2. Beberapa
Tips menulis ala Adia :
"Buat awalan yang unik, the one and only, agar pembacamu cinta pada pandangan pertama."
_._._.___✍️
Mimpiku menyenangkan. Ada pria tampan seperti yang kugambarkan dalam novel. Dia menyatakan suka, kemudian melamarku.
Di dunia nyata, itu termasuk kategori mustahil. Pria tampan ... yang sejenis itu akan berpikir dua kali untuk memilihku jadi pendamping hidupnya.
Aku tidak jelek, sebagian menyatakan aku gadis manis, cerdas dan bertalenta. Hanya saja, aku si kutu buku level expert. Jumlah buku yang kukoleksi ada sampai ratusan, bahkan ribuan. Malahan mataku jadi korban. Minus terus bertambah setiap waktunya.
Hari itu aku merasakan sesuatu yang salah saat pertama kali membuka mata di atas kasur. Mataku memang bermasalah, minus 6. Tapi tidak mungkin hanya dengan itu bisa mengubah tampilan langit-langit kamarku.
Semula aku menempel burung bangau kertas bertali di langit-langit kamar. Sekarang tak ada satupun. Mungkin Ibu mencopotnya. Atau kakakku usil membakar burung bangau berhargaku.
Dia tahu benda itu kuangkat sebagai anak setahun lalu. Barang berharga berisi pesan dari para penggemar di berbagai acara talkshow atau seminar bukuku.
Kakakku memang paling risih dengan burung bangau itu. Sampai berniat jahat untuk menghancurkannya saat aku tak ada. Benar, kali ini pasti ulahnya.
"Maia ... kamu sudah bangun? Ayo nak, waktunya sekolah!" teriak seseorang di balik pintu.
Teriakannya kencang. Tidak perlu pakai pengeras, suaranya menggema seantero kamar yang asing ini.
Pintu dibuka. Kepala seseorang muncul. Milik seorang wanita tua dengan wajah bugar. Matanya sipit nyaris tanpa kelopak. Ia mendelikku yang bermalas-malasan di atas tempat tidur.
"Hei bangun, pemalas!"
Tunggu, tunggu ... dia siapa?
Wanita sipit itu menarik selimutku, kekuatannya mirip seorang pejudo. Sedetik kemudian aku berteriak karena wanita itu menepuk pahaku keras. Dia ini siapa, sih?
"Ayo Maia, sekolah menunggumu!"
"Sekolah apanya? Aku sudah lulus. Dan ... siapa Maia?"
"Kamu melantur, ya. Ayo bangun! Mau Ibu angkut ke kamar mandi?"
Barusan dia bilang apa, Ibu? Dia bukan ibuku. Ibuku itu pendek tapi cantik. Rambut lurus alaminya menjuntai sampai ke dada, juga punya lesung pipi sama seperti punyaku. Bukan wanita sipit yang tomboy ini.
Kyaa~ Wanita sipit itu mengangkat badanku seringan bulu. Benar-benar mengangkut tubuhku ke kamar mandi.
"Tunggu dulu, aku tak mengerti." Aku berontak. Turun dari rangkulan tubuhnya yang berpostur tegap. Sepertinya dia benar-benar pejudo, deh.
"Siapa Maia? Aku Adia, umurku 32 tahun. Aku tidak bersekolah. Terus ... anda siapa?"
Kepalaku dapat pukulan telak dari wanita sipit yang mengaku ibu ini. Nampaknya ia benar-benar kesal.
"Jangan melantur terus, memangnya kamu bisa melawak sepagi ini. Mandi sana!" wanita itu melenggang pergi ke sudut ruangan yang bahkan tidak kukenali.
Uuuh, apa yang terjadi? Aku masih bermimpi, ya?
Emm ... Maia? Sepertinya aku kenal nama itu, tapi dimana?
Selagi berpikir, aku melanjutkan mandi. Memilah-milah lagi apa yang kulakukan sebelum tertidur.
Mungkin aku menginap di rumah seseorang, mungkin aku kedatangan tamu, mungkin aku ...
Ah! Aku ingat.
Maia?!
Iya benar, itu nama tokoh novelku. Novel perdanaku. Dan wanita sipit itu gambaran ibunya Maia. Tapi ... masa sih?
"... wanita itu memulai hari seperti biasa. Di hari pertama yang sangat ia benci. Dengan dorongan ibunya yang penuh semangat itu, mau tidak mau ia menginjakkan kaki ke tempat yang selalu membuat ia ketakutan. Sebuah tempat penganiayaan tanpa rencana..."
Sebuah paragraf mengalun begitu saja di benakku. Seperti sebuah musik.
Ya, benar ... ini kehidupan novelku.
Seorang tokoh wanita, Maia Reisha, gadis 2 SMA, wanita lemah yang selalu dirundung teman sekelasnya. Wanita malang yang cuma mengenal ibu dan angan-angan.
Apa yang terjadi?
Aku di dunia novel?
Jangan gila.
📖
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top