04


Kembali ke beberapa saat, Shinichiro waktu itu mengubah mungkin mempersingkat mengumpulkan anggota-anggota geng motor miliknya.

Setelah rapat itu ia akhiri, ia langsung menuju tempat gadis manis itu menunggu.

Namun, siapa sangka Shinichiro akan mendapat pemandangan yang tak akan besar?

Seketika ia berhenti berjalan. Kedua pipinya terlalu panas karena terlalu lama memperhatikan (y/n) yang sedang menjepit ulang gambar.

Itu memang bukan suatu hal yang wah atau semacamnya. Tapi di mata Shinichiro, itulah saat-saat tercantik bagi (y/n).

Walau sebatas menjepit rambut. Entah kenapa kenapa sungguh itu pada Shinichiro yang notabenenya seorang jones.

Udah Jomblo, ngenes lagi. Nembak 5 perempuan, lima-limanya di tolak. Hati mana yang tidak terluka?

cantik sekali.

Ya Allah, nikmat mana yang hamba dustakan?

Selesai gadis itu menunjukkan, Shinichiro pun berjalan mendekatinya. "(y/n),"

Kepalanya menoleh lucu. "Oh, kamu sudah selesai, Shinichiro?"

Shinichiro mengangguk dengan senyuman kecil. Laki-laki yang menyandang gelar jones ini kegirangan setelah (y/n) menjepit melihat.

"Iya. Ayo, aku antar pulang."

Dua-duanya berkendara di tengah sejuknya angin malam. Ditambah Shinichiro yang tengah kegirangan lagi.

(y/n) terus memegangi toppokunya semenjak ia mulai melajukan kendaraannya. "Shin," gadis itu sedikit mendekatkan dirinya agar suaranya tidak terendam suara angin yang menerpa mereka.

Shinichiro berdehem pelan. Menunggu kelanjutan si gadis untuk berbicara. "Kamu punya adik?"

"Punya, tiga."

"Adikmu pasti senang punya kakak sebaik dirimu."

"Tidak juga. Mereka... biasa saja sih."

"Jadilah panutan yang baik untuk adik-adikmu."

"Pastinya."

aku iri.

Andai dia tidak pergi dari rumah dan meninggalkanku,

Pasti aku masih bisa bercanda dengannya.

Ah, ini sangat menyedihkan.

Air mata turun dari mata bulatnya. Menuruni pipi dan menetes ke toppoku Shinichiro.

Isaknya ia tahan tenaga dengan bibir ranumnya. Hatinya remuk mengingat masa lalu yang berakhir dengan kenangani orang-orang yang ia sayangi.

Entah karena takdir atau kemauannya masing-masing.

Shinichiro sempat melirik ke kaca spionnya. Ia penasaran dengan keadaan (y/n). Selain merasakan bagian punggung toppokunya basah, ia juga merasakan remasan yang cukup kuat di sekitar pinggangnya.

Tadinya Shinichiro ingin mengajak gadis itu berbicara. Namun, kondisinya tidak mendukung. Jadi urungkan niatnya.

Ada kalanya seseorang yang tengah menangis akan sangat disukai jika orang lain memberikan kata-kata penenang.

Ada pula seseorang tidak suka di usik saat ia menangis.

Dan saat ini, (y/n) sedang berada di opsi yang kedua.

——— .

aku harap, aku tidak dilahirkan saja.

Sebuah kesalahan jika Ibu melahirkanku kedunia ini.

(y/n) menunduk dalam. Ia jejak jejak udara dengan seragam lengan bagian atasnya. Meski demikian, pemandangan di matanya tetap terlihat seperti orang yang baru menangis.

Pada awalnya, ia hanya memikirkan tentang kehidupan saja. Namun, seiring berjalananya waktu, ia jadi sadar.

Sadar kalau Shinichiro sengaja hanya mengelilingi kota dan tidak pergi menuju komplek perumahannya.

Pikirannya semakin ruwet. kenapa aku daritadi tidak sampai-sampai ya?

Apa dia tahu kalau aku sedang menangis? Lalu ia sengaja memperlambat waktu dengan mengelilingi kota?

Apa aku cinta saja? Tidak, tidak. Suaraku pasti terdengar serak. Ia pasti bingung, kalau belum tahu.

Aku juga tidak bisa mengambil minum lagi. Hah, aku bingung.

Sudahlah, aku nikmatin angin malam saja.

Kepalanya ia sandarkan ke punggung Shinichiro. (y/n) memperhatikan lampu-lampu kota yang berjejer rapi. Menghilangkan kesan seram.

Higar bingar kehidupan seolah menghipnotis mata gadis itu. Begitu indah, tapi juga begitu menyakitkan.

Pepatah yang selalu gadis itu ingat adalah, "hidup itu penuh perjuangan. Kalau tidak mau berjuang, mati saja."

Naasnya, ia sudah lelah berjuang. Di rumah ia tersiksa. Di sekolah ia tersiksa. Di masyarakat juga ia terasingkan.

Tidak ada yang mempedulikannya lagi. Tidak ada yang namanya kehangatan dalam keluarga. Tidak juga yang menyayanginya.

Sendirian itu tidak enak. Seakan ada batu besar yang harus ia tanggung sendiri, dan tidak ada tempat untuk berbagi.

Jangankan berbagi, teman nafas saja tidak punya.

Teman-teman dikelasnya—ah bukan, orang maksudnya. Orang dikelasnya hanya mementingkan diri mereka sendiri.

Suka pamer kecantikan, suka berdandan, suka pamer tubuh juga. Hal-hal yang dibenci (y/n) malah ada semua gaya hidup orang di kelasnya.

andaikan aku tidak lahir...

Kelopak mata tertutup. Ia sudah siap untuk angkat bicara.

juga, ia harus pulang ke rumah untuk melihat tas, seragam, dan tentu saja perutnya juga.

"Shin, aku mau pulang. Kok kita lama banget sih?"

"Ehehe, maaf ya. Tadi aku tersesat."

kebohongannya tampak jelas begitu. Masih aja mau bohong juga.

(y/n) dengan sangat sabar menunjukkan arah-arah ke rumahnya. Kepura-puraan Shinichiro menaikkan emosi (y/n). Orang mau tidur kok diganggu? Ya ngamuk lah.

Akhirnya, setelah melewati api pembersihan yang membuat (y/n) kesal setengah mati, mereka pun sampai di rumah sederhana milik kediaman (l/n).

"Terima kasih banyak sudah menyelamatkanku dan mengantarkanku dengan selamat ya, Shinichiro." Shinichiro buru-buru-buru ini kembali gadis yang tengah memberikan perhatian kepadanya.

"Kamu seharusnya tidak perlu berojigi seperti tadi. Lagian, kamu juga sudah berterima kasih sebelumnya." Shinichiro menaiki sepeda motornya.

"Sampai jumpa, (y/n)!" pekiknya ceria.







695 kata.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top