Because Mencinta (delapan)
Author Pov
"Mami, tadi disekolah Adit maju dong kedepan kelas!"
Pria kecil bernama Adit berumur 4tahun yang bergandengan tangan dengan Prilly sambil melangkah mengayunkan tangan berkata sambil mendongak kearah Prilly.
"Ohya? Memangnya ngapain?"
Prilly menunduk menatap yang digandengnya. Sebelah tangannya membawa payung.
"Adit disuruh kasih tau teman-teman, nama lengkap Adit, nama ayah,nama ibu, sama Adit tinggal dimana...!"
Prilly tersenyum melihat Adit yang dengan lancarnya mengoceh.
"Terus, Adit bisa kasih tau temen-temen, nama lengkap Adit?"
Prilly bertanya sambil menuntun Adit kesebrang jalan.
"Bisa. Aditya Saputera."
"Nama Ibu Adit? Ayah Adit?"
"Bisa, Mami...coba deh, kalau Mami siapa namanya?"
"Qirania Prilly Margareth..!"
Prilly tersenyum geli melihat kelucuan Adit.
"Kalau Papi?"
"Xalendra Aliando Ramersh..!"
"Kok susah sih Mami sama Papi namanya..?!"
Adit menengadah menatap Prilly. Prilly menunduk menatapnya.
"Emang kenapa?"
Prilly tertawa dengan pertanyaan lucu Adit.
"Aditkan mau ngapalin, biar besok Adit bilang sama Bu Guru Carita mau maju lagi, kasih tau sama temen-temen kalau Adit punya Mami Cinta dan Papi Cinta!".
Prilly tergelak mendengarnya. Membuka pagar pintu rumah dengan melepaskan tangan Adit dan menggandengnya lagi masuk keberanda rumah, menangkup payung yang tadi melindungi tubuh mereka dari panas, menutup pagar lagi dan melangkah kepintu. Prilly membuka kuncinya, dan memasuki rumah dengan lega karna sudah menjemput Adit.
Baru hampir sebulan ini Prilly menjadi pengasuh Anak bernama Aditya Saputera, berumur 4tahun. Ibunya Dessy Aryani bekerja disebuah Bank Swasta dan ayah Adit Yandi Gunawan bekerja sebagai kepala bagian disebuah show room mobil. Adit diantar kesekolah oleh ibunya sambil pergi bekerja kemudian jam 11siang pulang dari sekolah Prilly yang menjemput dan Adit akan dirumah Prilly sampai sore hari dijemput ibu atau ayahnya lagi. Adit tinggal dikomplek elit sebelah gang ditempati Ali dan Prilly. Untuk menjaga Adit , Prilly dibayar 250ribu perminggu.
Sejak tinggal dirumah kontrakan itu, Prilly dan Ali mencoba berbaur dengan tetangga-tetangga yang sangat wellcome terhadap mereka. Prilly cukup akrab dengan Bu Hj.Henny isteri dari Pak H. Muhaemin pemilik kontrakan rumah yang berada disebelah rumahnya. Dari Bu Hj. Henny juga Prilly mendapatkan kesempatan untuk menjaga Adit karna Ibu Adit adalah keponakan beliau. Waktu itu pengasuh Adit pulang kampung dan berhenti sehingga mereka perlu segera mencari pengganti.
"Prilly gak mau mencari kegiatan supaya gak bosen tiap hari nunggu Ali pulang?"
Waktu itu Bu Hj.Henny mampir kerumah kontrakannya memberi sekotak donut pada Prilly. Memang Bu Hj.Henny sering membagi Prilly makanan ketika diberi Anak-anaknya.
"Sebenernya saya mau cari pekerjaan bu, tapi ijazah sayaa..!"
Prilly tiba-tiba sedih harus teringat kembali latar belakang ia dan Ali terdampar dikota ini.
"Ibu ngerti, gimana kalau bantu keponakan ibu jemput anaknya sekolah dan jagain sampe ibu dan ayahnya pulang kerja? Senin sampai jumat saja, Sabtu sama Minggu mereka libur jadi kamu juga libur..gimana?"
Bu Hj. Henny menatap Prilly penuh harap.
