8

"Maaas, Mas Adaaam wah tumben bisa ke sini jam segini, apa di galery tidak ramai?" tanya Livia.

Adam tersenyum, mendekati Livia, mencium ujung kepala Livia dan berusaha bersikap wajar meski sebal pada Candra yang tetap duduk di dekat Livia padahal ia sudah menatapnya sejak tadi dengan tatapan tajam.

"Ada yang menggantikan, kan ada anak magang di sana, kenalkan Livia, ini Feyna," ujar Adam dan Livia tersenyum, sempat melirik Candra sekilas yang tiba-tiba bangkit.

"Aku pergi dulu Livi, nanti aku balik lagi ya,"

"Nggak usah balik, sudah ada yang nungguin," sahut Livia dan Candra berdecak sebal.

"Terserah kamu, pokoknya aku tetap ke sini," Candra berlalu tanpa melihat Feyna dan Adam.

Feyna menunduk dengan mata berkaca-kaca.

"Sabarlah kak, maklum bungsu kali ya, meski sudah berprofesi dokter, kadang dia kayak anak-anak, dia sayang kok sama kak Fey, hanya dia ingin kak Fey lebih memperhatikan dia, mungkin dia merasa karir kak Fey lebih bagus hingga dia kayak nggak mau tersaingi, biasalah ego laki-laki kan kadang nggak mau wanitanya lebih dominan," sahut Livia dan Feyna hanya mengangguk.

"Sejak awal dia memang sulit orangnya, hanya dia mau mencoba, tapi masalahnya kan aku kerja di rumah sakit papa dan aku juga melanjutkan ke spesialis anak jadi memang sibuk banget, kadang jadwal kami yang sama-sama sibuk nggak bisa bertemu," ujar Fey mencoba menjelaskan.

"Yah trus kapan ketemunya kalau sama-sama sibuk?" tanya Livia.

"Mungkin lebih baik kamu kurangi jadwal di ruah sakit papamu, atau selama kamu masih ambil spesialis ya mengundurkan diri saja dulu. Jadi fokus ke kuliah kamu, dan mulailah lagi mendekatinya," ujar Adam.

"Iyah benar kak, ayo semangat kak, Livia juga bujuk-bujuk Candra loh agar balikan sama kakak," ujar Livia tersenyum.

"Apalagi kakak kan didukung sama mamanya, yang penting usaha terus deketin Candra lagi," ujar Livia mengusap tangan Feyna yang berada di dekatnya.

"Kok kamu tahu?" tanya Feyna kaget.

"Mamanya ke sini kak, ke aku," sahut Livia.

"Dan Candra tahu jika mamanya ke sini?" tanya Feyna lagi.

"Aku juga nggak nyangka Candra tahu kalau mamanya ke sini, tadi dia ke sini nanyain itu, ternyata Candra tahu ya karena pas mamanya ke luar dari ruangan ini nah si Candra paaaas banget berada di depan pintu kamarku, gitu Candra bilangnya, dia maksa banget mamanya ngomong apa aja ya aku jawab singkat kalau mamanya ingin memastikan semuanya baik-baik saja," sahut Livia dengan tanpa beban.

"Memang mama Candra bilang apa Livi?" tanya Adam curiga.

"Ah nggak papa, biasalah mas kekawatiran orang tua, ingin anaknya hidup dengan pasangan yang sepadan," jawab Livia berusaha tersenyum.

"Pasti dia melecehkan statusmu," ujar Adam lagi.

"Nggak lah, aku tidak merasa begitu karena kenyataannya memang kondisiku seperti itu, wajarlah Candra anak bungsu masa dapetin aku yang kayak gini amit-amitlah," Livia berusaha menyamankan suasana.

"Itu yang selalu dikeluhkan Candra, awal-awal kami jalan dia sempat curhat, jika wanita pilihannya nggak pernah cocok ke mamanya, sebenarnya dia menyenangkan hanya ya itu, dia maunya diperhatikan, maklum bungsu kali ya?" ujar Feyna.

"Ya usaha dong kak, kasi perhatian, kirim apalah gitu yang sederhana tapi bikin dia ingat kakak," Livia menyarankan dan Adam tersenyum.

"Kamu kayak pernah gitu aja, ngasi-ngasi saran kayak pengalaman aja,"

"Lah ternyata ngasi saran itu lebih gampang dari ngelakuin sendiri," Livia akhirnya tertawa pelan.

****

Tiga hari kemudian Livia sudah diperbolehkan pulang, dan sore hari Candra nampak muncul di rumah besar keluarga Ananta.

"Bagaimana perkembangannya Livia?" tanya Candra setelah duduk di ruang tamu.

"Perkembangan apa, kalau lukaku alhamdulillah semakin baik, hanya ya aku harus menggunakan baju atau kaos lengan panjang ngeri rasanya lihat bekas lukanya," ujar Livia menatap luka di lengannya yang memanjang.

"Kamu sendiri gimana?" tanya Candra lagi.

