Chapter 13

Yuhuu update lagi sesuai janji ^^

Part ini panjang, bonus buat kalian karena komen tercapai hehe

Yokkkkk kalo komen sampai 600, besok aku update lagi😍😍😍🙈 bisa nggak nih? 🤭

#Playlist: Navi - I Think My Love Is You

Setelah perdebatan panjang di jalan tol yang memicu emosi, Cloud berhasil menyelesaikan masalah dengan pengemudi sembrono. Cloud menyuruh pengemudi itu minta maaf pada Unique karena sudah bertindak seenaknya. Setelah selesai, Cloud menunggu jemputan cukup lama.

Cloud minta dijemput adiknya karena Unique masih ketakutan. Namun, adiknya sudah tiba di Bogor. Para sepupu yang lain masih sibuk dan sopir pribadi Cloud sedang sakit. Akhirnya Ombak menjadi jawaban Cloud satu-satunya saat ini. Ombak bersedia menjemputnya sekaligus menemaninya menunggu pihak dealer mobil datang menjemput mobilnya.

Cloud duduk di jok belakang sambil melingkarkan tangan di tubuh Unique yang bersandar padanya. Cloud memeluk Unique dan membiarkan istrinya tidur dalam pelukannya. Unique sudah terlelap dari lima belas menit yang lalu.

"Ombak, maaf ya jadi nyusahin," ucap Cloud.

"Nggak apa-apa, Kak. Santai aja. Saya tau Kak Uni emang sering takut kalau ada tabrakan kecil atau lihat kecelakaan," balas Ombak santai.

"Kenapa gitu?" tanya Cloud penasaran.

"Kak Uni belum cerita, Kak?"

"Cerita soal apa?"

"Lah... Kak Uni aneh deh. Masa sama suami sendiri nggak cerita. Takut Kak Cloud cemburu kali ya." Ombak berucap santai sambil tetap melihat jalanan di depan.

"Emangnya ada apa?" tanya Cloud tambah penasaran.

"Berarti Kak Uni nggak cerita soal Kak Herom ya?"

Cloud mengernyit bingung. Herom? Siapa Herom? Dia baru dengar. Apa mungkin mantannya Unique yang sudah meninggal? Dia baru ingat sekarang kalau Unique punya mantan yang notabene sepupunya Sweety dan sudah meninggal. Itu berarti makam yang didatangi Unique adalah makam mantannya? Tidak mau asal menebak, Cloud perlu bertanya pada Ombak.

"Siapa Herom?" 

Ombak menepuk keningnya. "Astaga... Kak Uni beneran nggak ngasih tau Kak Cloud. Mau ngasih tau tapi takut dipukul Kak Uni kalau dia tau saya ngasih tau Kak Cloud."

"Saya nggak bakal nanya sama Unique lagi kok. Siapa Herom?" desak Cloud tidak sabar.

"Oke, oke. Kak Cloud jangan nanya sama Kak Uni lagi ya. Nanti ketahuan saya ngasih tau." Ombak mewanti-wanti karena takut dimarahi kakaknya seandainya Unique tahu.

"Iya, saya nggak akan nanya lagi."

"Delapan tahun yang lalu, Kak Unique kecelakaan mobil cukup parah sama mantannya, namanya Herom. Dua minggu lagi mereka mau menikah. Kecelakaan itu menyebabkan Kak Herom meninggal. Kak Herom sempat dibawa ke rumah sakit, tapi nyawanya nggak tertolong, sedangkan Kak Unique selamat. Dari situ, Kak Unique selalu takut dan gemetaran kalau lihat kecelakaan di jalan atau terlibat kecelakaan kecil. Setelah kecelakaan mobil, Kak Unique juga pernah kecelakaan motor sama Kak Petir, tapi nggak parah. Traumanya makin bertambah. Makanya Kak Unique kendarain mobil cuma kadang-kadang aja," cerita Ombak panjang lebar.

