Before
Ketika menulis menjadi kesenangan, bukan berarti fakta dan data boleh disisihkan.
***
Hai, selamat datang di work saya.
Work ini akan berisi data-data hasil riset (non-fiksi) yang akan mendukung penulisan fiksi di step selanjutnya.
Sebelum berpanjang lebar, kita buka dulu dengan definisi fiksi, fakta dan data berdasarkan kamus andalan kita semua.
Berdasarkan KBBI, fiksi adalah:
1. Cerita rekaan (roman, novel, dan sebagainya)
2. Rekaan; khayalan; tidak berdasarkan kenyataan
3. Pernyataan yang hanya berdasarkan khayalan atau pikiran
Fakta adalah hal (keadaan, peristiwa) yang merupakan kenyataan; sesuatu yang benar-benar ada atau terjadi.
Masih berdasarkan KBBI, data adalah:
1. Keterangan yang benar dan nyata
2. Keterangan atau bahan nyata yang dapat dijadikan dasar kajian (analisis atau kesimpulan)
Nah, apa sih yang ada di benak kalian ketika mendengar kata fiksi? Cerpen, novel, buku, komik, dan segala jenis cerita yang semuanya berdasarkan khayalan atau imajinasi.
Yes, hampir semuanya langsung berpikirnya ke arah situ ya? Sama lah dengan saya. Serupa juga lah kita dengan definisi fiksi menurut KBBI.
Terus terus, menurut kalian, apakah fiksi tetap harus didukung dengan fakta dan data?
Kalau saya sih yes. Nggak tau kalau Mas Anang. Eh, kalian maksudnya.
Karena meskipun fiksi, tentu saja tak semua unsur ceritanya berdasarkan khayalan atau imajinasi semata. Tetap saja akan ada hal-hal yang berkaitan dengan keadaan sebenarnya, seperti: setting tempat, setting waktu, peristiwa khusus, tradisi atau kebiasaan di suatu daerah, istilah-istilah khusus, statistik tentang hal-hal tertentu, dan sebagainya yang mendukung hidupnya sebuah fiksi.
Saya jadi teringat pengalaman saya pribadi ketika menulis fiksi berlatar belakang perjalanan ke Eropa Barat. Ceritanya tentang dua orang gadis yang bersahabat, mereka berdua jalan-jalan ke Eropa, dan di sana keduanya jatuh cinta pada pria yang sama yaitu tour guide mereka. Eaaa... *Skip
Cerita ini saya tulis pertengahan 2019, berdasarkan pengalaman perjalanan saya di tahun 2018. Tapi setting waktunya saya majukan ke tahun 2016.
Saya hampir kecolongan ketika menceritakan salah satu destinasi yang mereka (tokoh dalam cerita saya) tuju, yaitu Cologne Central Mosque di kota Cologne/Koln, Jerman. Draft untuk part itu sudah jadi sebenarnya, sayangnya saya baru mencari tahu tentang Masjid Cologne setelahnya. Dan ternyata eh ternyata, meski proses pembangunannya sudah dimulai cukup lama, tapi masjid tersebut baru diresmikan pada bulan Juni 2017.
Mau diutak-atik seperti apapun, part tersebut jelas sudah tidak relevan, karena titik berat ceritanya memang berhubungan erat dengan masjid Cologne. Kecuali saya memundurkan setting waktunya tentu saja. Tapi itupun jadi tak sesuai dengan range waktu yang akan dilalui oleh tokoh-tokoh dalam cerita tersebut.
Pada akhirnya, part tersebut tidak saya pakai. Sayang kan ya, hanya karena tidak mencari tahu sebelumnya, saya harus merelakan satu part -yang tentu saja nulisnya teteup pake mikir lah ya- teronggok di folder begitu saja.
Tapi akan lebih fatal lagi, ketika saya tetap memaksakan untuk memakainya, sedangkan latar belakang waktunya sudah nggak sesuai. Iya kalau yang baca nggak tahu, kalau tahu? Aish.
Teringat pula pada salah satu tulisan sahabat saya yang mengambil setting Turki dalam ceritanya, salah satu scene adalah di Atatürk airport, Istanbul.
Saya japri dia, bertanya tentang setting waktunya. Karena -kebetulan- saya pernah baca bahwa bandara tersebut terakhir beroperasi pada April 2019. Dan benarlah, sahabat saya menjawab bahwa setting waktu ceritanya adalah akhir 2019. Padahal waktu itu Atatürk airport sudah tidak lagi digunakan untuk penerbangan komersil. Entah kalau penerbangan yang lain, penerbangan UFO misalnya. Atau penerbangan manuk emprit? *Halah!
Jadi begitulah, meski yang kita tulis berupa fiksi, yang basisnya adalah imajinasi atau khayalan, tetap saja ada fakta atau data yang tidak bisa dinafikan.
Ini juga yang menjadi salah satu ketertarikan saya untuk mencoba mendaftarkan diri ketika membaca salah satu -bocoran- program batch 2 saat RAWSCommunity open member.
Program "Authorship": Menulis berdasarkan riset, diselingi membaca dalam rangka riset, dan mendokumentasikan hasil riset.
Dan Alhamdulillah, di sinilah saya sekarang. Insya Allah akan menulis non-fiksi sebagai tahapan riset, yang hasilnya akan digunakan untuk menuliskan sebuah fiksi.
Penulisan non-fiksi dijadwalkan Maret-Agustus dengan topik riset antara 15-30 topik. Disusul Juli-Oktober mulai menulis fiksinya hingga paling tidak 20 bab.
Tentu saya tidak sendiri, karena RAWS Community membagi hampir 200 membernya di batch 2 ini dalam kelompok-kelompok tertentu berdasarkan mazhab bubur ayam, juga kopi susu atau kopi hitam. Eh, atau perment mint? Haha.
Adanya teman-teman sekelompok ini adalah untuk saling mendukung, memberi masukan, berdiskusi, ber-hahahihi, dan saling menyemangati dalam berjuang hingga garis finish nanti.
Dan inilah teman-teman saya dari kelompok 19
1. noveloper
2. Ila_hbb
3. DesySari891
4. LudiraLazuardi
5. arialratih
6. vivimushfihah
7. SahrialPratama1777
8. Miftastevadit
9. Nyanpasu-kun
10. Rida163
Dan saya sendiri, fitrieamaliya
Sebelum mengakhiri prakata prikitiw kali ini, saya ucapkan terima kasih teramat dalam kepada Mba AryNilandari, yang setelah membaca tulisannya, saya auto-ngefans pada beliau. Juga kepada Kak BettyVeve yang telah mendampingi dengan sabar di grup RAWS Community batch 2. Kepada teman-teman dari kelompok 19.
Dan tentu saja kepada kalian semua, para pembaca yang sudah meramaikan work saya.
Tabik,
Fitrie Amaliya
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top