Because Mencinta (sepuluh)
Ali Pov
Hari ini aku merasa tidak enak hati meninggalkan Prilly. Walaupun tadi Prilly kelihatannya baik-baik saja saat melepas aku pergi bekerja.
"Hati - hati Cinta, inget aku selalu nunggu kamu dirumah jadi kamu jangan nakal sama cewe - cewe diluar sana!"
Prilly mencium tanganku dan merapikan baju kaos berkerah berwarna hitam yang kupakai dan membetulkan rambutku yang keluar dibalik kupluk yang kupakai.
Isteriku masih saja cemburunya luar biasa. Walaupun aku senang karna menganggapnya sangat menyayangiku sehingga takut aku macam - macam diluar.
"Iya Cinta, percaya ya sama aku, seperti aku yang mencoba ngeyakinin hati aku, kalau kamu gak bakalan tergoda juragan minyak!"
Aku mencium keningnya dan mencubit dagu isteriku setelah mencium bibirnya.
"Ish, kan sudah aku bilang, aku lebih memilih kamu dan cintamu dibanding apapun apalagi hanya karna dikasih seliter minyak goreng, dikasih pabriknyapun aku gak akan banyak mikir untuk nolak!"
Prilly agak cemberut sambil menempelkan dahinya didadaku. Aku mengelus rambutnya dan mencium puncak kepala isteriku. Entah kenapa aku seperti tak rela meninggalkannya hari ini.
"Ya udah, aku kerja dulu, jaga diri baik - baik ya, kalau mau kemana - mana telpon atau sms aku!"
Aku mencubit pipinya.
Aku memang menukar handphone seharga 9juta milikku, dengan dua handphone android baru yang lebih murah supaya Aku dan Prilly bisa berkomunikasi walaupun kami berjauhan saat aku bekerja.
"Iya berdoa dulu Cinta supaya kamu bekerjanya lancar, dan Allah memberi kekuatan buat kita!"
Prilly mengingatkan agar berdoa sebelum melangkah mencari nafkah.
Aku mengangguk sambil mengangkat tanganku.
"Bismillahrmamnirrahim, Bismilahi aman tubilah, lahaula wala kuata illa billahil aliail azim..."
Aku melafazkan doaku.
"Dengan nama Allah yang Maha pengasih lagi Maha penyayang, berserah dirilah hanya kepada-Nya, Segala sesuatu hanya Allah yang memberikan kekuatan, karna kebesaran - Nya!"
Isteriku menyahutiku dengan mengartikan doaku.
"Aamiin...!"
Kami sama - sama mengamininya.
Entah kenapa kini hatiku tertuju padanya terus. Aku lirik jam tanganku baru jam 11. Saat ini Prilly pasti sedang di sekolah Adit. Aku mencoba menelponnya tapi tidak diangkat, itu yang membuatku bertambah resah.
"Om Ali, jemput Yona jam 4 ya, Yona ada les tambahan, ada pelajaran yang Yona harus perbaiki hasilnya..!"
Akhirnya aku mendapatkan kepastian waktu untuk menjemput Yona setelah dia menelpon, tinggal menunggu telpon dari Yodi, jam berapa dia minta jemput? Apa jam 12 seperti biasa atau jadwal tambahan juga?
Aku keluar dari mobil dan menaiki beranda rumah itu. Melihat rumah majikanku ini sebenarnya biasa, rumahku dulu gak kalah bagus. Aku jadi teringat rumahku, teringat kamarku. Dulu tempat tidurku king size, sekarang harus puas dengan tidur dikasur. Bedanya dulu cuman nindih guling bersarung barca, sekarang nindih guling yang bisa bergerak, hangat, dan menggairahkan.
Aku memencet bel rumah dan tak lama keluarlah Mbak Yatna pembantu rumah tangga setengah baya.
"Ibu ada gak, Mbak?"
"Ada, Ali pingin ketemu?"
"Iya."
Mbak Yatna masuk kedalam tak lama keluar Bu Sita majikanku.
