Chapter 11

Yuhuuu update lagi😍😍🤗

Yok, kalau votenya bisa 1,2k besok aku lanjut lagi💪💪

Komen juga yang banyak ya😍😍😍🥰

#Playlist: Britney Spears - Everytime

"Itu siapa sih?" Cloud bertanya pada Anatomi begitu melihat Unique berbincang hanya berdua dengan Taro.

Cloud sedang pergi menuju kamar mandi dan tiba-tiba tak sengaja melihat Unique berbincang dengan Taro di luar restoran yang kebetulan pintu belakangnya tak jauh dari kamar mandi. Anatomi yang hendak ke kamar mandi pun berhenti dan berdiri di samping Cloud untuk melihat siapa yang diperhatikan Cloud.

"Kenapa? Lo cemburu?" tembak Anatomi.

"Idih... ngapain amat. Gue pengen tau aja. Takut ada keluarga gue curiga Unique punya selingkuhan," sanggah Cloud penuh percaya diri.

"Gue nggak tau dia siapanya Unique, tapi dia dosen baru di kampus. Gue sempat ketemu kemarin waktu dia ketemu sama bokap. Lusa sih kayanya dia masuk kampus kita." Anatomi memberitahu.

"Hah?! Dosen baru?!" pekik Cloud.

"Biasa aja dong. Kenapa lo kaget gitu? Nggak rela dia ketemu Unique?"

"Bukan. Bisa-bisanya Om Anton masukin yang ganteng-ganteng. Ini kampus kita tuh kampus atau taman bunga sih? Isinya cakep-cakep," gerutu Cloud.

"Kampus merangkap taman bunga." Anatomi menepuk pundak Cloud. "Jangan cemburu. Gue yakin mereka nggak punya hubungan lebih."

"Siapa sih yang cemburu? Gue nggak cemburu," elak Cloud sewot.

"Tapi lo sewot. Kalau nggak cemburu apa namanya? Cembura?"

Cloud berdecak. "Gue nggak cemburu. Jangan bikin gosip. Gue cuma pengen tau doang. Itu aja."

"Iya, iya, nggak cemburu tapi sewot. Muka lo kelihatan kesel. Paham deh yang nggak cemburu. Udah ah, gue mau ke kamar mandi." Anatomi mulai melangkah pergi, meninggalkan Cloud sendirian.

"Eh, Ana. Tunggu dulu! Gue belum kelar ngomong!" teriak Cloud. Sialnya Anatomi sudah menghilang dari pandangan dan masuk ke dalam kamar mandi. "Sial! Punya temen gitu amat. Main nyelonong ke kamar mandi."

Cloud kembali memerhatikan pintu serba kaca yang dapat menunjukkan keberadaan Unique. Istrinya itu masih berdiri di tempat yang sama dengan Taro. Tak lama, ada laki-laki lain datang menghampiri. Bagian belakang restoran memang masih bisa dijangkau dari jalan yang ada di luar. Jadi tidak hanya masuk melalui pintu dari dalam restoran saja. Laki-laki itu memeluk Unique dan mengusap kepalanya.

"Itu bukannya Chanon sepupunya Sunday? Kok main peluk-peluk aja. Dipikir Unique boneka apa!" protesnya sewot. Sejurus kemudian Cloud baru sadar dengan apa yang dia ucapkan barusan. "Buat apa gue sewot? Nikah aja terpaksa. Ah, gue balik duduk aja."

Cloud bergegas pergi dan tidak mau peduli lagi. Sementara itu, Unique mulai masuk kembali ke dalam restoran bersama Taro dan sahabat mantannya, Chanon Hartono.

Acara makan masih berlanjut, tapi Unique pamit sebentar dengan Taro untuk menemui Chanon. Hal ini dilakukan karena Chanon tidak enak datang sendirian jadi perlu bersama Unique. Sebelum duduk, Unique memperkenalkan Chanon pada keluarga Atmaja.

"Eh, Chanon kenal sama Unique ternyata. Kenal dari mana? Bukannya umur kalian beda setahun ya?" tanya Rusmadi, ayahnya Cloud.

"Unique junior saya di SMA, Om. Saya dan Taro akrab dengan Unique," jawab Chanon. Dia takut mulutnya mengatakan kalimat hal yang tak seharusnya tentang Unique.

"Oh, gitu. Dunia sempit banget ya," ucap Rusmadi. "Ya sudah, ayo makan. Sunday belum datang sih, katanya masih di perjalanan dari bandara soalnya dia baru pulang dari Bali."

"Iya, Om. Sunday sibuk ngurus kerjaan di sana. Tadi dia udah mengabari saya," jawab Chanon.

Diam-diam Cloud mendengarkan jawaban Chanon. Akhirnya dia tahu kalau Unique, Taro, dan Chanon satu sekolah semasa SMA dulu. Namun, dia tetap penasaran apakah hubungan Taro dan Unique lebih dari sebatas senior dan junior.

