Tradisi Turun Temurun yang Masih Lestari di Korea Selatan
Selain memiliki nasionalisme yang tinggi, warga Korea Selatan termasuk orang-orang yang memegang teguh tradisi turun temurun dari zaman nenek moyangnya. Nasionalisme mereka dapat dilihat dari kecintaan mereka terhadap produk-produk dalam negerinya, adanya aturan wajib militer, juga kebanggaan akan bahasa dan tradisinya.
Dalam kehidupan orang Korea, tradisi yang masih dilestarikan hingga masa modern seperti sekarang ini masih sangat banyak. Festival-festival atau perayaan, makanan tradisional, bahasa dan aksara, rumah, pakaian tradisional, bahkan sistem perhitungan umur adalah sebagian diantaranya.
Nah, pada tulisan kali ini, kita akan membahas tentang kebiasaan atau tradisi orang Korea yang telah ada sejak ratusan tahun lampau dan masih sering ditemui hingga saat ini.
- Chol (bungkukan ala orang Korea)
Chol adalah cara membungkuk khas orang Korea. Ini adalah cara mereka memberikan penghormatan kepada orang lain. Chol ini dikategorikan menjadi 3 jenis.
Bungkukan ringan, biasanya dilakukan dalam pergaulan sehari-hari baik di jalan, di rumah, di sekolah, dan sebagainya.
Bungkukan dalam, ini sudah jarang dilakukan oleh masyarakat perkotaan, tetapi orang-orang di wilayah pedesaan masih banyak yang memberikan hormat dengan membungkukkan badan lebih dalam.
Bungkukan tradisional, tradisi ini hampir tak ada lagi dalam kehidupan sehari-hari kecuali dalam perayaan atau festival tertentu. Pada masa lampau di mana sistem semacam kasta masih ada, bungkukan ini dilakukan oleh orang yang memiliki tingkatan lebih rendah kepada yang lebih tinggi, misalnya rakyat jelata ketika bertemu dengan pegawai kerajaan. Ada aturan khusus dalam bungkukan tradisional ini, kita bisa melihatnya dalam banyak drama Korea bergenre sageuk, salah satunya adalah Jewel in the Palace (Dae Jang Geum).
- Kimchi
Sejarah kimchi sendiri konon sudah dimulai sejak akhir abad ke 17. Bermula dari pengetahuan turun-temurun bahwa garam bisa menjadi pengawet alami bagi makanan, maka orang-orang Korea pada masa itu membuat asinan sayuran agar sayuran ini menjadi awet dan bisa disimpan sebagai persediaan. Tujuannya adalah agar pada saat musim dingin, di mana sayuran sulit ditemukan, mereka tetap bisa makan sayur.
Di Korea ada tradisi pembuatan kimchi yang disebut kimjang, yaitu membuat kimchi secara besar-besaran atau dalam jumlah banyak. Tradisi ini dilakukan bersama-sama dan biasanya berlangsung pada bulan November hingga Desember atau menjelang musim dingin.
Ada hampir 200 jenis kimchi yang dikenal di Korea. Banyaknya ragam ini salah satunya karena menyesuaikan dengan peredaran musim dan jenis sayur yang banyak tersedia di musim tersebut. Pada musim semi dan panas, kimchi yeolmu banyak tersaji di meja makan orang Korea, ini karena kimchi yeolmu memiliki kuah sehingga lebih segar dan dianggap cocok untuk dimakan di musim panas. Sedangkan pada musim gugur dan dingin, kimchi paechu/baechu (sawi putih) akan banyak ditemui.
Bagi warga Korea, kimchi menjadi salah satu kuliner wajib yang harus ada, bahkan bisa dikatakan kimchi adalah budaya. Mereka biasanya memiliki kulkas tersendiri yang khusus untuk menyimpan persediaan kimchi. Konon kemampuan memasak kimchi juga bisa menjadi patokan bagi kemampuan memasak orang Korea. Mereka yang mahir memasak kimchi dengan rasa yang enak dan pas, maka berbanding lurus dengan kemampuannya memasak makanan lain. Ah, ada-ada saja.
- Hanok dan Ondol
Hanok adalah rumah tradisional orang Korea. Di wilayah perkotaan, Hanok hampir tak bisa ditemui kecuali di desa-desa yang sengaja dibangun untuk destinasi wisata. Sebagai rumah tradisional yang keberadaannya telah ada sejak dulu kala, hanok dibuat dari bahan-bahan yang ada di alam seperti batu, kayu, tanah, dan jerami. Giwajip (hanok beratap genting) biasanya dimiliki kalangan atas sebab genting adalah sesuatu yang mahal di zamannya. Sedangkan rakyat biasa tinggal di hanok chogajip (beratap jerami).