"Kenapa, Li?"
"Boleh saya ijin hari ini Bu, saya mau pulang cepat istri saya sedang sakit, dia sendirian dirumah!"
"Yona sama Yodi hari ini pulang seperti biasa atau ada les tambahan?!"
"Yona minta jemput jam 4 bu, Yodi jam 12.."
Ya. Perjanjian sama Yodi kalau dia tidak ada perubahan jadwal dan dia tidak menelpon berarti dia pulang seperti biasa jam 12.
"Ya udah biar saya nelpon supirnya bapak aja asal tau pasti jadwalnya."
"Makasih ya bu...!"
Akhirnya aku bisa pulang lebih awal dengan sedikit berbohong mengatakan isteriku sakit. Padahal perasaanku yang sedang tak enak terlebih sejak aku tau Rendra anak Pak RT itu sudah beberapa kali mencoba menarik perhatian Prilly. Kubilang mencari perhatian karena aku meyakini seorang pria tak mungkin tak ada maksut tertentu dan tidak mungkin hanya kebetulan lewat sehingga bisa sudah tiga kali mengantar dan memberi isteriku minyak goreng hasil pabriknya.
Kalau aku seperti Ali yang dulu, anak seorang kontraktor yang selalu memenangkan lelang pembangunan jalan, jembatan dan gedung gedung untuk kantor pemerintahan juga banyak bekerja sama dengan perusahaan swasta untuk merenovasi kantor bahkan rumah elit mereka, aku takkan merasa rendah diri dengan anak yang bernama Rendra, yang lebih tua tiga tahun dariku, bertato dilengannya, wajahnya tegas menantang dan terlihat gagah menaiki mobil Crv-nya walaupun dia menarik perhatian Prilly hanya dengan menggunakan motor. Rendra sudah lulus kuliah dua tahun yang lalu dan meneruskan usaha dipabrik minyak goreng milik Papanya, sedangkan aku harusnya setahun lagi sudah bisa menjadi Arsitek, tapi jalan hidup sedang berkata lain padaku.
Rumah kelihatan sepi dan tertutup rapat. Mungkin Prilly sedang menidurkan Adit. Saat aku membuka pagar untuk memasukkan motorku, Kiki yang kemarin sempat membuat Prilly cemburu lewat dengan menaiki sepeda motor, dia tersenyum dan aku balas senyumnya sedikit, aku tak ingin dikira ada hati ketika membalas senyumnya, makanya aku hanya memandangnya sekilas. Aku hanya menunjukkan keramahan dikampung ini karna kami adalah warga baru tak lebih.
Tok.tok.tok.
Aku mengetuk pintu rumah dan menunggu dibukakan oleh isteriku. Agak lama pintu dibuka, Prilly melongok melalui horden disamping pintu. Melihatku Prilly segera membuka pintu dan menarik tanganku masuk kedalam rumah segera.
"Kenapa?"
Aku membelai kepalanya saat dia langsung memelukku dengan wajah cemas.
"Ada orang yang ngikutin aku sama Adit dari sekolah sampai kerumah, aku takut!"
Prilly menatapku dengan wajah cemasnya, sesekali dia melongok dari kaca melihat keluar.
"Tadi dia ada disebrang sana apa kamu gak liat ada orang?"
Prilly mengintip dari balik kaca dan aku mengikuti.
"Gak ada siapa - siapa..."
"Berarti dia sudah pergi!"
Prilly memelukku lagi.
"Udah gak papa, aku sengaja pulang awal karna perasaanku gak enak!"
Aku mencium rambutnya dan menggajaknya duduk dilantai dan bersandar ditembok.
"Aku tetep takuttt, kamu gak tau aja aku udah dua hari berasa diikutin, kalau ada yang culik Adit, trus gimana aku harus tanggung jawab sama ayah ibunya?"
Prilly menyandarkan kepalanya dibahuku. Kami sama-sama meluruskan kaki dilantai marmer yang dingin.
"Kok kamu malah mikir Adit yang diincar? Gimana kalau yang diincar ternyata kamu?"