Cloud tahu sekarang. Rupanya Unique punya trauma sebesar itu karena kehilangan mantan sekaligus calon suaminya. Delapan tahun bukan waktu yang sebentar. Waktu yang cukup lama untuk trauma yang tak kunjung hilang.

"Unique pacaran sama Herom berapa lama?" tanya Cloud, masih penasaran.

"Lama sih, Kak. Soalnya mereka pacaran dari SMP akhir. Satu-satunya yang dipacari sama Kak Unique. Begitu sebaliknya. Oh, iya, Kak Herom itu kakaknya aktris terkenal itu, Kak. Aktris Holiday Indrawan," jawab Ombak memberitahu.

Teka-teki mengenai mantan Unique sudah terpecahkan. Herom adalah sepupunya Sweety. Dia semakin yakin kalau makam yang dikunjungi Unique adalah makamnya Herom.

"Oh, satu lagi. Kak Herom punya sahabat, Kak Taro sama Kak Chanon. Mereka datang pas acara makan-makan. Kak Cloud udah kenalan sama mereka, kan?" tambah Ombak.

Satu lagi teka-teki terjawab. Rupanya Taro yang hobi meluk-meluk Unique itu sahabatnya Herom. Pantas mereka akrab.

"Waktu liburan ke Colorado, Unique pergi bareng Herom juga selain sama Taro?" Cloud mempertanyakan hal ini tanpa sadar. Rasa penasarannya memandu bibirnya mengucapkan pertanyaan-pertanyaan di luar kehendak.

"Iya, Kak. Mereka triple date gitu. Kak Taro sama Kak Chanon bawa pasangannya juga."

Cloud mulai memahami satu per satu kepingan teka-teki dalam hidup Unique. Jika mendengar cerita Ombak secara singkat, dia menyimpulkan kalau Unique belum bisa melupakan Herom walau waktu terus berjalan.

"Jangan cemburu ya, Kak. Itu cuma masa lalu. Saya sama sekeluarga justru senang karena akhirnya Kak Unique bisa move on. Soalnya Kak Unique selalu nolak dijodohin sama pilihan Mama. Setelah Kak Uni bawa Kak Cloud ke rumah, Mama bahagia banget. Dia nggak sesedih dulu karena lihat Kak Uni terpuruk mulu. Makasih udah bisa meluluhkan hati Kak Unique, Kak. Saya senang Kak Cloud jadi kakak ipar saya." Ombak berucap sambil menoleh ke belakang bertepatan dengan macet yang melanda. Dia tersenyum lebar memandangi Cloud memeluk kakaknya dengan erat.

Cloud tidak berani mengatakan apa-apa selain tersenyum. Mendengar ucapan terakhir Ombak, rasanya dia merasa bersalah sudah membohongi keluarga Unique.

"Tolong jaga Kak Uni baik-baik ya, Kak. Saya tau Kak Uni mulutnya frontal, ketus, dan suka nyindir. Tapi dia punya hati yang lembut dan baik. Semoga Kak Cloud bisa memahami dan menerima Kak Uni. Saya doakan kalian langgeng sampai maut memisahkan," tambah Ombak.

Cloud berucap spontan. "Amin."

📱📱📱

Di rumah mewah bertingkat tiga keluarga Atmaja yang terletak di Bogor, ada Opa yang baru saja pulang dari rumah sakit. Semua cucu berkumpul untuk menyambut kadatangan Opa. Itulah kenapa Cloud mengajak Unique ke sana. Para cucu ingin menghabiskan waktu mereka bersama Opa.

Unique duduk di bangku halaman belakang, mengamati keseruan keluarga Atmaja bermain permainan beraneka ragam. Dia senang melihat keluarga Atmaja karena mereka kompak. Berbeda dengan keluarga Ratmojo. Bisa dikatakan akrab tapi tidak sekompak keluarga Atmaja. 

