Chapter 8

Yuhuuu! Update lagi😘😘🤗❤

Yoook, vote dan komen sebanyak-banyaknya❤❤❤

Unique mendatangi rumah sakit yang merawat kakeknya Cloud. Dia ingin menjenguk. Unique tidak datang sendirian karena ditemani Tebing dan Anatomi.

Di luar pintu, Unique melihat Cloud baru saja keluar ruang kamar. Tak hanya sendirian melainkan ada neneknya Cloud. Melihat hal itu, Unique berhenti dan tidak mau mengganggu obrolan keduanya.

"Kok malah berhenti, Bu?" tanya Tebing, ikut berhenti juga.

"Cloud mau ngobrol sama neneknya. Nanti takut ganggu," jawab Unique.

"Bu Unique mau ngobrol sama Cloud makanya begitu?" sela Anatomi. "Kita mau jenguk kakeknya, bukan ngajak ngobrol Cloud. Saya duluan."

Unique mencibir, "Sok keren. Bisa-bisanya Sweety suka. Jutek begitu apa bagusnya?"

Tebing berdeham. "Ngaca, Bu." Sebelum dipukul, Tebing sudah kabur duluan, menyusul Anatomi di depan sana.

Unique akhirnya menyusul Anatomi dan Tebing. Dua orang itu sudah masuk duluan. Sementara Unique masih perlu izin masuk pada neneknya Cloud.

"Unique jangan masuk dulu ya," pinta Oma Aya.

"Nggak boleh ramai-ramai ya, Oma?" tanya Unique.

"Bukan. Oma ingin membahas pernikahan kamu sama Cloud," jawab Oma Aya sambil tersenyum tipis.

Unique terbatuk-batuk mendengarnya. Kaget. Padahal niat menjenguk, tapi malah diberondong masalah pernikahan. Dia kan cuma pacar pura-pura Cloud. Apa yang dia lewatkan sampai neneknya Cloud membahas pernikahan?

"Oma udah dengar dari Cloud kalau kalian pacaran serius. Oma ingin kalian menikah secepatnya. Oma nggak tau sampai kapan Opa bertahan. Sebelum meninggal Opa ingin melihat Cloud, cucu laki-laki semata wayangnya segera menikah. Oma nggak mau Opa nggak sempat melihat Cloud menikah." Oma menggamit satu tangan Unique dan Cloud, lalu menumpuk kedua tangan itu di atas tangannya. "Kalian mau kan memenuhi permintaan Opa?"

Unique menahan diri untuk tidak melotot atau menunjukkan wajah kaget. Sementara Cloud tampak diam saja memikirkan sesuatu.

"Oma, boleh saya bicara dulu sama Unique? Ini terlalu tiba-tiba kalau minta saya menikah. Unique pasti nggak mau buru-buru." Cloud mulai bersuara.

"Boleh." Oma Aya melirik Unique. "Tolong dipertimbangkan ya, Unique. Oma senang kalau kamu menjadi bagian keluarga Atmaja. Oma tunggu kabar baiknya."

Ini pertama kalinya Cloud mendengar neneknya setuju setelah sekian lama dia membawa pacar. Ya, meskipun Unique hanya pacar palsu. Sebelum ini ada Hellora yang disetujui jika Cloud berkeinginan menikah.

Cloud hendak mengajak Unique pergi, tapi sosok yang selalu mengganggu pikirannya muncul. Hellora.

"Cloud, gimana keadaan Opa? Kok bisa kecelakaan?" Hellora bertanya dengan wajah khawatir.

"Sopirnya ngantuk jadi kecelakaan. Tadi sempat kritis tapi sekarang udah nggak. Cuma keadaannya masih nggak begitu baik. Dokter bilang Opa masih perlu dipantau," jawab Cloud.

"Yang sabar ya, Cloud." Hellora menggenggam tangan Cloud sebentar. "Opa pasti baik-baik aja. Aku boleh jenguk nggak ya? Atau, masih ramai?"

Cloud menarik senyum. "Makasih, Hellora. Masuk aja. Baru ada Oma, Snow, Tebing dan Anatomi. Sepupuku yang lain masih di jalan."

"Oke. Aku masuk dulu ya." Hellora menarik tangannya dari Cloud, lalu masuk ke dalam kamar inap.

Cloud memandangi Hellora sampai perempuan itu masuk ke dalam kamar. Di sisi lain Unique ikut memerhatikan reaksi Cloud pada Hellora.

"Kita pergi, Bu Unique," ajak Cloud akhirnya setelah Hellora tak lagi ada di depan mata. Unique mengangguk setuju.