Aku menggenggam dan mengecup tangannya.
"Kenapa mereka harus mengincarku, Cinta? Kita gak punya apa - apa untuk mereka incar...!"
Prilly memejamkan mata dibahuku.
" Keluargamu mulai memata - matai kamu barangkali ya?"
Aku mengelus wajahnya yang berada dipundakku dengan tangan kiri melingkar dibawah dagunya. Prilly tiba - tiba mengangkat wajahnya dari bahuku dengan mata melebar.
"Mungkinkah?"
Prilly bergumam.
"Mungkin saja, dan sekarang aku takut saat aku gak ada kamu diambil dari aku...!"
Aku menangkup wajahnya, menatap wajah mulusnya yang tidak bisa kubayangkan jauh dariku.
"Aku takkan mau diambil!"
Prilly memegang tanganku yang sedang menangkup wajahnya.
"Kalau diculik?"
Aku masih memberi kemungkinan lain.
"Aku akan hati - hati, gak akan membukakan pintu untuk orang yang gak dikenal!"
Prilly mencium telapak tanganku.
"Kalau jemput Adit hati-hati ya, atau kamu naik ojek aja biar cepet jangan minta anterin Rendra, inget ya!!!"
Aku mengingatkannya.
"Iya - iya ah masih aja juragan minyak disebutin, awas aja ya kalau suka senyum - senyum sama janda itu, bikin jengkel, sama aku aja gak niat senyum - senyum, sama kamu dari jauh udah pasang muka dimanis-manisin...!"
Prilly lebih ganas mencecar.
"Iyaa, gak akan aku tertarik sama dia, ngapain sih kaya yang dirumah masih kurang aja, harusnya Rendra gangguin dia aja, ngapain gangguin isteri orang!"
Aku bersandar ditembok sambil melipat tanganku didada.
Prilly juga ikut bersandar ditembok dan melipat tangannya didada dengan wajah cemberut.
Aku memiringkan kepalaku melihat wajahnya yang cemberut dengan ekspresi cemberut juga tetapi hanya menggodanya.
"Apaan sih lo???"
"Kamu cantik!!!"
"Gombal!"
"Gombal terindah!"
"Mana ada gombal itu indah??"
"Ada. Gombalan Ali sama Prilly!"
"Gak ada indah - indahnya sama sekali..."
"Masa? Kalau gitu gak usah menggombal dong langsung praktek aja!!"
"Praktek?"
"Iya, misalnya kalau gombalnya gini: hai Cinta bibirmu semanis es krim, lembut tapi dingin, dan kalau langsung di - praktekkan gini......"
Aku memiringkan kepalaku mengangkat dagu Prilly, perlahan mendekatkan bibirku kebibir tipisnya, melumat lembut bibirnya yang manis karna lipgloss rasa buahnya. Dia hanya menatapku dengan mata tersenyum, bibirnya terbuka tapi tak membalas. Dingin. Ketika kulepas ciuman, Prilly meraup wajahku dengan gemas.
"Modus lo!!!"
Prilly berteriak didepan wajahku, meraup wajahku dengan dua tangannya aku tergelak senang membuatnya gemas, setelahnya dia memeluk leherku erat sampai punggungku terdorong kelantai dan tertelentang dengan dia berada diatasku. Prilly balik menyerang bibirku dan aku membalas serangan mendadak darinya. Kami bergulingan dilantai yang dingin. Dan mengakhirinya dengan berpelukan menyamping dilantai dengan nafas tersengal tanpa bantal sebagai alas kepala kami.
"Mami sama Papi Cinta sedang apa??"
Suara Adit yang berdiri didepan pintu kamar mengagetkan kami berdua. Rupanya suara tawa kami telah membuat dia terjaga.
"Aduh Cinta, Adit bisa cerita ni sama ibunya!"
Prilly berbisik pelan ditelingaku sambil bangun dari lantai.
"Sedang bobo siang Dit, kaya Adit juga!"