"Kak Uni suka makan cumi nggak? Ini enak, lho! Cobain deh." Matcha menunjuk cumi yang ada di depannya.

"Unique alergi. Dia nggak bisa makan cumi atau ikan gitu," sela Taro memberitahu.

"Wah... sayang banget. Kalo udang sama lobster?" tanya Matcha.

"Dia nggak bisa juga," jawab Taro.

"Taro hafal banget tentang Unique. Pernah pacaran ya dulu?" celetuk Heaven.

Chanon berdeham. "Unique, gue bawain lo hadiah." Lalu, dia memberikan sekotak kecil kepada Unique demi mengalihkan pertanyaan itu.

Chanon berusaha melindungi Unique atas permintaan Taro supaya keluarga Atmaja tidak terlalu ikut campur menyelami kehidupan Unique lebih jauh. Bukan karena tidak suka keluarga Atmaja, tapi karena tidak ingin Unique sedih mengingat Herom.

"Ini hadiah cuma buat gue, Kak?" tanya Unique.

"Buat lo sama Cloud," jawab Chanon.

"Thank you."

Heaven menyenggol bahu Milky yang berada di sebelahnya. "Chanon Ball ini nginterupsi bukan karena nutupin masa lalunya Unique sama Taro, kan?"

Milky mengedikkan bahu. "Mana gue tau. Nanti gue tanyain Sunday."

"Tanyain deh. Lo lihat muka sepupu kita kayak nggak suka lihat Unique akrab banget sama Taro," ucap Heaven pelan.

Milky mengamati raut wajah Cloud selama Unique meletakkan beberapa makanan di piring Taro. Seperti yang dikatakan Heaven barusan, wajah Cloud menunjukkan ketidaksukaan seolah cemburu.

📱📱📱

Rumah mewah bertingkat tiga menjadi tempat tinggal Unique sekarang. Ada dua puluh kamar yang ada di rumah mewah ini berikut kamar mandi dengan jumlah 22, ruang gym sendiri, ada pula rooftop yang dihias secantik mungkin, kolam renang, dan halaman belakang yang luas. Rumah bertipe townhouse yang berada di pusat kota ini merupakan rumah yang dibeli oleh Cloud.

"Pinter juga fanboy yang satu itu cari rumah," puji Unique saat berada di atas rooftop rumah. Kalau membahas Cloud rasanya tidak afdol kalau hanya dalam hati saja. Bibirnya spontan mengeluarkan suara.

Unique mengamati pemandangan di sekitar rumah mereka. Ada rumah-rumah yang tak kalah mewah. Suasananya sunyi dan tenang. Jelas saja tenang karena satu blok perumahan hanya berisi dua puluh rumah termasuk rumah Cloud. Entah berapa banyak uang yang perlu dikeluarkan Cloud untuk mendapatkan rumah dengan tetangga yang terbatas ini. Dengar-dengar pula ada Sekar Tanujaya, aktris terkenal yang tinggal di perumahan yang sama dengannya.

"Di sini ada artis siapa lagi selain Sekar? Ada Davares nggak ya?" Unique bermonolog sendiri sambil tetap mengamati sekitar.

"Ada sepupunya Anatomi tinggal di perumahan ini. Namanya Sangkara Sastrorejo, pemain sepak bola terkenal. Ada juga Kamayel dan Asmara, chef terkenal yang tinggal di perumahan ini. Davares tinggal di perumahan yang sama kayak Anatomi." Cloud memberitahu.

"Banyak juga yang terkenal tinggal di sini." Unique pikir perumahan ini hanya ada aktris terkenal, ternyata ada public figure lainnya. "Sisanya CEO atau eksmud kali ya?"

"Nggak juga. Saya bukan esmud atau CEO."

Unique mencibir, "Bilang aja Pak Cloud mau membanggakan diri sendiri karena bisa beli rumah elite begini. Tukang pamer."

"Saya kan cuma ngomong, Bu. Salah mulu kayaknya. Lagian banggain diri sendiri kan bukan kejahatan, Bu."

"Iya, iya, bukan kejahatan."

Suasana mendadak hening. Angin berembus cukup kencang menyapa kulit. Cloud pergi turun dari rooftop, meninggalkan Unique sendirian. Unique tidak memedulikan hal itu dan memilih mengamati langit malam yang memancarkan kelip bintang di atas sana.

"Bu Unique nggak mau turun? Di sini dingin."

Unique mendengar suara Cloud. Tak sebatas suara saja karena ada selimut panjang yang menutupi pundaknya. Selimut itu tidak memiliki ketebalan seperti bedcover.

"Makasih, Pak." Unique berterima kasih karena tubuhnya ditutupi dengan selimut sehingga dia tidak kedinginan lagi. "Sebentar lagi saya turun. Masih mau lihat sekitar. Pak Cloud duluan aja."

"Saya temenin. Apa yang Bu Unique lihat gelap-gelap begini?"

"Langit."

"Kenapa langitnya? Nggak ada yang spesial, Bu."

