Saemaul Undong, Gerakan Desa Baru di Korea Selatan

Korea Selatan memperoleh kemerdekaannya setelah berjuang melawan penjajahan jepang dari tahun 1910 hingga 1945. Negara ini mengumumkan kemerdekaannya pada 15 Agustus 1945, hanya berselisih dua hari lebih dahulu dari Indonesia. Namun pada tahun 1950-1953, Korea Selatan harus kembali mengalami peperangan, kali ini dengan saudara serumpun dan satu leluhur yaitu Korea Utara.

Perang saudara membuat Korea Selatan yang miskin makin jatuh dalam kemiskinan. Bahkan bisa dikatakan bahwa saat itu Korea Selatan merupakan negar agraris termiskin di dunia. Perekonomian hancur. Negara yang masih didominasi oleh wilayah pedesaan hanya menyisakan desa-desa miskin yang hancur, tanah-tanah yang terlantar, kekurangan bahan makanan, serta 48 juta rakyat yang miskin dan kelaparan.

Sampai tahun 1960-an, Korea Selatan masih termasuk sebagai salah satu negara miskin. Kemiskinannya bahkan sejajar dengan negara-negara miskin di Afrika. Pendapatan perkapita negara tersebut pada tahun 1963 hanya USD100, namun pada tahun 2010 pendapatan per kapita Korea Selatan melesat jauh menjadi USD22,151 dan terus meningkat menjadi USD25,977 pada tahun 2013.

Kegigihan dan keuletan rakyat Korea Selatan untuk bisa lepas dari kemiskinan dan keterpurukan membawa negara ini mengalami keajaiban ekonomi. Pertumbuhan ekonomi Korea Selatan mengalami peningkatan yang sangat pesat pada masa pemerintahan Park Cung Hee (1960-1979). Hanya dalam dua decade sejak pencanangan program pembangunan ekonomi nasional, Korea Selatan menjelma menjadi negara industri baru.

Salah satu kunci sukses keajaiban ekonomi Korea Selatan adalah pemerataan pembangunan, di mana pemerintah tidak hanya memperhatikan warga perkotaan saja. wilayah pedesaan juga menjadi fokus pembangunan, bukan hanya ekonomi tapi juga pelestarian budaya.

Pemikiran dari Presiden Park Cung Hee, bahwa tak mungkin ada pembangunan nasional tanpa memperbaiki kehidupan di pedesaan, melahirkan adanya Saemaul Undong di Korea Selatan.

Saemaul Undong berasal dari kata se yang berarti baru, maeul yang berarti desa, dan undong yang berarti gerakan. Jadi Saemaul Undong bisa diartikan sebagai Gerakan Desa Baru.

Gerakan ini adalah suatu gerakan perubahan dan reformasi wilayah pedesaan yang berangkat dari kesadaran masyarakat pedesaan untuk mengentaskan diri dari kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan.

Saemaul Undong dilaksanakan dalam beberapa tahapan, mulai dari merubah pola pikir, memperbaiki kondisi kehidupan, memberikan pendampingan, hingga mempertahankan pencapaian.

Perubahan pola pikir dimulai dengan mengampanyekan dan menanamkan semangat pada masyarakat bahwa mereka bisa dan mampu untuk merubah kehidupannya dan desanya menjadi lebih baik dan sejahtera.

Pada tahap perbaikan kondisi kehidupan, swadaya dan kolaborasi masyarakat menjadi titik berat dalam pelaksanaannya. Pada tahapan ini, pemerintah menyediakan sejumlah bahan mentah yang dibagikan secara gratis untuk setiap desa yang berpartisipasi dalam Saemaul Undong, dan mempercayakan kepada penduduk setempat untuk mengelolanya menjadi sesuatu yang bermanfaat sesuai dengan kesepakatan warga desa tersebut.

Desa yang dianggap berhasil dalam mengelola bantuan pemerintah tahap pertama akan diberi bantuan lebih banyak lagi di tahap berikutnya. Ini membuat masyarakat setiap desa berlomba-lomba untuk melakukan pengelolaan dan pembangunan yang memberikan manfaat dan progress untuk desanya dengan sebaik mungkin.