"Boleh saya bilang sama Ali dulu Bu Hj, besok saya beri jawaban."
Prilly menatap wanita setengah baya didepannya.
"Iya, tentu kamu harus bilang dulu sama Ali, besok ibu tunggu jawabannya ya semoga iya..."
Bu Hj. Henny menepuk bahu Prilly penuh harap.
"Kalau kamu mau gak papa ambil aja tawarannya, tapi aku gak maksa kamu bantu aku cari duit ya, Cinta.."
Komentar Ali malam harinya saat Prilly menceritakan tawaran yang diberikan Bu Hj. Henny.
"Aku coba aja dulu kali ya, aku suka anak kecil kok lagian cuma jemput dia sekolah di TK dekat sini, tar baliknya kerumah sini juga sampe sore!"
Prilly menjawab komentar Ali sambil menyuapi suaminya dengan nasi goreng buatannya. Nasi yang digoreng berbumbu instan dengan lauk telur dadar. Digoreng buat berdua dan dimakan sepiring berdua. Terlihat memprihatinkan tetapi buat mereka tetap merupakan momen yang sangat indah karna merasa bahagia.
Menu nasi goreng dengan telur dadar masih lebih baik daripada bubur dengan hanya dikasih kecap manis yang pernah menjadi menu makan malam mereka. Saat itu setelah hampir dua minggu hidup dirumah kontrakan Ali belum juga mendapat pekerjaan. Uang yang Ali punya mulai menipis, dan saat Prilly melihat persediaan bahan makanan malam itu yang ada hanya beras, sedangkan telur yang disimpan Prilly sudah habis. Malam itu hujan sangat lebat, Terpaksa Prilly hanya bisa membuat bubur yang cukup enak dimakan saat panas dengan kecap manis dihari yang dingin.
"Kamu gak nyesel hidup sama aku? Gak bisa delivery order sesuka hatimu lagi jika menu makanan dirumah gak kamu sukai?"
Ali menatap Prilly dengan sendu malam itu. Dia terharu melihat Prilly yang memasak dan menyuapinya bubur dengan wajah tenang. Sesungguhnya buat dia sendiri berat, dia tak pernah merasakan hidup sesakit ini, tapi dia sendiri harus tegar tak ingin membuat Prilly ikut gundah karnanya.
"Aku gak pernah nyesel, aku ingin natap kedepan gak mau liat kebelakang, aku hanya melihat semua ini hanya proses, dan aku kuat karna kamu, kuat karna mencintamu...!"
Prilly mengelus wajah Ali dengan ibu jarinya. Ali menyentuh tangan Prilly yang berada dipipinya dan mengecup telapak tangannya. Ali Meraih kepala isterinya dan menciumnya sayang.
"Aku juga kuat karna kamu, kuat karna mencintamu, Makasih tetap mau dampingin aku dalam keadaan apapun, Cinta."
Ali menenggelamkan tubuh mungil Prilly kedalam peluknya.
Ketika kita memakan bubur tanpa ayam tetapi dengan cinta rasanya seperti makan cream soup diberi keju. Bahagia itu memang sederhana.
Adit langsung bisa akrab dengan Prilly. Pertama kali memang takut-takut tapi lama-lama Adit betah bersamanya bahkan panggilan Tante yang berubah menjadi Mami adalah inisiatif dari Adit.
"Tante, tar kalo punya dede kaya adit maunya dipanggil apa?"
Adit bertanya menatap Prilly yang sedang mengipasinya karna cuaca cukup panas diluar sana.
"Tante manggil ibunya tante itu Mami, jadi tante juga pingin dipanggil Mami, Sayang!"
Prilly memencet hidung Adit.
"Kalau gitu, Adit panggil tante Mami aja ya, tar Om Ali adit panggil Papi,"
Adit mengatakannya dengan mata berbinar.
"Boleh. Kenapa Adit mau panggil Mami sama Papi?"
Prilly iseng bertanya pada Adit.
"Adit mau jadi anak Mami sama Papi,"
Adit berkata dengan polosnya. Prilly tersenyum dan terus mengipasi adit yang sudah waktunya tidur siang kadang kipas berpindah dari tangan kanan kekiri karna pegal. Tapi Prilly tetap melakukan itu walaupun kadang berhenti sejenak sampai Adit tertidur.