Mereka beranjak pergi dan memilih kedai kopi sebagai tujuan berbincang. Di sana mereka duduk berhadapan sambil menunggu kepulan kopi panas menghilang sedikit demi sedikit. Selama lima belas menit mereka hanya diam membisu.

"Pak Cloud mau bicara soal pernikahan tadi?" tanya Unique.

Cloud menghela napas sebentar sebelum akhirnya menjawab, "Saya tau kita nggak mungkin menikah. Ada baiknya Bu Unique nggak usah datang lagi. Saya akan jelasin sama Oma kalau kita udah putus. Maaf Bu Unique jadi terlibat hal kayak gini karena saya."

"Apa Bapak yakin? Dalam kondisi seperti ini mau bilang kita putus? Oma udah terpukul karena kecelakaan ini, Opa pun kondisinya nggak begitu baik. Kenapa nggak bilang kalau menikahnya ditunda sampai Opa sembuh aja? Setelah Opa sembuh, kita bisa bilang hubungan itu berakhir," saran Unique.

"Aduh, nggak semudah itu, Bu." Cloud mengusap wajahnya kasar. "Tadi Bu Unique dengar sendiri kan? Oma bawa-bawa sebelum Opa meninggal, dia ingin melihat saya menikah."

Unique diam sebentar memikirkan jalan keluar yang tepat. Sayangnya tidak ada ide apa-apa selain saran yang dia utarakan sebelumnya.

"Kenapa nggak menikah sama Hellora? Oma nggak setuju ya?" tanya Unique.

"Setuju, tapi..." Cloud menggantung kalimatnya. "... dia mau nikah sama yang lain," lanjutnya.

"Oh... saya pikir Hellora single." Unique baru tahu. Selama mencari tahu tentang Hellora, dia tidak melihat kabar apa-apa. Postingan di akun Instagram pun kosong dari foto bersama pasangannya.

"Hellora nggak mau mengumbar hubungannya. Pacarnya menetap di luar negeri. Lawyer di sana." Cloud memberitahu.

"Hm... kalau gitu, uhm..." Unique berpikir cukup lama. Mengikuti saran Cloud rasanya lebih menyakitkan keluarga Cloud dalam kondisi seperti ini. "Saya ada ide," lanjutnya.

"Ide apa, Bu?"

"Tadi saya udah bilang kan, kita menikah setelah Opa sembuh? Nah, bilang aja untuk saat ini kondisi Opa lebih penting. Setelah sembuh, kita akan melangsungkan pernikahan. Gitu aja. Seenggaknya Oma tau kita mau menikah kalau Opa udah sembuh," usul Unique.

Cloud diam sebentar. Pikirannya sudah bercampur aduk melihat kondisi kakeknya. Tidak mau semakin pusing, Cloud mengangguk setuju akan usulan tersebut.

"Makasih ya, Bu. Maaf merepotkan." Cloud menarik senyum tipis.

Unique balas tersenyum. "Sama-sama, Pak. Saya doakan Opa segera sembuh."

"Makasih doanya, Bu Unique."

Dari sini Unique melihat sisi lain Cloud. Walau terkadang sikap Cloud suka konyol, tapi kalau sudah menyangkut keluarga, Cloud kelihatan sangat peduli.

📱📱📱

Unique baru saja keluar dari fakultas. Dia kaget waktu melihat dosen dari fakultas teknik berdiri di depannya sambil menenteng paper bag.

"Bu Unique, ini ada hadiah saya untuk Bu Unique." Laki-laki itu menyerahkan paper bag-nya pada Unique.

Unique tidak bisa meminta bantuan Cloud karena laki-laki itu absen mengajar hari ini. Mau tidak mau Unique harus menolaknya sendiri.

"Pak Robert, makasih hadiahnya. Tapi saya nggak bisa nerima ini." Unique mengangkat tangannya ke udara memberi tanda menolak. "Bapak bisa berikan untuk yang lain," lanjutnya.

Robert memasang wajah sedih. "Berarti rumor Bu Unique mau menikah itu benar ya? Saya pikir hanya rumor aja."

"Iya, itu benar, Pak."

Tak mengatakan apa-apa, Robert pergi dengan wajah muram. Unique merasa tidak enak. Setidaknya dia masih bisa bersembunyi di balik cerita palsu soal pernikahannya.

"Itu udah laki-laki ke berapa, Bu? Laku ya." Tebing bertanya setelah berdiri di samping Unique.

Unique terlonjak kaget. "Pak Tebing bikin kaget aja!"

Tebing nyengir. "Maaf, Bu. Soalnya saya kenal Pak Robert. Dia terkenal di fakultas teknik. Banyak yang ngantri supaya bisa jadi pacarnya. Eh, Bu Unique nolak."