Ket. Gambar:
Kiri: giwajip, kanan: chogajip
Hanok terdiri dari banyak bagian. Bagian-bagian tersebut bisa dibagi berdasarkan urutan dari area rumah paling depan. Haengrangchae terletak di dekat pintu masuk, adalah tempat tinggal pelayan. Sarangchae berada di depan, merupakan bagian bangunan untuk pria atau kepala keluarga. Wanita dan anak kecil tinggal di area angchae atau bangunan utama, letaknya jauh dari pintu masuk. Di tengah-tengah bangunan biasanya terdapat halaman yang disebut madang. Sedangkan gudang disebut sebagai gwangchae.
Bicara tentang hanok tentu tak bisa dilepaskan dari ondol. Ondol adalah sistem penghangat bagi masyarakat Korea zaman dulu. Jika di dunia barat penghangat biasanya berasal dari perapian, di Korea penghangat rumah terletak di bawah lantai. Perapian mereka terletak di luar, lalu dihubungkan dengan saluran di bawah lantai yang berfungsi mengalirkan kehangatan dari perapian sehingga lantai menjadi hangat.
Pada kehidupan modern Korea, penghangat ruangan bawah lantai masih ada. Suami saya pernah bercerita bahwa di beberapa ruangan apartemen tempat dia dulu tinggal, terdapat sistem penghangat bawah tanah, terutama di area kamar dan ruang keluarga atau ruang serbaguna. Hanya saja instalasinya bukan lagi seperti ondol tradisional. Mereka menggunakan listrik yang tinggal klik lalu sistem pun bekerja.
- Perhitungan usia ala Korea
Orang Korea Selatan punya tradisi perhitungan usia sendiri. Tradisi ini telah berlangsung sejak lama dan menimbulkan kebingungan ketika mereka harus tinggal di luar negaranya. Ini karena usia mereka secara tradisi berbeda dengan usia mereka secara perhitungan internasional. Hal ini bahkan menyebabkan adanya usulan untuk menghapus/meninggalkan tradisi umur ala Korea.
Ada dua hal yang menjadi perhatian soal perhitungan umur ini:
1. Setiap orang berusia satu tahun saat lahir. Jadi bayi-bayi di Korea begitu brojol umurnya auto satu tahun, Gaes.
2. Setiap tahun baru, semua warga Korea bertambah umur satu tahun. Ini juga hampir sama dengan poin 1. Jadi setiap datang tahun baru, datang pula umur baru.
Maka jika kamu menggunakan perhitungan umur ala orang Korea, kamu auto dua tahun lebih tua daripada umurmu yang sebenarnya.
Misal: kamu lahir pada 16 Desember 1994, maka pada saat itu umurmu adalah satu taun. Lalu ketika memasuki tahun baru 1 Januari 1994, umurmu pun bertambah satu tahun. Jadi kamu yang seharusnya baru berumur belum genap satu bulan, dalam tradisi Korea umurmu sudah dua tahun, Gaes. Wow....
- Tradisi penamaan orang Korea
Orang Korea memiliki tradisi penamaan yang berbeda dengan kebanyakan tradisi yang lain. Nama mereka hampir selalu terdiri dari tiga kata yang singkat-singkat.
Pada kebiasaan orang barat atau pun orang Indonesia (misal: orang dari suku Batak) marga atau nama keluarga diletakkan di belakang. Di Korea berbeda, nama keluarga atau marga justru terletak di depan, diikuti nama tengah dan nama belakang. Dua nama di belakang sering juga disebut sebagai nama asli. Misal seseorang bernama Lee Yong Ae, maka nama marganya adalah Lee, sedang nama aslinya adalah Yong Ae.
Tiga marga terbanyak yang digunakan di Korea adalah Kim, Lee, dan Park. Konon tiga marga ini pada masa dulu hanya boleh digunakan oleh kalangan kerajaan. Setelah masa dinasti berganti, tradisi ini pun berubah dan membuat rakyat biasa berlomba-lomba menggunakan tiga marga tersebut sehingga sampai saat ini jumlahnya menjadi yang terbanyak. Arti dari ketiga marga ini adalah Kim=emas, Lee=keberuntungan, Park=bersinar.
Korea menganut tradisi patrilineal sehingga nama marga yang diturunkan kepada anaknya adalah marga dari ayah. Dan untuk perempuan Korea yang sudah menikah, mereka tidak lantas menubah nama marganya mengikuti marga suaminya, tetapi tetap menggunakan marga yang dia bawa dari keluarga asalnya.
