Ibu
Tugas Rooseina17
***
Ibuku adalah sosok wanita yang kukagumi di dunia ini. Dia sangat sabar. Apalagi menghadapi kelakuan Mbak Ika, yang satu tahun belakangan ini mulai memburuk padanya semenjak ditinggal Bapak. Kerjanya setiap hari hanya marah dan marah melulu.
"Ratih...Ratih... bangun!" teriak Mba Ika.
Kulihat jam dinding masih menunjukkan angka 4, ya, pagi.
"Malas" jawabku ogah-ogahan sambil merapatkan kembali selimut.
"Ayo bangun! Jangan malas-malasan begitu" ucapnya seraya meraih selimut ku dengan kasar.
"Kenapa sih, sirik amat" ucapku sambil mengucek-ucek mata.
"Kamu tahu nggak kunci yang aku taruh di meja makan kemarin?" Tanyanya.
"Enggak" jawabku singkat dan mengangkat bahu.
"Pasti dia lagi" sungutnya.
"Dia lagi, dia lagi siapa?" "Yah siapa lagi kalau bukan ibu? Biang keladi semua masalah di rumah ini" jawabnya sinis.
"Hush!! Nggak baik bilang seperti itu pada orang tua, kualat nanti."
"Biarin saja"
"Buu...ibuu!" Teriak Mba Ika lantang
"Ada apa, nak?" Tanya ibu
"Tahu nggak kunci yang aku taruh di meja makan ini kemarin?" Tanya Mba Ika sedikit membentak
"O ituu. Kemarin ibu simpan di laci meja itu mungkin. Ibu juga agak lupa" jawab ibu pelan
"Makanya! kalau sudah merasa pikun, jangan membenahi barang yang bukan milik ibu." sungut Mba Ika.
"Sudah-sudah. Gitu saja kok ribut. Yang penting kuncinya sudah ketemu. Nggak pantas didengar tetangga, setiap hari ribut melulu" leraiku
"Bukannya gitu. Aku kan nggak akan marah kalau ibu nggak salah. Dasar orang tua! Sudah mulai pikun" umpatnya.
Aku hanya geleng-geleng kepala sedangkan ibu segera beranjak ke dapur dengan wajah sedih.
Pulang sekolah dengan wajah jengkel Mba Ika memasuki halaman Rumah.
"Buu!! Ibuu!!!" Teriak Mba Ika.
"Pasti ada yang tidak beres" gumamku.
"Lihat baju ini!" Teriaknya sambil menyodorkan sebuah baju ke hadapan ibu.
"Ada apa dengan baju ini?" Tanya ibu
"Ada apa, ada apa, masa nggak lihat ada apa di baju ini. Lihat! Apa ini?" Tanyanya dengan membentak.
"Ibu tidak tahu, nak."
"Nggak tahu gimana? Tadi, saat aku cuci nggak ada noda kayak gini. Tapi sekarang kok ada? Siapa tadi yang mengambil dari jemuran?"
"Ibu."
"Nah! Sekarang ngaku saja kalau memang ibu yang membuat noda di baju ini" bentaknya kasar.
"Benar, nak. Ibu memang nggak tahu. Untuk apa ibu bohong sama kamu?"
"Halaaah!! Sudah, pokoknya sekarang harus dicuci sampai bersih. Awas kalau nggak!" Ancamnya.
"Sudahlah. Biar aku saja yang mencuci baju itu" tawarku.
"Nggak perlu! Orang tua seperti dia perlu diberi pelajaran supaya jera" bentaknya
Aku pun langsung diam.
Hari demi hari Mba Ika pun semakin berlaku kasar terhadap ibu, malahan dia sempat memukuli ibu dengan gagang sapu. tetapi, ibu hanya bisa sabar dalam menghadapi anak sulungnya itu. Sampai akhirnya ibu pun jatuh sakit...
"Rat, ibu nggak apa-apa kan?" Tanyanya sedikit gugup.
Baru kali ini dapat ku lihat sinar ke khawatiran di Matanya karena selama ini, Hanya ada sinar kemarahan dan kebencian.
"Rat, kamu kok diam saja sih" ucapnya gemetar.
"Ik...Ika..." panggil ibu lirih.
"Ya, Bu" jawabnya pelan.
"Syukurlah kalau kamu sudah datang. Ibu hanya ingin minta maaf atas segala perbuatan ibu yang kau anggap salah. Nak, selama ini ibu merasa tidak pantas untuk menjadi ibumu. Sebenarnya ibu haus akan kasih sayang mu, nak, tapi bila kamu memang tidak menghendaki kehadiran ibu, ya tidak apa-apa" sunyi sekejap.
"Ibu sudah memaafkan segala perbuatanmu pada ibu. Dan ibu tidak menyalahkan kamu, nak, karena itu nak, karena itu hanyalah luapan amarah semata. Ibu hanya minta agar kamu nggak mengulanginya lagi. Rukun-rukunlah kamu dengan adikmu" jelas ibu
Kulihat wajah ibu yang penuh derita. Namun, di sana kutemui gurat-gurat kasih sayang dan kelegaan.
"Iya Bu, aku pun juga mau minta...."
"Ibuuuuu!!" Teriakku memotong ucapan Mbak Ika.
Saat dia sadar apa yang telah terjadi, dia lunglai dan jatuh bersimpuh. Seketika dia langsung menciumi kedua kaki ibu sambil tidak berhenti memanggilnya
End
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top