"Kok Bu..." Cloud melihat kanan dan kiri sebentar, takut ada sepupu atau keluarganya yang mendengar dia memanggil Unique dengan embel-embel 'Bu'. Melihat jarak tempat duduk Unique dan sepupunya, Nerakasara, tidak terlalu jauh, maka Cloud terpaksa menggunakan kalimat yang lebih mesra. Sepupunya ember semua. Bisa-bisa kena interogasi. "Kenapa ada di sini? Kamu udah baikan?" tanyanya melanjutkan.

Unique menoleh pada Cloud dan segera paham kenapa suaminya berbicara sesantai itu. Dia mengangguk pelan. Unique merasa sepi tidur sendirian di lantai tiga sehingga memutuskan turun dan bergabung dengan keluarga Atmaja. Dia tidak mau dibilang sombong atau dicap tidak seru karena berdiam diri di kamar setelah ketakutan karena insiden tadi siang.

"Kalau belum merasa lebih baik, lebih baik di kamar aja. Lagian nggak ada kegiatan penting," kata Cloud.

Unique menjawab sambil tersenyum tipis. "Nggak apa-apa, ikut gabung lebih seru."

"Bener?" tanya Cloud masih khawatir. Unique mengangguk. 

"Eh, Unique bukannya lagi nggak enak badan? Kok duduk di sini?" Heaven tiba-tiba muncul dan berdiri di depan Unique. 

"Nggak enak badan? Hamil?" celetuk Nerakasara.

"Ini baru beberapa hari setelah mereka nikah, masa hamil?" sela Matcha. 

"Bisa aja, kan? Hamil duluan juga bisa," ucap Nerakasara sambil nyengir. "Peace... canda ya, Cloud. Gue tau sekampret-kampretnya lo nggak mungkin hamilin anak orang duluan. Jangan dimasukin ke dalam hati ya. Masukin empedu aja."

Cloud geleng-geleng kepala. "Minggat deh lo bertiga. Kali-kali tuh kalem kayak Tiffany. Capek deh Prince digodain mulu."

"Cuih! Prince apaan? Princess kali lo mah," ledek Nerakasara.

"Cie... Princess Cloud," timpal Heaven ikut meledek.

"Bener-bener kalian ya... gue jitak nih!" Cloud pura-pura melayangkan kepalan tangannya seolah bersiap menjitak kepala ketiga sepupunya itu. "Kasihan Unique nggak bisa tenang ngelihat lo bertiga. Nanti sawan dia."

Matcha tertawa geli. "Haha... kita bidadari gini mana mungkin bikin sawan."

Cloud berdecak kesal. "Ya udah, sana pergi! Gue panggil laki lo bertiga ya! Bikin emosi aja."

"Huuuu! Tukang ngadu!" cibir Heaven. 

"Kak Unique masih yakin nih mau hidup sama Cloud? Orangnya rada-rada begini," tanya Nerakasara setengah bercanda. 

Unique selalu terhibur dengan semua sepupu Cloud. Keluarga Atmaja memang unik-unik dan lucu. Dia mendongak sedikit, mengamati ekspresi Cloud yang menunjukkan kekesalan. Demi mengusir rasa kesal Cloud sekaligus rasa terima kasihnya mengenai tabrakan tadi, dia melingkarkan tangan di pinggang Cloud dan menyandarkan kepalanya. 

"Yakin dong. Justru aku nggak bisa hidup tanpa Cloud," jawab Unique sambil tersenyum.

Heaven, Nerakasara, dan Matcha bersiul-siul menggoda. Reaksi mereka seperti penonton drama Korea yang menampilkan momen manis kedua tokoh utama. Berbeda dengan Cloud yang terkejut saat Unique memeluknya.

"Kalian bertiga ganggu Unique sama Cloud aja." Tiffany datang tiba-tiba.

"Kak Unique kayaknya dipelet sama Cloud nih, Tiff. Bisa-bisanya dia mau nikah sama Cloud," canda Heaven. 

"Kurang ajar. Jangan-jangan Fanji yang lo pelet," balas Cloud sambil menjulurkan lidah, memulai perang ledek-ledekkan setelah cukup lama diam.