- Bahasa dan aksara
Bahasa Korea menjadi bahasa resmi yang digunakan oleh orang Korea baik untuk percakapan resmi maupun obrolan sehari-hari. Secara umum, bahasa Korea yang digunakan di seluruh penjuru Korea adalah sama. Perbedaan hanya pada dialek saja, itu pun rata-rata tak jauh berbeda, kecuali pada dialek Jeju yang oleh orang Korea sendiri dianggap jauh berbeda dan sulit dimengerti.
Aksara atau huruf yang digunakan di Korea masa kini adalah hangeul (di Korea Utara disebut Joseon-geul). Huruf hangeul diciptakan oleh Raja Sejong (dari dinasti Joseon) sekitar akhir abad ke 14 hingga pertengahan abad 15. Sebelum ditemukannya huruf hangeul, rakyat Korea menggunakan huruf Hanja yang berasal dari Cina.
Pada mulanya banyak yang tidak mau menggunakan hangeul, terutama kaum laki-laki dan kaum terpelajar, sebab menurut mereka hangeul terlalu mudah dan lebih cocok untuk kaum wanita, anak-anak, dan orang-orang tidak berpendidikan. Kemudian pada abad ke-19 penggunaan hangeul dan hanja menjadi seimbang. Dan pada masa kini hanja hanya ditemukan pada tulisan-tulisan akademik dan resmi, sedangkan tulisan informal dan bahasa sehari-hari semua menggunakan hangeul.
Di Korea Selatan sendiri ada peringatan hangeul day yang jatuh pada setiap tanggal 9 Oktober, dan masih terus diperingati hingga saat ini.
- Hanbok, pakaian tradisional bangsa Korea
Hanbok berasal dari kata han yang berarti orang Korea dan bok yang berarti pakaian. Jadi hanbok adalah pakaian orang Korea.
Pada awalnya, bentuk hanbok lebih menyerupai pakaian tradisional bangsa Tiongkok, tapi pada masa dinasti Joseon, hanbok diubah menjadi seperti yang sekarang ini dan menjadi pakaian tradisional kerajaan Korea. Kemudian terus berlanjut hingga masa kini menjadi pakaian tradisional bangsa Korea.
Warna-warna pada hanbok memiliki arti tertentu. Warna putih melambangkan kesucian, warna merah melambangkan keberuntungan, warna hitam biasa digunakan untuk acara-acara bekabung, sedangkan warna kuning pada masa dahulu hanya boleh dikenakan oleh kalangan kerajaan saja.
Hanbok untuk wanita dan pria juga memiliki perbedaan.
Pada hanbok wanita terdiri dari jeogori, chima, sokchima, dan sokbaji. Jeogori adalah penutup tubuh bagian atas dan lengan, panjangnya hanya sedikit di bawah dada. Chima adalah rok sebagai padanan jeogori. Sokchima dan sokbaji adalah pakaian yang dikenakan sebagai pakaian dalam saat memakai hanbok, biasanya berwarna putih. Sokchima berupa rok, dimana pemakaiannya membuat chima menjadi lebih mengembang dan terlihat indah. Sedangkan sokbaji berupa celana yang berfungsi untuk menutup kaki perempuan Korea.
Pada pria, hanbok hanya terdiri dari jeogori dan baji. Jeogori pria bentuknya lebih simple dan panjangnya hingga menutup pinggang. Sedangkan baji adalah celana. Pada saat akan keluar rumah, pria Korea akan mengenakan durumagi atau jubah yang panjang, terutama pada saat musim dingin.
Itulah beberapa tradisi unik yang dimiliki oleh orang Korea. Sebagian bahkan masih dilestarikan dan digunakan dalam keseharian oleh masyarakat Korea.
***
Catatan:
* Ditulis berdasarkan topik riset RAWS Batch 2 nomor 15, budaya/tradisi di negara lain
* Referensi:
- https://www.hotcourses.co.id/study-in-south-korea/destination-guides/berikut-daftar-kebudayaan-sehari-hari-korea-selatan-yang-sebaikny/
- https://republika.co.id/berita/pkvl53428/sistem-umur-korsel-yang-membingungkan-diusulkan-diubah
- https://id.wikipedia.org/wiki/Kebudayaan_Korea
- https://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Korea
- https://id.wikipedia.org/wiki/Hanok
- https://www.befreetour.com/id/read/baju-tradisional-korea-dari-masa-ke-masa
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top