"Bukan tipe saya, Pak." Unique berbalik badan. Belum sempat melangkah, dia menoleh ke belakang. "Saya dengar rencana pernikahan Bapak sama Mila batal ya?"

"Wah... rumornya cepet sampai ya." Tebing tertawa pelan. "Mila balikan sama mantannya, Bu. Saya mah nggak bisa memaksa. Ya udah."

"Saya tau itu. Tapi saya dengar Pak Tebing bukannya punya calon baru. Bener ya?"

Iya, Unique tahu karena adiknya adalah mantannya Mila. Dia yakin Tebing tidak ingin menyebut nama adiknya karena tidak enak dengannya.

"Bu Unique dapat rumor dari mana?"

"Saya denger rumor begitu. Katanya perempuan yang dekat sama Pak Tebing calon mahasiswi baru di sini. Kalau nggak salah jebolan Fabolous Top Model New York. Tingginya lebih dari Mila ya, Pak?"

Tebing geleng-geleng kepala. "Padahal baru bergaul sama Cloud belum terlalu lama, tapi Bu Unique udah ketularan tukang gosipnya Cloud. Udah ah, saya permisi."

"Benar atau salah, Pak?" tanya Unique sebelum Tebing pergi.

Tebing tidak menjawab dan pergi berlalu. Unique lega karena siasatnya menjadi tukang gosip berhasil membuat Tebing tidak menanyakan apa pun menyangkut alasannya menolak dosen-dosen yang mendekatinya.

Unique pun memilih masuk ke dalam fakultas. Baru saja bokongnya menyentuh kursi, ponselnya berdering. Unique melihat nama Cloud tertera di layar ponselnya.

"Halo?"

"Halo. Bu Unique, bisa datang ke sini? Opa mau bertemu Bu Unique," jawab Cloud di seberang sana.

"Sekarang banget? Saya masih perlu meriksa tugas."

"Iya. Bawa aja tugasnya, Bu. Nanti saya bantu periksa. Tolong sekarang ya, Bu. Udah nggak ada kelas lagi, kan?"

"Nggak ada sih, tapi..."

"Saya tunggu ya, Bu. Hati-hati di jalan nanti. Sampai ketemu."

"Tapi saya mau..." Unique melihat layar ponselnya saat bunyi 'tut-tut' sambungan terputus terdengar. "Orang gila. Main diputus aja," gerutunya kesal.

Unique segera merapikan tumpukan tugas mahasiswa dan mahasiswinya. Dia memasukkan semua kertasnya ke dalam paper bag. Setelah itu, dia melenggang keluar dari fakultas. Sebenarnya dia berniat belanja pakaian, tapi karena Cloud mendesaknya datang jadi dia memutuskan menunda keinginannya itu.

Setibanya Unique di bawah, dia berdiri di depan lobby karena ingin memesan taksi. Soalnya dia tidak bawa mobil sama sekali. Tiba-tiba bunyi klakson mobil mengagetkan Unique.

"Bu Unique, mau ke mana?" Sapaan itu berasal dari dalam mobil.

Unique sedikit menunduk, memastikan sosok yang menyapanya adalah orang yang dia kenal. Dia memang kenal. Industrian Kelavi Brown, dosen pengganti yang akhirnya menjadi dosen tetap fakultas hukum.

"Saya mau ke rumah sakit, Pak," jawab Unique.

"Mau jenguk kakeknya Pak Cloud?" tebak Industri.

Unique mengangguk. "Bapak juga mau jenguk?"

"Iya. Saya sekalian mau ketemu pacar saya. Masuk aja, Bu. Kita berangkat bareng."

Kening Unique berkerut. Pacar? Pacarnya Industri kerja di rumah sakit? Dia baru tahu Industri punya pacar.

"Nggak apa-apa nih, Pak?"

"Nggak apa-apa, Bu. Ayo, naik."

Unique setuju dan segera masuk ke dalam mobil. Setelah bokong sudah mendarat sempurna, mobil yang dikemudikan Industri melaju meninggalkan pekarangan kampus.

"Pacarnya Pak Industri kerja di rumah sakit Cinta Hati?" tanya Unique.

Industri tertawa pelan. "Bukan, Bu. Maksud saya tadi, saya mau sekalian ketemu pacar karena pacar saya sepupunya Pak Cloud. Namanya Matcha."

Unique kaget. Dunia sempit sekali sampai Industri saja pacaran sama salah satu anggota keluarga Atmaja. Sungguh tak terduga.

"Oh, Matcha adiknya Milky ya, Pak?"

"Iya, Bu. Betul."

📱📱📱

Jangan lupa vote dan komentar kalian😘😘🤗❤

Follow IG & Twitter: anothermissjo

Salam cinta dari Cloud😍😍😍

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top