Besoknya Ibu Adit datang membawakan kipas Angin berukuran sedang, dia bilang Adit cerita kasian Mami harus mengipasinya tidur karna tidak ada kipas angin.
"Cinta, aku pergi dulu, Yona udah minta jemput nih...!"
Ali mencium kening Prilly. Prilly memeluk Pinggangnya.
"Ati-ati Cinta..!"
Prilly membetulkan kerah baju Ali dan mengusap - usap bajunya supaya lebih rapi.
"Dah Cinta, mmuach....!"
Bibir Ali bergerak seperti mencium jauh dan melambaikan tangannya dibelakang kemudi Mobil Freed yang dibawanya. Prilly tersenyum didepan pintu balas melemparkan ciuman dari tangannya yang dikecupkan kebibirnya.
"Mami Cinta...!"
Adit berdiri disamping Prilly.
"Loh, Adit sudah bangun?"
Prilly kaget karna harusnya Adit sedang tidur siang.
"Iya Udah bangun Mami Cinta....!"
Adit bergelayut dikaki Prilly.
"Mami Cinta??"
Prilly berjongkok memegang bahu Adit sambil tersenyum bingung.
"Iya, Papi manggil Mami Cinta, Mami manggil Papi juga Cinta kan??"
Prilly tertawa mendengar ocehan Adit yang semakin hari semakin menggemaskan. Mami Cinta? Papi Cinta? Hmmm, boleh juga. Ada - ada saja si Adit. Prilly mengusap kepala anak itu dengan sayang.
"Papi pergi kerja ya Mami?"
Adit mendongakkan wajah melihat Prilly berdiri jongkoknya.
"Iya Papi kerja cari duit buat beli beras!"
Prilly menggandeng tangan Adit masuk kedalam kamar untuk melanjutkan tidur siangnya.
Prilly menerawang kelangit kamar, inilah hidupnya sekarang, jauh dari kata mewah, jauh dari kata mudah, jauh dari keluarga, hanya ada Ali yang selalu ada ketika dia merindukan keluarga, Mami, Papi dan kamarnya yang sejuk dan dingin.
Ali bekerja sebagai sopir pribadi keluarga Himawan, seorang pemilik beberapa hotel yang tersebar dibeberapa kota. Tugas utama Ali mengantar dan menjemput anak-anaknya Yodi yang masih kelas 4 SD dan Yona yang masih dikelas 8 SMP, sekolahnya kadang pulang agak sore karna sekaligus les. Tiap siang kalau sempat Ali pulang kerumah tapi kalau tidak dia akan pulang diatas jam 5sore, kecuali ada hal-hal tertentu dia bisa lembur tapi tak pernah sampai lebih dari jam 8malam. Ali hanya libur dihari Minggu dan tanggal merah dimana anak-anak tidak sekolah.
Pekerjaan Ali ini didapat dari Om Wendy . Waktu itu Tante Laura dan Mila datang mengunjungi mereka dengan membawa sembako dan memberi sejumlah uang. Mereka menyampaikan kalau Om Wendy dapat informasi tawaran pekerjaan menjadi Supir pribadi, kalau Ali mau mencoba datang kealamat yang tertulis dikertas dan disuruh bilang kalau dari Om Wendy Kapolsek.
##########
Prilly Pov
Aku membuka pintu yang diketuk dan menatap Ali yang berdiri didepan pintu dengan tatapan tak suka.
"Kamu pulang jam segini lagi? Udah tiga malam kamu kaya gini, udah seharian kamu tinggalin aku, malamnya aku kamu tinggal lagi, kapan waktu kamu buat aku?"
Aku melirik jam dinding yang menunjukkan jam 12. Aku menatapnya jengkel dan berlalu meninggalkannya yang mengunci pintu rumah tanpa sempat menjawab.
Aku duduk ditepi kasur menekuk dan memeluk lututku. Ali memasuki kamar setelah kudengar dia dikamar mandi mungkin mencuci kaki tangannya.