Aku menyahuti Adit yang digandeng Prilly masuk kekamar lagi.
"Dikasur aja sama - sama Adit ya!"
Adit berkata lagi sambil berbaring dikasur.
"Iya, mau ditemani Mami sama Papi ya?"
Aku ikut merebahkan diri dengan Adit ada diantara kami.
Adit mengangguk sambil memejamkan mata kembali, semoga saja dia hanya sedang mengigau dan bangun tidur nanti dia sudah lupa.
"Cinta, tar sore kita ketempat Om Wendy ya, aku mau ceritain sudah merasa seperti diawasin orang..."
Prilly memiringkan tubuhnya kearahku yang terhalang Adit. Sementara aku yang tadinya menatap langit - langit kamar menolehnya.
"Iya, kita antar Adit kerumahnya dulu baru kita pergi kesana ya..."
Tanganku menjangkau kepala dan mengacaknya. Prilly mengangguk dan menelentangkan tubuhnya sambil memejamkan mata. Akupun memejamkan mataku yang sudah berat karna mengantuk dan sebentar kemudian kami sudah sama melayang kealam bawah sadar.
###########
Author Pov
"Jadi ada yang awasin Ily?"
Tante Laura bertanya dengan wajah menegang.
"Sepertinya begitu Tante, "
Prilly menjawab kecemasan yang ada diwajah Tante Laura.
"Ya sudah jangan kuatir, nanti Om aksn turunkan anak buah Om besok untuk mencek apakah benar ada orang yang mengawasi Ily, Ily tenang aja ya!"
Om Wendy mengacak rambut Prilly menenangkan sekaligus gemas melihat raut wajah Prilly yang tegang.
"Benar ya Om. Ily takut!"
Prilly berkata lirih dengan wajah yang sedikit ada pencerahan dengan janji Om Wendy.
"Kalian harus tetep berkomunikasi dengan baik, Ali, jangan sampai kamu seharian ninggalin Ily tanpa menelpon atau mengabari, Ily juga kemana - mana harus bilang ya sama Ali!"
Om Wendy mengingatkan pada keduanya agar jangan sampai miss- komunikasi.
Akhirnya ada ketenangan buat mereka sekembalinya dari rumah Om Wendy. Lega karna Prilly merasa aman dengan perlindungan dari Om Wendy.
"Udah lama ya gak jalan - jalan...!"
Prilly merentangkan tangannya diboncengan Ali dan melingkarkan tangannya diperut suaminya. Ali menoleh pada Prilly yang menyangkutkan dagu dibahu kanannya dan mencium pipi isterinya. Prilly menoleh Ali dan menggesekkan hidungnya kehidung suaminya itu.
Memeluk Ali dari belakang diatas motor seperti itu mengingatkan Prilly pada kenangan masa berpacaran. Sejak jadian yang menghebohkan warga satu taman hari itu Prilly lebih banyak dijemput Ali pergi kekampus. Prilly tak menyangka hatinya akan tersangkut pada pria yang disukai banyak wanita seperti Ali padahal dia sudah sangat menghindari. Ali-pun tak menyangka hanya karna penasaran akhirnya dia benar - benar jatuh hati pada Prilly.
"Kamu sebenernya cinta gak sih sama gw, Li?"
Hari minggu pertama setelah jadian mereka pergi kepantai dan duduk dengan alas terpal dibawah payung besar yang banyak disewakan disekitar pantai .
"Kok lo nanyanya gitu, Pril?"
Ali membenahi kacamata hitam yang bertengger dihidungnya.
"Habisnya waktu lo ditaman minta gw jadi pacar lo, lo hanya bilang suka..suka itu belum tentu sayang apalagi cinta, Li!"
Prilly ikut membenahi kacamatanya.
"Emang lo gak bisa ngerasain gimana sayang dan cinta gw ke lo, Pril?"
Ali memiringkan badannya sambil merengkuh bahu Prilly.