Unique mengamati langit gelap di atas sana. Menurutnya ada yang spesial. Bintang-bintang yang menghiasi malam ini.

"Pak Cloud nggak punya selera. Biasa lihat kamar doang ya? Bintang-bintang di atas sana lagi muncul." Unique menunjuk kelip bintang yang jauh di atas sana. Meski hanya terlihat seperti bintik cahaya kecil, Unique menyukainya.

"Bu Unique nih bahas begituan mulu." Cloud berdecak kesal. "Saya lebih suka lihat sunset daripada bintang malam kayak gini, Bu. Tapi saya pernah lihat bintang-bintang yang lebih jelas waktu liburan dulu."

"Oh, ya?" Unique mulai mengalihkan pandangannya pada Cloud. "Liburan di mana, Pak?"

"Liburan ke Tuscany. Saya lihat sunset yang indah di sana. Selain itu, bintang-bintangnya banyak banget jadinya bisa stargazing sekalian pas malam hari," jawab Cloud. "Bu Unique udah pernah ke sana?"

"Belum. Saya pernahnya pergi ke Colorado untuk lihat bintang-bintang yang indah. Keren di sana."

"Pergi sama Taro, Bu?" tebak Cloud tanpa sadar. Detik berikutnya Cloud mengatup mulutnya rapat-rapat. Buat apa dia menanyakan hal itu?

"Iya. Kok tau, Pak?"

Unique pergi ke Colorado bersama Taro, Chanon, dan Herom. Namun, tidak hanya mereka berempat saja. Taro dan Chanon membawa pacar-pacarnya sehingga Unique tidur bersama pacar keduanya. Namun, Taro dan Chanon sudah putus dari pacarnya.

"Bu Unique sama Taro pernah pacaran ya? Saya lihat kalian akrabnya nggak kayak senior dan junior. Apalagi liburan bareng segala," tanya Cloud. Suaranya menyiratkan kecemburuan yang tanpa sadar dia tunjukkan dengan jelas.

Unique tertawa geli. "Haha... kenapa? Suamiku cemburu?"

"Kalau saya cemburu, Bu Unique mau tanggung jawab?" Cloud menunjukkan wajah seriusnya.

Mereka berdua saling menatap. Suara tawa Unique perlahan hilang setelah melihat wajah serius Cloud.

"Pak Cloud serius? Cemburu?" tanya Unique lagi.

Cloud berdeham. Sadar tindakannya barusan bukan atas keinginannya, dia buru-buru mengalihkan pandangan. "Nggak, Bu. Saya bercanda. Lagian kalau Taro mantan pacar Bu Unique, saya nggak peduli."

"Taro tuh mantan suami saya, Pak," canda Unique.

"Hah?! Seriusan, Bu? Kok nggak bilang udah pernah nikah? Beneran mantan suaminya Bu Unique?" Cloud kembali melihat Unique dengan tatapan tak percaya.

Unique tertawa lagi. Dia menikmati kebohongan ini. Cloud mudah sekali ditipu. "Nggak, Pak. Saya bercanda. Kenapa percaya aja?"

"Bu Unique kelihatan serius." Cloud berdeham malu sambil melihat arah lain karena tidak mau menatap Unique.

Unique ingin menjahili suaminya sekali lagi. Jari telunjuknya mendarat di dada Cloud dan pelan-pelan membuat gerakan memutar di sana.

"Berarti kalau saya mau ngajak Pak Cloud tidur bareng, Bapak percaya?" goda Unique sambil menunjukkan tatapan menggoda.

"Nggak. Ini sih bisa-bisaan Bu Unique aja. Kita sepakat tidur pisah dulu." Cloud menurunkan jari telunjuk Unique dari dadanya.

"Saya serius lho, Pak. Kenapa kita nggak coba malam pertama? Kita kan udah sah." Unique menggoda lagi sambil membuka kancing teratas kemeja yang dipakai Cloud.

Cloud buru-buru menyingkirkan tangan Unique. Telinganya sudah merah. Pikirannya jadi tidak jernih lagi.

"Nggak usah, Bu. Saya turun duluan. Jangan turun lama-lama. Permisi, Bu," pamit Cloud yang kemudian segera berjalan cepat meninggalkan Unique.

Unique tertawa kecil mengamati kepergian Cloud. Setelah suaminya pergi, dia kembali memandangi langit di atas sana. Sekelibat bayangan akan momen berlibur di Colorado muncul begitu saja. Bayangan indah itu mengingatkan Unique akan kegiatan memandangi bintang bersama Herom.

Unique menyentuh kalung berbandul bintang yang dia pakai. Bibirnya berucap pelan. "Aku kangen masa-masa itu, Herom."

📱📱📱

Jangan lupa vote dan komen kalian😘😘🤗❤

Jangan tanya kenapa masih manggil Pak dan Bu🤣 entar seiring jalan waktu bakal berubah. Tunggu aja ya😉

Follow IG & Twitter: anothermissjo

Yuhuuu Unique dan Pak Cloud😍😍😍

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top