BADU ^^^

Chapter 3: saling memaafkan sebelum perginya sang Hime

..
..

Naruto sangat pintar melebihi si pintar Hika, jika gadis itu kebanggaan Uchiha Sasuke kini ia menjadi kebanggaan seluruh pelayan Uchiha. Tidak ragu ia memberikan uang hasil jualan berlian, dan emas miliknya bahkan benda berkilau itu lenyap di atas meja rias tanpa menyisihkan satu pun.

Sebagian ia memberikan uang kepada pelayan, sebagian di berikan ke panti asuhan milik Hika a.k.a Naruto sekarang. Naruto bisa tersenyum lebar saat para pelayan memeluknya satu per satu jumlah uang yang diberikan sang Hime tidak sebanding dengan perubahan Hime mereka.

"Arigatou gozaimasu Hime-sama!" kompak ke-19 pelayan kecuali Kana.

Kana hanya tersenyum tipis ini yang ia inginkan selama ia berkerja di mansion Uchiha. Naruto sudah berubah penuh kelembutan, kebaikan, kesopanan ia melihat Naruto(Hika) sudah kembali seperti sedia kala. Perubahan sang Hime diusia enam tahun, suka membentak, memberikan kata-kata kasar baik pelayan, ibunya, kakaknya, kakeknya, neneknya semuanya ia bentak kecuali sang ayah.

Kana berpikir apakah Tuan muda Sasuke mengancam Naruto(Hika)? Kana sempat berpikir begitu karena hanya Sasuke yang senang dengan sikap Naruto(Hika) seperti itu. Lama kelamaan Kana tau di antara keluarga Uchiha ada yang mengancam gadis kecil tersebut.

Naruto sudah kembali kepada rumahnya sendiri saat ini. Di mana bunga Mawar bermekaran dihiasi duri halus sekali sentuh langsung berdarah, seperti keluar dari lumpur dengan wajah ceria tanpa hambatan, dikelilingi Cahaya penerang kegelapan. Naruto kini benar-benar disayangi kembali tetapi mereka juga sedih, Naruto akan pergi ke mansion Tuan muda Itachi serta Nyonya muda Kyuubi.

"Hime kelengkapan anda sudah saya masukan ke dalam koper." ujar Kana selepas semua pelayan kembali berbaris rapih.

"Benarkah? Naru hanya menginginkan kelengkapan mandi di sana Kyuu-mama, dan Itachi-papa sudah menyediakan semuanya untuk Naru, dan Naru akan merindukan kalian." Naruto menatap satu per satu pelayan di sana.

Sang Hime melangkah mendekati Kana lalu memeluk wanita paruh baya itu dengan erat lalu berbisik pelan.

"Arigatou atas semua jasa anda kepada saya Kana-Oba jangan terlalu formal panggil saja Naru, dan Naru akan memanggil Oba-chan." Naruto semakin mengeratkan pelukannya di perut Kana.

Kana hanya tersenyum lalu mengelus lembut rambut Himenya.

"Baik Naru-chan." ujar Kana tanpa sungkam.

..
..

..
..

Naruto masuk ke dalam ruang yang menampak piano di sana, ia duduk lalu membuka piano tersebut. Ia tersenyum tipis mengingat perilaku keluarganya kecuali sang ibu.

Naruto menekan benda putih di atas piano mulai memainkan musik Beethoven, Moonlight sonata ia mulai memasuki khayalan. Ia menumpahkan seluruh emosi di sana, di mana pria yang baru saja ia kenali mengajaknya menari, mengajaknya ke sebuah taman, memperkosa dirinya lalu dibunuh! Naruto benci mengingatkan semua itu lalu ia terbangun di dalam tubuh seorang gadis kecil, jiwanya ternyata tidak mau meninggalkan dunia Fana ini masih ingin menikmati suasananya. Mau mengenal lebih jauh lagi, mau berbagi kasih sayang, mau memberikan apa yang ia miliki kepada orang yang tidak berkemampuan.

Tanpa ia sadari ada seseorang memerhatikanya di balik celah pintu terbuka, manik hitam sama sekali tidak mengalihkan pandangannya terlalu terpukau dengan musik klasik berasal dari piano yang dimainkan Naruto.

Orang itu adalah Uchiha Fugaku, dan kini ia masih tetap mendengar duduk di balik pintu tersebut seulas senyuman ia berikan. Selama ini sang cucu tidak mau tau tentang piano bahkan mengejek orang yang memainkan piano mulai dari saat itu ia membenci cucu kesayangannya tetapi lihatlah sekarang ia mendengarkan suara piano di sana, cucunya bermain juga setelah mengejek.

Fugaku semakin melebarkan senyumnya hampir tertawa musik sang cucu benar-benar membuatnya bahagia, ia menangis dalam diam tanpa suara, tanpa gerakan. Ia menyesal telah membenci sang cucu.

"Maafkan grandpa sayang, maaf." ujar Fugaku lirih dengan pelan ia bangkit dari duduk lalu membuka pintu lebih lebar, dan Naruto sama sekali tidak terganggu karena terlarut dengan musik miliknya.

Fugaku duduk di samping Naruto menekan tuas hingga Naruto tersentak hampir menghentikan gerakan jarinya tetapi kakeknya mulai bermain, dan Naruto hanya mengikuti jejak sang kakek. Mereka tersenyum bersama entah kenapa bermain berdua lebih baik dari sendirian.