"Gimana mau ngerasain sih Li, panggilan kita aja tetep lo gw, tetep Li sama Pril, dimana letak sayang dan cintanya kalau manggilnya aja gak mesra!!"
Prilly menunduk agak gamang.
"Heii Cinta, aku sayang sama kamu, aku cinta sama kamu, kalau gak, aku gak akan mau jadiin kamu pacar aku!"
Ali membuka kacamatanya dan membuka kacamata Prilly agar bisa menatap langsung kedalam matanya.
Prilly menunduk malu dan menggigit bibir bawahnya tersipu mendengar gombalan Ali yang merubah panggilan yang tadi menjadi alasannya meragukan rasa yang Ali miliki untuknya.
"Sini liat aku, Cinta!"
Ali mengangkat dagu Prilly dengan jari - jarinya yang dirapatkan.
"Cinta??"
Prilly pura - pura mengulang lagi panggilan Cinta Ali supaya Ali menjelaskan kenapa dia memanggil seperti itu untuk lebih meyakinkan hatinya.
"He - em, aku panggil kamu Cinta, biar kamu bisa ngerasain cinta aku sama kamu!"
Ali menepuk-nepuk pipi Prilly yang kenyal pelan dengan jari - jarinya. Prilly menahan senyum, rasanya dadanya mengembang dipenuhi oksigen.
"Makasih Ya Li, udah buat aku seneng!"
"Ck. Sendirinya protes dipanggil nama, kenapa dia juga yang tetep manggil nama...!"
Ali memalingkan wajahnya kearah lain dengan sedikit kesal, dengan tangan berada diatas lututnya yang menekuk. Prilly tersadar pacarnya sekarang sedang tidak suka cara dia memanggilnya.
"Iya. Maafin aku ya Cinta, Makasih kamu udah buat aku seneng!"
Prilly meraih wajah Ali untuk memandang kearahnya dengan senyuman paling manis dan mengagumkan yang dia miliki. Ali seketika membalas senyumnya dengan senang dan mendekatkan wajahnya kewajah Prilly lantas mengecup bibir gadisnya yang langsung terpana sambil menyentuh bibirnya sesaat setelah Ali melepasnya. Prilly tersenyum malu dengan wajah memerah.
"Cinta, udah nyampe..!"
Kata - kata Ali menyadarkan Prilly yang sedang melamunkan awal panggilan Cinta mereka dan First Kiss setelah jadian. Saat dicium ditaman itu kan belum jadian tetapi sama-sama mengagetkan rasanya.
"Rasanya pingin lama - lama meluk kamu dimotor, jadi inget waktu kita pacaran!"
Prilly turun dari motor dan membukakan pagar dan Ali menuntun motornya menaiki beranda rumah.
"Mending peluk - pelukannya dikamar, Cinta, dimotor kamu bisa masuk Angin, tapi kalau dikamar kamu bisa masuk Ali...!"
Ali tergelak dengan omongannya sendiri yang asal. Prilly memukul bahunya.
"Ishh, kamu ini, tar didengar orang, aku maluuu.."
Prilly menutup wajahnya yang terasa hangat. Ali menggandengnya masuk kedalam rumah.
"Biarin didengar orang, yang penting kamu siap - siap 'masuk Ali' ya dikamar!!!"
###########
Hmmm...masih blm terjawab ternyata ya siapa org yang mengawasi Mami Cinta...
Sekali lagi aku mengingatkan, setiap cerita yang aku buat sudah terkonsep diotak, dan ada kerangka karangannya, aku membuatnya pasti happy ending tetapi selama menuju happy ada beberapa konflik yang harus dilewati dan mungkin tidak sesuai dengan harapan readers, dan aku sangat berusaha untuk membuat ceritaku semasuk akal mungkin tanpa berbelit dan itu mungkin saja terjadi dikehidupan nyata...mohon bijak berkomentar jika ada yang terbawa emosi, aku sudah berusaha menghibur semua..
Terima Kasih apabila masih mau membaca, memberi vote dan komennya yang sebenarnya sangat menyemangati..
Cup cinta...
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top