Because Mencinta (tujuhbelas)
Author Pov
"Illy, diluar ada seorang pria yang memaksa meminta bertemu kamu, Sayang....!"
Ali dan Prilly yang sedang berangkulan berpandangan. Prilly mengeryitkan alisnya, wajah Ali seketika menegang.
"Seorang pria? Siapa, Mi?"
Prilly bertanya penasaran pada Mami.
"Lihat aja diluar, katanya Illy kenal, mereka sudah Mami suruh menunggu diruang tamu!"
Mami mengangkat bahu.
Prilly menarik tangan Ali menuju keruang tamu, niat mereka tadinya mau sarapan tertunda. Prilly melihat dari sudut mata wajah Ali kelihatan tak suka dan sebenarnya Prillypun tak enak.
"Mamiiiiiiii!!!!!!"
Teriakan panjang yang mengagetkan Ali dan Prilly. Apalagi saat dia menabrak mereka.
"Adiitttt...!"
Prilly berjongkok memeluk Adit. Ali ikut berjongkok dengan wajah lega ternyata Pria yang dikata memaksa ingin bertemu Prilly adalah Adit. Dasar Mami, sudah membuat hatinya tidak menentu dibuatnya.
"Ampun Ily, Ali, Mami tadi lupa nambahin Pria kecil yang memaksa ketemu kalian!"
Mami cengengesan tanpa dosa.
"Mami Cinta, kok gak mau jemput Adit sekolah lagi, Adit minta maaf udah ninggalin Mami pergi sama Ayah ibu keBali nggak ngajak Mami..."
Prilly memeluk Adit lagi.
"Adit...!"
Prilly mencium pipi Adit dan memandang Dessy ibunya Adit dengan bingung. Dan mendongak kearah Ali yang membantunya berdiri.
"Mami harus tinggal disini Dit, jadi udah jauh tempat tinggalnya dari rumah kita!"
Dessy mendekati mereka dan memeluk Prilly.
"Adit kangen sama kamu, Dek, udah sering merengek minta ketemu, baru hari ini bisa jenguk kamu disini, kemarin kita ketempat Pak Wendy minta Alamat...!"
Dessy melepas pelukan dan mengusap bahu Prilly.
"Aku juga kangen sama dia Kak, baru tadi malem aku ngomongin Adit sama Ali..!"
Prilly mengacak rambut Adit.
"Lagian lo tega banget sih ninggalin gak ada kabar berita, mana hp gw kemaren error minta diupgrade, nomer telpon ilang semua..."
Prilly menoleh keasal suara.
"Kak Siskaaa, o my god senengnya ketemu Kakak!!"
Prilly memeluk Siska kesenangan.
"Gimana kandungan lo? Bapaknya udah gak macem - macemkan??"
Siska memegang perut Prilly dan melirik pada Ali yang tersenyum kecut.
"Gak pernah macem - macem dia mah, akunya kok yang baperan Kak!"
Prilly mencoba melindungi Ali. Biar bagaimanapun tak perlu orang lain tau keburukan dan kekurangan pasangan. Dan menutupinya dari umum itu wajib apabila masih mau bersama dan tetap mencintainya.
"Kakak bilang juga apa, dengerin dulu jangan langsung emosi!"
Siska menyentil kening Prilly diiringi senyuman Prilly yang melirik kearah Ali yang menatapnya lega.
"Ayoo silahkan duduk dan diminum dulu nih suguhannya, udah jauh jauh datang kok hanya berdiri..!"
Mami mengingatkan mereka yang sedari tadi melepas kangen tanpa sadar tak ada yang duduk.
"Ini teman Ily semua waktu disana ya, inikan Adit yang sering dijemput dan dijaga Ily-kan, ini Pasti Siska yang jadi tempat curhatannya Ily, Bu Hj.Henny mana kok gak ikut, yang sering bagi kue kan sama Ily...!"
Cerocosan Mami membuat mata Prilly melebar. Mami tau semua kondisinya disana. Ali yang duduk disampingnya sambil merangkul bahunya hanya tersenyum faham, karena Om Wendy sudah pernah cerita yang mengikuti Prilly waktu itu orang suruhan Mami.
"Jadi waktu kamu diikutin orang saat jemput Adit itu orang suruhan Mami, Sayang!"
Ali mengusap kepala Prilly.
"Kok kamu tau sih?"
Prilly mendelik kearah Ali.
"Taunya waktu nemuin Om Wendy, pas kamu ninggalin aku!"
Ali menjawab Prilly.
"Ohhh...!"
Prilly mengangguk - angguk. Senang bertemu Adit dan Siska. Mereka adalah bagian dari sejarah hidup yang pasti akan terkenang sampai kapanpun. Prilly terbayang saat berada dirumah kontrakan, hidup seadanya selama tiga bulan, makan apa yang bisa dimakan tanpa bisa memilih, semua menjadi pelajaran yang teramat berharga.
Beruntung, hanya tiga bulan, tidak sampai bertahun berlalu, ada hikmah dibalik semua kejadian. Tiba - tiba Prilly merasa bersyukur Ali berbuat kesalahan yang menyebabkan ia memutuskan untuk kembali ketika Mami datang tepat saat hatinya merasa terluka.
"Melamun! Jadi inget waktu hidup disana ya?"