Sebagian besar bahan mentah tersebut digunakan untuk membangun infrastruktur yang lebih modern dan mendukung produktivitas desa seperti jembatan, sistem irigasi, dan jalan. Program ini juga menjadi permulaan munculnya rumah ubin oranye, yaitu rumah yang lebih modern dari rumah tradisional beratap jerami (chogajip).

Pemerintah Korea Selatan juga memberikan pendampingan seperti pelatihan-pelatihan ekonomi produktif, perluasan akses permodalan, juga memfasilitasi pemasaran komoditas yang dihasilkan oleh masyarakat pedesaan yang menjadi bagian dari Saemaul Undong.

Yang terakhir, pemerintah Korea Selatan tidak melepaskan begitu saja desa-desa yang telah memperoleh kemajuannya sebagai hasil dari Gerakan Desa Baru ini. Motivasi tetap diberikan kepada masyarakat pedesaan untuk membangun dan menjaga karakter yang telah terbangun, yaitu mentalitas penduduk desa yang memiliki etos kerja tinggi, jujur, tekun, dan disiplin sebagai ruh atau spirit dari Saemaul Undong.

Pada tahun 1960-an hingga awal 1970-an, tingkat pendapatan masyarakat perkotaan masih lebih tinggi dibandingkan masyarakat pedesaan. Namun adanya program Saemaul Undong ini membuat tingkat pendapatan masyarakat pedesaan meningkat cukup signifikan, sehingga kesenjangan dengan wilayah perkotaan tak lagi tinggi.

Program ini dianggap berhasil menjadi salah satu yang memberikan sumbangan signifikan dalam perbaikan ekonomi Korea Selatan hingga dapat menjadi negara waktu dalam waktu relatif cepat. Ini membuat banyak negara mengadaptasi program ini untuk diterapkan di negaranya masing-masing. Indonesia termasuk dari salah satu negara yang menjadikan Saemaul Undong sebagai inspirasi untuk membangun wilayah pedesaan menjadi lebih maju, lebiih baik, dan lebih sejahtera. Banyak program-program yang berkaitan dengan pembangunan pedesaan di Indonesia disarikan dari program Saemaul Undong ini.

Untuk saat ini program Saemaul Undong mungkin sudah tidak relevan lagi, sebab Korea Selatan telah menjelma menjadi negara industrialis yang maju. Wilayah perkotaan jelas menjadi magnet yang menarik bagi pemuda dari wilayah pedesaan untuk melakukan urbanisasi. Meski demikian, pemerataan kesejahteraan di Korea Selatan telah tersebar dengan baik. Memang tidak semua wilayah menjadi kota industri, tapi karakter orang Korea yang menjunjung tinggi leluhur serta warisan budaya, juga kemampuan pemerintah memaksimalkan potensi wilayah membuat setiap daerah memiliki komoditas yang menjadi andalan, seperti pariwisata dan budaya, hasil kelautan, pemandangan alam, dan sebagainya.

Maka, sudah menjadi wajibnya, jika berbicara keajaiban ekonomi Korea Selatan, Saemaul Undong tidak bisa dilepaskan dari sejarah perjalanannya.

***

Catatan:

* Ditulis berdasarkan topik riset RAWS Batch 2 nomor 30, Gejala sosial online/offline

*Referensi:
- https://bppk.kemenkeu.go.id/content/berita/pusdiklat-anggaran-dan-perbendaharaan-telaah-keberhasilan-gerakan-pembangunan-pedesaan-di-korea-selatan--menyongsong-pemberlakuan-undangundang-desa-2019-11-05-f4be1de2/
- https://id.wikipedia.org/wiki/Saemaul_Undonghttps://id.wikipedia.org/wiki/Saemaul_Undong
- https://www.jawapos.com/internasional/13/02/2018/saemaul-undong-gaya-korsel-bangun-desa-yang-bisa-dicontoh-indonesia/
- diakses pada tanggal 30 November 2020

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top