"Apa Naru tau, grandpa sangat menyukai piano?" tanya Fugaku di sela mainannya.

"Tidak mungkin Naru lupa." jawab Naru menyusul sang kakek bermain.

"Tentu saja kau lupa sayang saat itu usiamu empat tahun dengan lantang mengejek orang-orang yang bermain piano katanya membosankan, dan mulai saat itu grandpa tidak menyukaimu." akui Fugaku jujur karena berbohong juga percuma.

"Benarkah! Jahat sekali akunya." kekeh Naru tanpa menghiraukan tatapan sang kakek.

"Naru tidak marah?" tanya Fugaku lalu dijawab dengan gelengan pelan.

"Karena Naru tau itu perbuatan yang tidak bisa dimaafkan, dan apakah grandpa mau memaafkan cucu durhakamu ini." Naru memainkan musik dengan gerakan badan, ia menyukai suasana ini.

Tenteram, damai, dan tenang perpaduan yang baik ada bagusnya.

"Tentu sayang ayo main sampai kita berdua puas." Naruto mengangguk semangat.

Tangan tua, dan muda itu menekan tuas, tersenyum lebar, tertawa kecil. Satu piano dengan dua puluh jari sangat mengaggumkan karena keduanya sangat kompak.

Mikoto melihat dalam diam, ia juga ingin sang cucu memainkan biola. Iri dengan suaminya ia melangkah masuk tepat berdiri di belakang keduanya, dan seperti kakek-cucu itu tidak menyadari kedatangan Mikoto, Menikmati dari berbicara itulah Uchiha Mikoto.

Keduanya tertawa bersama hingga tidak bisa mendengar isak kecil Mikoto. Akhirnya apakah ini kebahagiaan yang diinginkan oleh Fugaku?

..
..

..
..

Sarada, putri sulung Sasuke, dan Sakura menatap benci gadis kecil di sana. Fugaku memeluk Naruto sementara Mikoto menahan tangisan di belakang mereka, Sarada sejak Naruto lahir ia membenci gadis itu harusnya dirinya satu-satunya anak, dan cucu perempuan dalam keluarga Uchiha. Sarada mulai mengancam Naruto saat usia adiknya empat tahun tetapi adiknya berjiwa besar tidak mudah membenci namun akhirnya di usia tujuh tahun Sarada mengancam menggunkan nama sang ibu, dan saat itulah Naruto berubah ia sungguh bahagia kini ibunya lebih memerhatikan ia serta kedua adiknya yang lain.

"Masih tidak puas Sarada-nee." Sarada terkejut mendengar suara adik keduanya, Ken.

"Apa yang kau katakan Ken-kun?" pertanyaan yang Sarada ajukan, ia berjalan tergesa-gesa meninggalkan Ken.

"Aku tau semua yang kau lakukan Nee-san jangan mengelak dariku." Ken membalikkan badan menatap punggung Sarada.

Sementara Sarada berhenti melangkah ia terkikik pelan tanpa beban ia mengumbarkan kekejaman, dan kejahatannya.

"Belum! Sampai anak itu berada di peti mati! Sampai kapanpun aku akan mengejarnya! Bahkan jika aku mengotori tanganku sendiri." selepas mengucapakan itu Sarada berlalu meninggalkan Ken yang mengepalkan tangannya.

Tanpa mereka sadari Uchiha Mikoto mendengar semuanya hingga sang nenek shock berat. Tubuhnya bergetar hebat apakah ini alasan cucu bungsunya berubah?

..
..

..
..

"Kaa-san setuju, bawa Naru-chan ke rumah kalian karena itu lebih baik." Mikoto dengan suara datar, dan dingin menyetujui rencana Naruto ke rumah pasangan ItaKyuu.

"Mikoto! Aku tidak akan membiarkan Naru-chan pergi!" bantah Fugaku sementara ia memeluk erat tubuh mungil cucunya.

"TIDAK! DIA HARUS PERGI!" bentak Mikoto tanpa sadar hingga membuat keluarganya terkejut, pertama kali Mikoto berkata sekasar itu. "Naru-chan dengarkan Baa-chan semua ini demi kebaikanmu karena Baa-chan sudah tau apa Naru-chan membenci Baa-chan." Naruto menggelengkan kepalanya ia paham atau telebih paham dengan kata-kata Mikoto.

"Ayo sayang kita pergi." Kyuubi menarik tangan Naruto tanpa mempedulikan wajah marah Fugaku.

Semua ini keputusan Naruto jadi Fugaku tidak bisa menghalang cucunya tersebut.

"Ayo." kali ini Itachi menarik tangan kanan Naruto.

Mereka seolah-olah tidak mau Naruto membalikkan badannya melihat wajah keluarga yang ada di sana bahkan Itachi memeluk pundak Naruto, ia tidak akan membiarkan wajah Naruto menghadap ke arah mereka.

Pertama kali di dalam hidupnya Uchiha Fugaku pria tua egois, keras kepala menangis melihat siluet tubuh cucunya pergi. Ia menyalahkan Mikoto, membenci istrinya kenapa harus pergi? Kenapa di saat ia mulai menyayangi cucunya.

"Kita akan sering berkunjung Fugaku." Mikoto menepuk-nepuk pundak suaminya.

Sementara Sakura, dan Sasuke tidak bisa berbuat apapun hanya mampu terdiam, dan menangis.

..
..
..

TbC

1k serasa udah cukup ya oke nantikan next chapter

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top