01
Mata gadis manis itu menyipit. Ia sedang tersenyum besar ke arah si laki-laki. "Ohh begitu," ucapnya menggantung.
"kalau aku tidak mau, bagaimana?" sambungnya dengan nada datar. Namun senyuman manis masih terpatri di wajahnya.
Jantung Shinichiro seperti tertusuk jarum. Sakit rasanya di tolak secara gamblang seperti ini. "eh?!"
Tangan mungilnya slap-nepuk punggung Shinichiro. "Hehe, bercanda."
"Kamu duluan?" Shinichiro menghela nafas lega. Hari ini sepertinya ia sudah mendapat beberapa kali simulasi kejut jantung.
Jabatan tangan Shinichiro di sambut hangat oleh gadis berambut panjang itu. "Namaku sano shinichiro. Namamu?"
"Salam kenal Sano-san. Namaku—
Kring!
Ia melepaskan tautan tangan itu sepihak. "Yah sudah bel lagi. Besok lagi saja ya. Sana, pergi ke kelasmu. Nanti kamu telat, lagi."
Gadis itu berdiri dan mendukung Shinichiro dengan senyuman yang semakin melebar di wajahnya. "C-chotto—
"Bye bye~" ia mendadahkan tangan ke Shinichiro. Sontak, dirinya langsung merasa malu karena dia aksinya di perhatikan oleh beberapa orang yang tengah lalu lalang.
Shinichiro mendadahkan memainkan kembali ke gadis itu. Meski wajahnya sudah semerah cabe rawit yang sudah agak tua.
——— .
"Fyuh, hampir saja." gadis itu kembali duduk ke bangkunya. "Aneh sekali orang itu."
"Dasar buaya darat." gumamnya lagi sambil memperhatikan buku tulisnya.
Tak lama, senyuman terpoles lagi di wajahnya. "Hahaha, aneh banget. Tidak cocok dengan dirinya." Ia sempat terdiam sewaktu-waktu. Menunggu otaknya kembali normal akibat kebanyakan tertawa.
"Hahh, tapi kayanya dia orang yang baik sih. Kuyakin dia juga bukan tipikal orang nolep. Tapi sifatnya... Dia jarang ngomong di depan umum ya? Gugup banget keliatannya." monolognya dengan suara kecil.
Setelahnya, gadis itu melamun memperhatikan buku latihannya. Sembari menunggu masuk ke kelasnya juga.
"Eh liat tuh"
"Iya, dia gila kali."
"Kita telp rsj yuk?"
"Ahahaha"
"Dia pasti sudah di cap sama cowo tadi."
"Pastinya sih."
Kurang lebih kesehariannya. Di omongi di belakang. Tidak punya teman. Dan sering melamun.
Baginya, temannya adalah dirinya sendiri.
Sementara itu, Shinichiro tengah termenung ide gadis tadi. dia mengusirku. Apa karena aku jelek?
Bukan, bukan.
Hmm... Kayanya memang sengaja mengusirku karena dia tidak mau punya teman? Apa benar begitu ya?
Argh, aku bingung. Yasudahlah, lagian besok aku bisa yakin lagi dengannya.
Kemudian, guru-gurupun masuk dan memulai pengajarannya. Baik Shinichiro maupun gadis itu, di dalamnya melihat satu sama lain.
aneh. Kenapa aku jadi laki-laki aneh itu?
Ah paling juga orang asal lewat saja. Tidak ada spesial-spesialnya,
...harusnya sih.
——— .
Gadis berambut panjang itu tergesa-gesa karena buku pelajarannya. pantas, pantas. Aku tidak boleh bertemu dengan... Siapa tadi namanya?
Ya pokoknya itulah. Aku tidak boleh bertemu dengannya. Pasti ia akan menanyakan namaku.
Kakinya berlarian kecil, berusaha membaur dengan siswa-siswi lain yang sedang berjalan—berdempetan di lorong menuju gerbang sekolah.
semoga saja ia tidak menemukanku.
Ah, harusnya aku mengikat rambutku saja tadi. Dengan begitu, ia akan mengenaliku. Oh! Pakai kacamataku juga ya harusnya.
Sudahlah, ia tidak akan sadar.
Setelah keluar dari pembukaan itu, ia segera pergi ke salah satu kafe. Berniat belajar sambil menunggu malam tiba.
Entah mengapa, ia lebih menyukai malam hari daripada siang hari.
"Hahh, syukurlah. Baiklah, ayo belajar! Semangat (y/n)!" Gadis itu menjepit agar tidak menahannya ketika sedang belajar.
Berjam-jam hanya berkutat dengan buku, pensil, dan pulpen. Kini kepalanya terasa sangat pusing. aduh, maafkan.
Sejenak, ia menidurkan kepalanya di atas buku-bukunya. Menghela nafas mengingat lagi laki-laki itu. aku tidak seharusnya membayangkan laki-laki. Mereka itu penipu. Tidak ada yang baik. Pasti hanya ada maunya saja.
Eh ya ampun, malah jadi hasil.
Gadis itu berusaha menahan rasa kantuknya. Namun, apalah dayanya yang suka begadang demi mengerjakan pr.
Mata bulatnya terpejam seiring kesadarannya menghilang. Tangannya melemas dan nafasnya terdengar teratur seperti orang-orang yang sedang tidur.
Samar-samar, ia dapat merasakan seseorang duduk di hadapannya. Akibat mata yang tidak bisa diajak kerja sama, akhirnya ia tetap melanjutkan tidurnya.
Begitu nyenyak dan tenang.
Berband terbalik dengan keadaan rumahnya. tenang sekali disini. Sangat menyenangkan.
...berbeda dengan dirumah.
Aku benci pulang ke rumah.
Semoga saja aku tidak akan pernah kembali lagi.
Hahaha, bahkan aku lupa. Tidak akan ada yang akan mencariku jika aku tidak pulang.
Hahh, mirisnya kemungkinan besar. Apa aku bunuh diri saja ya?
Bunuh diri ya? Kurasa itu pilihan yang bagus.
Pakai apa ya? Racun tikus mungkin cocok.
Oh, kapan lalu ya? Saat ulang tahunku saja deh. Lima bulan lagi ya. Biar keren haha.
Semoga saja di kehidupanku selanjutnya, aku bisa mendapat keluarga yang lebih baik lagi.
Orang di depan gadis itu mendekatkan dirinya ke arahnya. Tanpa sadar, ia menyampirkan anak rambut yang terlepas dari jepitan ke telinga gadis itu.
Maniknya tidak lepas dari sang gadis yang istirahat dari kejamnya dunia nyata. "Senyum? Dia tersenyum,"
"Manis sekali senyumannya." Tangannya terulur mengusap surai sewarna dengannya. halus sekali sekali. Seperti kain sutra
693 kata.
1/3/2022.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top