"Sehat, ada orang-orang yang mencintaiku, memberiku semangat dan kekuatan untuk melanjutkan hidup, dan yang pasti setelah menikah, aku tidak akan di sini lagi Ndra," ujar Livia dan mata Candra menatap Livia dengan tatapan kaget.

"Kau mau ke mana, pindah ke mana?" tanya Candra beruntun.

"Jauh dari sini, aku tidak ingin terluka seperti ini lagi Ndra, aku masih ingin membesarkan Biru, melihatnya hidup normal meski jantungnya bermasalah," sahut Livia.

"Dan kau akan meninggalkanku?" Candra menatap Livia dengan wajah sedih.

"Ndra cobalah mencintai kak Fey dengan benar, ia tulus mencintaimu, kalian pasangan yang serasi, cantik dan tampan, kedudukan sama apalagi yang kamu cari?" tanya Livia.

Candra menunduk dan memejamkan matanya lalu mendongak lagi menatap Livia.

"Kalaupun aku tidak mendapatkanmu, bukan berarti aku harus kembali padanya, aku akan menunjukkan pada mama bahwa aku tidak seperti kedua kakakku yang menikah dengan pilihan mama tanpa cinta, lalu mereka masih mencari cinta yang lain, itu rumah tangga sakit namanya, terima kasih kau sudah membuat aku mencintaimu Livi, meski kita tidak ditakdirkan bersama setidaknya aku merasakan hal indah saat melihatmu dan berada di sisimu seperti ini," ujar Candra pelan.

Livia tersenyum, ada rasa iba melihat wajah sedih Candra.

"Semoga kau segera menemukan cintamu Ndra, terima kasih juga sudah merawatku, kita akan tetap berteman," ujar Livia.

***

Sampai beberapa waktu berlalu ...

Candra sedang berada di kamarnya, menatap beberapa foto di galeri ponsel miliknya, Livia yang sedang asik bercanda dengan Biru, ada denyut nyeri di hatinya saat mengingat besok Livia akan menikah.

Tidak apa-apa Livia, aku akan baik-baik saja, setidaknya, aku pernah mencintai wanita setulus ini, hanya ungkapan klise bahwa cinta tak harus memiliki itu bodoh, bagiku ini kekalahan karena cinta harusnya saling memiliki ...

Candra memejamkan mata, mengembuskan napasnya dengan berat dan kaget saat mendengar nada dering tiba-tiba berbunyi dari ponsel yang masih ia pegang. Nama mamanya ada di sana. Candra bergerak malas menempelkan ponsel ke telinganya.

Ya ma

Kami semu ada di Singapura Ndra, mama nggak mau tahu besok jam 8 kamu harus ke kediaman keluarga Feyna di Singapura, ada acara keluarganya Feyna, lagian kan mama ulang tahun masa kamu nggak datang, kakak-kakakmu dengan keluarganya sudah sampai di sini duluan, nggak ada penolakan, besok jam segitu kamu harus sudah sampai, ke apartemen keluarga kita dulu aja nanti bareng Reno dan Disty sekalian, ngerti ... Ingat jamnya

Iya Ma

Kembali Candra mengembuskan napas. Ia hanya merasa aneh saja, mengapa semua harus datang. Tumben juga kakak-kakaknya datang sama keluarganya.

Candra bergerak malas, mengambil beberapa baju, t-shirt, jaket dan celana jins, sekali pun menurut mamanya ini acara keluarga, ia yakin mamanya ingin dirinya tampil formal, biarlah sekali ini saja ia menuruti kata hatinya, akan tampil seadanya. Malam ini juga Candra memutuskan akan berangkat ke Singapura.

***

Keesokan harinya Candra melihat saudara ipar, keponakan, kakak-kakaknya berbaju formal dan rapi, mama dan papanya yang berada di unit berbeda telah berangkat sejak pagi.

"Acara apa sih?" tanya Candra.

"Mana kita tahu, kehendak mama kan suka mendadak dan kita ya harus nurut, ayo lah berangkat."

***

Candra, kedua kakaknya memasuki sebuah rumah mewah. Mereka melangkah bersama hingga ada yang mengantar mereka masuk ke sebuah ruangan. Semua tertata apik, yang hadir meski hanya sedikit tapi semua terlihat canggung seolah menanti sebuah peristiwa penting.

Saat Candra muncul, hanya dirinya yang terlihat mencolok dengan jaket dan celana jins, dia berada di belakang kakak-kakaknya. Mata mamanya menatap tajam padanya, seperti marah karena pakaian yang dia kenakan tak sesuai harapan mamanya. Tiba-tiba mamanya bangkit, menarik lengan Candra, mendudukkannya di sebuah kursi yang berada di tengah berjajar dengan enam kursi dan meja memanjang.

"Mari Pak acara kita mulai, ini mempelai pria telah hadir, tidak apa-apa secara agama dulu, biar sah, nanti administrasi yang lain akan segera diurus."

Lalu Candra melihat Feyna dengan riasan dan  kebaya cantik muncul dituntun oleh mamanya. Terjawab sudah semua tanda tanya di pikirannya. Selesai sudah hidupnya.

***

9 Juli 2020 (06.59)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top