Ali mengencangkan rangkulannya dibahu Prilly dan mengusapnya berkali- kali. Prilly menoleh menatap Ali sambil mengangguk tersenyum dengan mata berkaca.
"Udah, kita sarapan dulu yuk, pasti kalian lapar dan cape menempuh empat jam sejak subuh menuju kesini."
Mami berdiri dan mengajak mereka untuk sarapan.
"Mami Cinta, kata ibu, Mami Cinta mau punya adek ya?"
Adit mendongak pada Prilly yang menggandengnya.
"Iya, tar temenin ya Dit adeknya!"
Prilly tersenyum.
"Mami Cinta rumahnya bagus, lebih bagus dari rumahnya Adit.."
Adit nyeletuk lagi.
"Rumah Oma Dit, bukan rumah Mami!"
Prilly mencubit pipi Adit.
"Ohh Rumah Oma Cinta!!!"
Adit bergumam sendiri mengundang senyum yang mendengarnya.
Prilly benar - benar akan selalu merindukan Adit nantinya. Bocah yang lucu dan menyenangkan.
"Gak jadi ngileran anak gw karna Maminya kangen Adit, sekarang udah kesampaian ketemunya!"
Ali nyeletuk diiringi tawa yang lain.
"Mainlah kerumah kontrakan, itu masih dikosongin sama Pak Haji, siapa tau katanya Ali sama Prilly sesekali nginep kalau kangen...!"
Siska menyahut.
"Kemarin emang Ali pesenin sama Pak Haji selama kami belum nyelesain kesana kalau gak ada yg ngontrak ntar kami bayarin, Kak!"
Prilly menyahut kearah Siska.
Sarapan lebih semangat dan semarak karna kehadiran tamu dari jauh yang tak disangka tapi sangat menyenangkan.
#########
Prilly Pov
"Kenapa sih lo mau - maunya hidup menderita, pakai acara kawin lari segala?"
Kulirik sebentar Pria disamping yang duduk berjarak meja denganku diberanda. Robin. Si Hot yang masih saja memiliki tatapan menggerayangi menyeramkan.
"Gw cinta sama laki gw tentunya!"
Tegas aku berucap padanya.
"Padahal kalau saja lo mau nikah sama gw, lo gak akan pernah menderita!"
Yakin sekali dia tau apa yang jadi kebahagiaanku.
"Justru pernah hidup sengsara merupakan pelajaran berharga buat gw Bin, kalau gak pernah hidup susah gw gak akan pandai bersyukur dengan apa yang dimiliki sekarang!"
Prilly sebenarnya sudah bete menemani Robin yang datang bersama Papanya. Entah ada urusan apa orang tuanya dan orang tua Robin didalam, sepertinya serius sekali.
"Gw cape Bin kelamaan duduk, masuk gih gabung sama orang tua!"
Aku berdiri diikuti Robin.
"Maaf sekali Hendra, kita gak bisa mengikat persahabatan kita menjadi keluarga karna Prilly sekarang sudah menikah!"
Suara papi tegas terdengar. Aku terpana didepan pintu mengurungkan niat masuk kedalam.
"Tegas dong sama anak, kenapa maunya kalian diatur sama anak yang harusnya kita yang ngatur!"
Ucapan Om Hendra terdengar berat.
"Kami yang tau anak kami, kebahagiaannya lebih penting daripada hanya sekedar menguatkan materi!"
Mami terdengar membela diri.
"Kalau hanya karna masalah ini kamu gak jadi bekerja sama denganku ya sudahlah Hendra, bukan juga karna sebenarnya kau yang butuh aku sehingga aku dengan sombong menolak, tapi memang anakku sudah tidak mungkin dinikahkan dengan anakmu!"
Papi seperti menekan suaranya karna emosi.
"Kenapa harus kaya gini sih Bin? Bukannya lo punya pacar ya apa hanya karna harta dan tahta?"
Aku langsung to the poin saja menatap wajah Robin yang berada didepanku.
"Lo jangan salah faham, gw gak tau tujuan orang tua gw tapi entah kenapa gw terlanjur terpikat sama lo, gw tau gw bisa dapat lebih dari lo tapi gw hanya mau lo!"
Robin hampir meraih tanganku ketika suara deheman seseorang membuatku menoleh.
Ali!
"Cinta, kamu sudah pulang? Kok jalan kaki? Mana mobil?"
Aku menghampirinya yang berdiri dengan wajah datar!"
"Ini kenalin Robin!"
Aku menarik tangan Ali dan mengenalkannya pada Robin. Mereka saling berjabat tangan sambil berpandangan aneh.
"Lo?"
Robin berkata pada Ali yang menatapnya tajam.
"Iya gw? Kenapa?"
Ali menantang.
Sepertinya mereka saling kenal dan pernah terjadi sesuatu yang tak nyaman dari tatapan menusuk keduanya.
"Lo mau gw nyadarin lo lagi bahwa pesona lo tak lebih baik dari rayuan gw!?"
Robin dengan angkuh mendorong dada Ali.
"Masih juga lo suka tebar pesona lo? Dia bini gw, dan lo gak bisa menjebak dan ngerayunya sampai hamil, karna dia udah hamil anak gw!!"
#########
Maaf part ini pendek. Aku tak sempat nerusin tapi pingin update..
:)
Tx vote dan komennya ya, aku seneng bnget respon kalian sama cerita yg aku tulis..
Cup cinta
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top