"Aku hanya duduk dipos nonton tv sambil liat bapak-bapak pada main kartu didepan Gang, kan udah aku bilang dari kemarin-kemarin!"
Ali berjongkok didepanku.
"Tapi kamu tega ninggalin aku, kamu biarin aku bengong sendirian dirumah gak punya teman!"
Aku mulai serak karna ingin menangis.
"Akukan juga butuh hiburan, Cinta, tiap hari rutinitas kita itu-itu aja, monoton, biar rilex gak papa kan harusnya aku kumpul sama bapak-bapak disana,"
Ali ikut duduk menekuk kakinya dilantai.
"Jadi kamu bosen sama aku??"
Aku bertambah sedih.
"Bukan begitu..,"
Ali menyisihkan rambutku ketelinga tapi aku menepisnya seperti biasa jika aku sedang marah padanya.
"Aku tau kamu lagi dapet jadi sedikit sensitif, jangan kasar-kasar aku juga bisa marah...!"
Aku mengangkat wajahku menatapnya.
"Jadi kamu mau marah sama aku?? Oke, marah aja, pukul sekalian nih !"
Aku menarik tangan Ali dan memukulkan kewajahku, dia menarik tangannya sambil menghela nafas dan berdiri berlalu menaiki kasur dan berbaring disana.
"Kalau udah gak sayang lagi bilang aja, tinggal kamu pulangin aku ke Mami dan Papi, bilang kamu gak sanggup lagi jagain aku...!"
Aku akhirnya menangis masih duduk ditempat semula sekarang sedang membelakanginya yang sedang berbaring.
"Kenapa kamu bilang begitu? Kamu ya yang sebenernya udah gak kuat lagi hidup sama aku, yang gak bisa beliin kamu baju bermerk, yang gak bisa kasih kamu makanan yang enak, yang gak bisa beliin kamu gadget terbaru, yang gak bisa ngajakin jalan-jalan dengan mobil mewah yang kamu tinggalkan demi mencintaiku!"
Kulihat dari sudut mataku Ali mengangkat lengan yang tadinya menutup wajahnya.
"Aku gak pernah ya ngerasa seperti yang kamu bilang, selama ini aku selalu ikhlas menerima apapun yang terjadi dalam hidupku bersama kamu, aku kira selama ini kamu ngertiin aku ternyata aku salah...!"
Aku menyeka airmataku.
Aku berdiri dan meninggalkannya keluar kamar menuju keruang tamu.
Aku duduk dilantai yang dingin menyandarkan tubuh dan kepalaku kedinding dan menutup mataku. Aku tau mungkin perasaan Ali sama denganku, sedang merindukan masa-masa yang lalu. Berkumpul dengan keluarga. Melakukan rutinitas seperti anak kuliahan pada umumnya. Bukan menyesal tapi lebih kepada hanya mengenang.
Tidak diakui anak oleh orang tuaku lagi itu adalah resiko paling pahit yang harus aku tanggung ketika aku memilih jalanku untuk mencintanya, hidupku yang tadinya serba mudah kini menjadi serba sulit, mampukah aku bertahan dengan jalan hidup yang semakin sulit karna mencintanya? Aku jawab sekarang aku mampu . Asal ada dia aku mampu. Asal ada Ali aku sanggup.
########
Ali Pov
Berpisah dari keluarga adalah pilihanku ketika kami memutuskan untuk hidup bersama jauh terasing dari keluarga. Tak direstui membuat kami hidup dari nol tanpa memiliki apapun. Sanggupkah dia tetap hidup bersama dengan hanya cinta yang kupunya untuknya?
Aku keluar dari kamar ketika tak kulihat lagi Prilly duduk ditepi kasur dengan memeluk lututnya. Tadinya Aku kira dia hanya kekamar mandi ketika ia keluar dari kamar dengan tangisnya. Aku meyakini dia tak mungkin pergi kemana-mana meninggalkan rumah apalagi hari sudah tengah malam. Tetapi kenapa sudah lebih dari setengah jam dia gak kembali kekamar.
Kulihat dia tertidur dilantai yang dingin dengan tanpa alas seperti bayi yang menekuk. Matanya bengkak karna sedari tadi menangis dan kudiamkan saja. Aku berjongkok didepannya. Kuelus pipinya yang lengket dengan bekas airmata.