"Mentang-mentang dipeluk Kak Unique jadi heboh lagi," sambung Nerakasara balas menjulurkan lidah kepada Cloud.

Tiffany menyudahi ledek-ledekkan itu dengan berkata, "Katanya mau main? Nggak jadi? Unique mau ikutan nggak? Atau, masih nggak enak badan?"

"Ikut. Aku udah baik-baik aja kok," jawab Unique.

Cloud spontan mengusap kepala Unique. Wajahnya menunjukkan kekhawatiran yang sangat jelas. "Lebih baik nggak usah. Kamu yakin udah baik-baik aja?" sela Cloud kurang setuju.

Unique mendongak sambil mengangguk. "I'm fine."

"Asyikkkk! Ayo, kita main game, Kak Unique!" Nerakasara mengulurkan tangannya. Uluran tangannya disambut baik dengan Unique. "Kita pergi ke sana. Jangan lupa nyusul, Awan!" katanya seraya menarik Unique pergi dari sisi Cloud.

Cloud menghela napas. Lelah melihat semua sepupunya. Namun, ada sesuatu yang muncul saat Unique memeluknya. Detak jantungnya tidak karuan. Apalagi saat Unique tersenyum. Senyumnya terasa berbeda meskipun dia yakin Unique melakukan itu untuk akting saja. Selama beberapa saat Cloud menyentuh dadanya. Sebelum diteriaki para sepupunya, dia buru-buru menyusul dan mengabaikan detak jantungnya yang berpacu lebih cepat. 

"Mau main apa sih?" tanya Cloud. 

"Kita main ini." Tiffany menunjuk enam piring dengan beberapa jenis kertas yang bertumpuk.

"Main kertas?" tanya Cloud lagi.

"Norak nih, Cloud. Lo nggak pernah nonton game kayak gini apa?" sela Nerakasara.

"Nggak," jawab Cloud. Singkat dan padat.

"Gue juga baru tau ada permainan macam ini," serobot Milky.

"Nih, gue jelasin buat kalian berdua. Jadi masing-masing dari kalian tempelin kertasnya di bibir, nanti transfer ke pasangan pakai bibir. Siapa yang paling cepat pindahin kertasnya ke piring kosong, maka dia menang," jelas Nerakasara.

"Ini kertas tipis-tipis ya. Lontong deh," protes Cloud setelah menyadari kertasnya tipis-tipis dan tidak ada yang tebal. 

Heaven menjawab, "Justru ini inti permainannya, supaya kita lebih intim dan mesra sama pasangan."

"Gue nggak ikut," tolak Cloud.

"Hih! Lo sama Unique pasti udah sering ciuman, kan? Kenapa nolak? Kecuali kalian nggak pernah ciuman, baru deh. Lagian aneh. Baru menikah tuh harusnya lebih mesra," cerocos Nerakasara.

Cloud melihat Unique sebentar. Justru masalahnya terletak di situ. Dia tidak pernah berciuman dengan Unique. Kalau menempelkan bibir mereka walau dibatasi kertas, pasti akan tetap terasa bukan? Cloud tidak mau. 

"Kak Uni, masa nggak ikutan?" Nerakasara membujuk dengan wajah memelas. "Kita pas nih ada enam pasang. Jadinya bisa milih tiga pemenang buat semi final. Plis... ikut ya?"

"Nggak," serobot Cloud.

"Ye... lo bukan Kak Unique," sembur Nerakasara.

Unique tidak mempermasalahkan apa pun. Lagi pula hanya permainan. Berbeda dengan Cloud, dia mengangguk setuju. "Oke, ikut." Lalu, dia memelototi Cloud supaya ikut setuju. "Ayo, ikut, Sayang."

Cloud mendesah kasar. "Ya udah." 

"Gue akan jadi wasit untuk kalian." Tiffany menyiapkan peluit. Dikarenakan tidak membawa pasangan, dia bersedia menjadi wasit permainan ini. "Pilih kertas cantik kalian. Jangan sampai salah pilih."

