02
Matanya mengernyit, tanda dirinya hendak kembali ke kenyataan hidupnya. Tak lama, kelopak matanya terbuka. Menatap jalanan yang melaju cepat di hadapannya.
Hembusan angin kencang menerbangkan setiap helai anak rambut yang berhasil terbebas dari belenggu jepitan hitam miliknya.
Mata miliknya terasa sejuk diterpa angin malam. dimana ini?
Kepalanya tegakkan. Yang sebelumnya sempat menyender ke salah satu objek wisata yang lumayan nyaman. Tidak keras, tidak lembek.
Daripada membayangkan keadaannya, malah sebaliknya akan pemandangan malam yang selama ini tidak pernah ia lihat sebelumnya.
Manik coklat-kehitamannya berkelap-kelip ketika melewati beberapa lampu jalanan. indahnya...
"Kamu sudah bangun?" Begitu tersadar dari dunia kecilnya, ia segera memeluk orang itu. Secara tidak sadar, ia mengkhawatirkannya.
Kecepatan motor yang ia tumpangi hampir tercipta oleng akibat kencangnya angin yang menariknya jatuh. Orang yang ia peluk tersentak kecil.
hampir saja aku jatuh. Deg-degan banget nih, hahaha.
Di tepikannya motor itu di salah satu taman dekat sana. Gadis itu celingukan, bingung. Ia masih tidak dapat memproses apa yang sedang terjadi saat ini.
loh? Seingatku, aku sadar di cafe yang biasa. Lalu, kenapa aku ada di atas motor? Motor siapa ini?
Oh, suaranya. Suara laki-laki yang tidak terlalu dalam. Ah, banyak laki-laki dengan suara yang tidak terlalu dalam.
Duh, menyusahkan. Aku tidak bisa menduga-duga siapa orangnya, lagi.
Orang itu menoleh ke belakang dengan mukanya yang bersemu merah. "K-kamu kenapa tidak mau turun?"
Gadis itu mengungkapkan orang tersebut. Maniknya tidak percaya. I-inikan??
Inikan orang tadi siang!!
Hah? Kok bisa... Kok aku ada di atas motornya? Lah dia bisa mengendarai motor? Lah? Lah? Lah?!
"Kenapa aku bisa ada di atas motormu?"
——— .
Sepulang sekolah, Shinichiro berniat mencari gadis jelita yang sering tersenyum. Sangat berharga, kelas yang ia tuju sudah kosong melongpong.
Padahal ia sudah mungkin sejak awal kelasnya. Wajahnya berubah murung. Menatap lorong yang masih penuh akan siswa-siswi.
"Cepat sekali perginya." Setelah selesai mencari gadis itu, iapun pergi menjemput adik-adiknya di rumah untuk berkeliling ria.
Kedua adiknya, Mikey dan Emma senang. "Aku mau dorayaki."
"Baiklah, ayo kita beli dorayaki!" Mereka bertigapun menuju ke salah satu toko dorayaki di tengah kota.
Ketika Shinichiro tengah santainya berjalan, adiknya menarik bajunya cukup kencang. "Kak, itu kakak tetanggaku pas dulu!"
Pandangan Shinichiro mengarah ke suatu kafe. Dibalik kaca besar, ada seorang perempuan berkacamata dan berjepit bunga putih sedang menulis.
Ia sangat fokus sampai tidak memperhatikan sekitarnya.
Mata Shinichiro sempat melebar kaget. Lagi-lagi, ia kembali mengikuti simulasi kejut jantung. Emma... Kenal dengan perempuan itu?
Sempit sekali dunia ini.
"Kak—"
Baru saja Emma mau menyapa gadis itu. Shinichiro buru-buru menariknya menjauh darisana. "Emma, tidak mengganggu orang yang sedang belajar. Nanti konsentrasinya akan hilang."
"Tapi, kak. Dia sangat baik padaku. Aku ingin menyapanya kak." Shinichiro menoleh ke arah jendela. Lalu kembali membocorkan Emma yang sedang diperhatikan memelas.
Emma sangat lucu. Tapi panggang gadis itu jika sampai acara belajarnya terganggu. kepalanya menggeleng. Shinichiro merapikan surai pirang Emma yang sedikit berantakan.
Emma Cemberut. "Kakak beliin es krim. Emma mau kan?"
"Kak Shin jahat!" Gadis kecil itu berlarian ke arah Mikey. Ia merajuk dengan gayanya yang begitu imut. Shinichiro menggelengkan-gelengkan kepalanya. 'Emma,
Kapan-kapan kakak akan mempertemukanmu dengannya ya.
Sepulangnya Shinichiro, ia langsung tancap gas menuju suatu taman terbengkalai. Tempat janjiannya dengan teman-temannya.
Namun, sudut mata Shinichiro melihat suatu kejanggalan yang mengharuskan motornya menepi. Ia memincingkan matanya.
itu... Gawat! Aku Harus Membantunya!! Shinichiro turun dari motornya dan menghadap ke kafe tempat Emma ingin menyapa kakak tetangganya.
Dan tanpa gadis itu ketahui, Shinichiro telah membantunya dari bapak-bapak yang sudah mengincarnya beberapa bulan yang lalu.
——— .
Gadis itu sempat kaget mendengar penuturan Shinichiro. Pantas saja, aku seperti merasa ada seseorang yang duduk di depanku saat itu.
Tapi, ya karena terlalu ngantuk, aku melanjutkan tidurku saja. Jarang-jarang aku bisa tidur lelap kaya tadi.
Argh, gila banget om-om itu!
Ah sudah kuduga, bunuh diri memang pilihan terbaik yang kupunya. Senyumannya mengembang membayangkan dirinya akan mati dalam waktu 5 bulan kedepan.
"Terima kasih ya..." Tubuhnya sempat membeku. Gadis itu benar-benar tidak mengingat nama laki-laki yang telah membantunya.
Hatinya menajdi tidak enak. sepertinya dia lupa namaku.
Tangannya terulur. "Mau berkenalan lagi?" Tawar Shinichiro.
Senyumannya meluntur. Ia bimbang. aku harus berteman dengannya ya?
Dasar om-om pembawa masalah. tidak berguna sekali hidupnya. Bukannya mencari istri yang seumuran, malah ngepedo. Gila emang. Tidak punya otak.
Dengan sangat terpaksa, ia menggenggam tangan Shinichiro. "Namaku—"
"Namaku—"
Keduanya terdiam. "Kamu duluan saja." Sergas perempuan itu resah. Jantungnya berdegup kencang.
Karena laki-laki. Dan itu pertama kali baginya.
"Kamu duluan."
668 kata.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top