"Maafin aku ya, kamu menderita karna mencintaiku, aku juga tau kamu merindukan saat hidup serba ada sepertiku, tapi kamu menegarkan hati karna sudah terlanjur menjatuhkan pilihan, meskipun kita sekarang susah, aku pasti akan lebih susah tanpa kamu..!"
Aku bersuara pelan didepannya yang tertidur. Aku bersiap mengangkat tubuhnya ketika dia menggeliat dan bergumam.
"Mamiii, Ily kangen Mami!!"
Airmata Prilly mengalir membasahi pipinya. Isteriku lagi-lagi mengigau. Itulah yang membuatku kepikiran beberapa hari ini. Aku takut tak bisa membuatnya bahagia bersamaku. Aku takut dia justru menderita karna mencinta-ku.
Ketika aku mengangkat tubuhnya dan meletakkan tangannya dileherku dia bergumam lagi.
"Papi... gendong Ily, Pi!"
Bergumam dengan nada manjanya dia bergerak melinggarkan kakinya dipinggangku, memeluk erat leherku dan merebahkan kepalanya dibahuku seperti anak kecil yang digendong. Aku menahan pantatnya dengan menyatukan tanganku dibawahnya sambil membawanya kekamar. Kesian isteriku sedang rindu pada orang tuanya. Aku yang salah meninggalkannya dirumah sendirian dan kesepian.
Kubaringkan tubuhnya kekasur dan menyelimutinya sebatas pinggang. Aku merebahkan tubuhku disampingnya sambil meletakkan lenganku dibawah kepala menerawang keatas langit-langit kamar. Prilly bergerak menyamping kearahku dan meletakkan tangan diperutku dan kakinya mengait kakiku seperti memeluk guling. Aku menoleh kearahnya dan mencium keningnya.
"Sayang kamu, Cinta!"
Aku mencium bibirnya. Tiba - tiba dia membuka matanya. Sepertinya dia mengumpulkan kesadarannya sejenak lalu melihat kearahku dan tergesa bangun.
Aku menahan bahunya agar tak berdiri.
"Disini aja jangan tinggalin aku!"
Aku mendorong tubuhnya untuk berbaring lagi.
"Kamu aja ninggalin aku pergi sampai tengah malam, ngebiarin aku sendirian kenapa aku disuruh jangan ninggalin!"
"Iya aku minta maaf ya, aku yang salah, maaf ya!"
Aku membawanya kedalam pelukanku sambil merebahkan diri kekasur. Prilly menggeliat seperti ingin melepaskan diri dari pelukanku.
"Aduhhhh!!"
Aku mengaduh dengan wajah sedikit memerah. Lutut Prilly menohok bawah perutku. Dan itu sakit sekali.
"Eh. Kenapa??"
Prilly melihat kearah pegangan tanganku, dan meraba lututnya sambil memiringkan kepalanya menyadari lututnya sudah berulah.
"Maaf...maaf...gak sengaja, sungguh aku gak sengaja!!"
Prilly spontan mengelus milikku yang disakitinya dan itu memperparah keadaanku.
"Tanggung jawab Cinta, kamu ngebangunin yang sedang tidur, padahal kamu lagi dapet, masa aku harus pakai sabun dalam kamar mandi!?"
Aku mengeluh menahan nafasku.
Isteriku menggeser tubuhnya merapat ketubuhku. Meraih wajahku mengarah padanya dan mencium bibirku. Tangannya bergeser dari dada sampai kebawah menuju perutku dan sekitarnya. Aku mengerang saat tangannya mulai menyentuh kulitku dan meraba bagian tertentu tubuhku.
"Bibir bawahku memang gak bisa bertanggung jawab karena sedang berhalangan, Jadi bibir atasku yang akan bertanggung jawab, Cinta!"
###########
Jgn bilang td mngira Adit anak Ali dan Prilly ya... :)
Semoga readers tetep mau menunggu lanjutannya..
Terima Kasih loh untuk vote dan komennya yg sangat menyemangati...
Cup Cinta dari Mami Cinta dan Papi Cinta...:*
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top