Setelah memilih kertas, mereka suit Jepang dulu untuk menentukan siapa yang duluan. Kesialan pun datang pada Cloud karena dia harus memulai permainan lebih dulu. Alih-alih tidak mau ikut, Cloud malah dapat kesempatan pertama dan disaksikan semua sepupunya. Peserta yang lain berdiri di depan Cloud dan Unique. 

"Waktu kalian sepuluh menit ya. Yuk, mulai!" Tiffany membunyikan peluit setelah selesai mengucapkan kalimatnya.

Awalnya Cloud sempat diam cukup lama karena malu menjadi tontonan. Melihat Unique memukul lengannya dan memelototinya, dia pun memulai permainan. Cloud menempelkan kertas di bibirnya, menahannya sebisa mungkin sambil menunggu Unique meraih kertasnya.

Cloud pikir permainan ini mudah, ternyata tidak. Sebab, Unique kesulitan memindahkan kertas dari bibir Cloud sehingga bibir mereka bertemu dan menempel cukup lama meskipun dihalangi kertas. Cloud ingin pingsan saja. Berciuman lebih mudah dari permainan ini. Permainan ini bahkan menyita waktu lebih lama saat memindahkan kertas pertama. Setelah Unique berusaha memindahkan kertas dari bibir Cloud, akhirnya kertas pertama mendarat di piring yang kosong.

Detak jantung Cloud berdebar cepat seperti sebelumnya. Namun, Cloud berusaha tetap tenang dan kembali fokus pada permainan. Cloud menempelkan kertas dengan bibirnya dan menunggu Unique mengambil seperti sebelumnya.

Ketika Unique hendak mengambil kertas di bibir Cloud, tiba-tiba kertas itu jatuh dan tidak sengaja mempertemukan bibir mereka. Kejadian itu terjadi begitu cepat. Cloud dan Unique terkejut. Mereka berhenti sebentar. 

"Bibir sama bibir bertemu nih yeee...," ledek Nerakasara.

"Cloud, lo sengaja ya tiup kertasnya biar dicium Unique?" goda Heaven.

"Eh, Cloud. Lanjutin. Masih ada waktu sembilan menit lagi. Masa baru satu," teriak Tiffany. 

Wajah Cloud merah padam. Padahal dia terbiasa melakukan ciuman yang lebih panas. Entah kenapa baru sekilas saja, wajahnya panas. Suhu tubuhnya sudah tidak karuan. Dan detak jantungnya semakin tidak beraturan--seperti ingin lepas dari tempatnya.

Unique berdeham memandangi Cloud, bermaksud menyuruhnya melanjutkan permainan. Cloud berusaha tenang dan kembali fokus. Kali ini kertasnya tidak jatuh. Mereka berhasil kembali fokus dan mengumpulkan sebelas kertas. 

Kejadian yang sama terulang. Bibir mereka kembali bertemu setelah kertas jatuh seenaknya. Walau hanya sebatas kecupan singkat, mereka sampai memalingkan wajah. Bertepatan dengan itu, peluit berbunyi kencang menandakan waktu habis. 

"Gue mau minum. Haus," pamit Cloud buru-buru pergi. 

Bukan mau minum, Cloud ingin menetralkan detak jantungnya yang semakin menggila. Meninggalkan para sepupunya, Cloud menepuk kedua pipinya.

"Itu nggak sengaja. Pokoknya itu nggak sengaja. Tenang, cuma permainan." Cloud bermonolog sendiri berusaha menenangkan diri. Sejurus kemudian, dia mengacak rambutnya frustrasi. "Ah, gila. Gue bisa gila nih!"

📱📱📱

Jangan lupa vote dan komentar kalian😘😘😘🤗❤

Wakakakak Cloud salting nih ye XD

Follow IG & Twitter: anothermissjo

Salam dari Pak Cloud dan Bu Unique❤😍😍😍

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top