/n) menenangkan Emma yang ketakutan, Emma pun segera memperkenalkan kakaknya yang lain. "Kak (y/n), perkenalkan, ini Mikey atau Sano Manjiro."

"Mikey, ini kakak (y/n)(l/n). Tetangga lamaku."

ini... Oh, kakaknya Emma ya. (y/n) tersenyum lebar ke arah Mikey. "Salam kenal, Mikey. Terima kasih sudah berteman baik dengan Emma, ya."

"Aku tidak berteman dengannya kok." Sontak (y/n) maupun Emma membeku di tempat. Sama-sama kaget dengan penuturannya barusan. h-HAH?!

Mikey menyunggingkan seringai. "Tentu saja aku tidak berteman dengannya. Kamikan saudara. Saudara itu mempunyai ikatan yang lebih daripada teman."

"Ah, benar juga." Kedua perempuan itu tertawa. Menertawakan pikiran mereka yang sudah berburuk sangka kepada anak baik seperti Mikey.

Pintu kamar itu terbuka. Menghentikan tawa dua perempuan itu. Shinichiro masuk dengan baju santainya. "Kupikir kamu kenapa-napa. Tapi baguslah kalau kamu baik-baik saja."

(y/n) mengangguk mengiyakan. yang baik-baik saja hanyalah tampang luarku saja, Shin.

"Kak (y/n), kakak tau tidak? Tadi yang paling—"

Shinichiro terkejut ketika salah satu adiknya hampir membocorkan rahasia miliknya. "Emma!"

"Yang paling panik itu Shinichiro."

(y/n) terharu. Jantungnya sampai berdetak cepat dibuatnya. Gadis itu sempat menunduk beberapa saat.

Dan saat itu juga, tidak ada satupun yang membuka suaranya. Benar-benar hening. Shinichiro jadi semakin takut ketika (y/n) tidak berbicara.

"B-bukan begitu, aku—"

Gadis itu menoleh ke arah Shinichiro dengan senyumannya. Senyuman yang sama ketika (y/n) sempat iseng kepada Shinichiro saat mereka pertama bertemu.

"Terima kasih sudah mengkhawatirkanku ya, Shinichiro."

tapi seharusnya kamu tidak perlu sampai sebegitunya. Karena aku akan menghilang dari kehidupanmu tepat dihari ulang tahunku. Kado terindah dalam hidupku mungkin adalah dirimu.

Sebelumnya aku tidak pernah mempercayai orang sebaik dirimu. Karena menurutku, orang baik itu pasti punya niat tersembunyi.

Tanpa gadis itu sadari, ia telah melunak pada laki-laki yang beberapa kali sempat menolongnya dari situasi buruk.





714 kata.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top