1
"Ada apa mama manggil aku?" tanya Candra tiba-tiba masuk ke ruangan mamanya, ia melihat wanita yang berambut hitam legam sepunggung, kulit bak pualam namun entah mengapa ia tak tertarik karena mata wanita itu sejak awal telah menelanjanginya, menatapnya dari atas ke bawah, dan Candra sangat tidak suka wanita yang selalu memandang lapar pada laki-laki.
"Duduk Sayang, nah gitu dong duduk, ini mama kenalin sama anak sahabat mama,"
Feyna menjulurkan tangannya dan Candra menerima dengan ragu.
"Feyna,"
"Candra,"
"Terus terang saja mama ya Sayang usia kamu itu sudah cukup untuk serius dengan wanita, jadi mama kenalin kamu sama calon yang cocok, Feyna Asterina Sugondo, ingat Sayang? Bapak Sugondo, yang punya rumah sakit dan beberapa klinik?"
Candra hanya mengangguk, siapa yang tak tahu keluarga itu. Keluarga dengan aset yang bertebaran di mana-mana.
***
"Kamu nggak ambil spesialis?" tanya Feyna, dia duduk di samping Candra, menatap dengan kagum wajah tampan nan bersih di depannya, hidung yang mancung serta bibir yang kemerahan, bahkan Feyna yakin seandainya ia tak menggunakan lipstik maka akan tampak lebih segar bibir Candra. Candra yang merasa risih sejak awal bertemu berusaha seolah sibuk dengan minumannya. Mamanya menyarankan mereka ke cafe dan Candra merasa tersiksa sejak awal ia duduk.
"Ah nggak, aku nggak ada waktu, terlalu sibuk di klinik keluargaku, emmm ada apa di wajahku? Mengapa dari tadi kamu memandanginya?" tanya Candra memecah kekakuan.
Dan Feyna tersenyum malu.
"Nggak papa, kamu cakep banget, masa sih nggak punya pacar?" tanya Feyna penasaran.
Candra menghela napas, ia agak jengah dengan ucapan Feyna yang terlalu jujur.
"Pernah punya pacar beberapa kali, tapi aku berpikir ada hal yang lebih penting dari pacaran, dan juga alasan tidak cocok sih," ujar Candra.
"Gimana, mau nggak kamu nyoba jalan sama aku, kali aja cocok?" pinta Feyna. Dan Candra merasa tak enak untuk langsung menolak.
"Kita coba sebulan, dan jika tidak cocok, aku akan mundur, ok kita pulang," ajak Candra.
"Yah kok pulang sih baru juga sejam lewat," rengek Feyna dan Candra tetap bangkit.
"Maaf, aku banyak kerjaan di klinik," ujar Candra dan Feyna terpaksa mengekor di belakang Candra dengan wajah kecewa.
***
"Ma, nggak ada wanita lain apa yang lebih baik dari dia?" tanya Candra tiba-tiba menerobos masuk ke ruang kerja mamanya. Berdiri di depan meja kerja mamanya yang terlihat asik di depan komputernya.
Palupi, mama Candra menatap dengan tatapan marah.
"Dengar, kau harusnya berterima kasih sama mama Ndra, dia anak orang kaya, hidupmu terjamin sampai tua, dia tergila-gila padamu sejak lama, hanya baru ini kesempatan kalian aku pertemukan, kau mau bilang mencari wanita yang bisa kau cintai? Omong kosong, kau lihat mama? Kurang besar gimana cinta mama pada papamu? Apa dia membalas? Tidak kan? Dia malah lebih sering tidur di rumah wanitanya, bahkan malam pertama pun dia bersama wanitanya, belajarlah dari rumah tangga mama Nak, cinta tak ada artinya lagi saat kebohongan menjadi nomor satu, jalani hidup pakai logika Nak, pergilah, pikirkan kata-kata mama, cobalah satu dua bulan," ujar Palupi dan Candra ke luar dari ruangan mamanya yang ia tutup dengan bunyi memekakkan telinga.
***
Keesokan harinya Candra bertemu dengan kakak-kakaknya di klinik, tanpa sengaja mereka bertemu di ruang kerja Reno, kakak pertamanya.
"Sudah bertemu dengan calonmu kemarin Ndra?" tanya Reno, ia mulai terlihat hendak bersiap menuju polianak.
"Sudah?" sahut Candra singkat.
"Kayaknya tu cewek model cewek nyosor Ndra, sikat aja, ntar juga setelah nikah kamu kayak kami Ndra, ada yang lain pastinya, kehendak mama akan sulit kamu tolak, mama pengen semua anaknya nikah dengan orang yang seprofesi dengan kita, iya nggak kak?" tanya Disty, kakak nomor dua Candra, yang menatap Reno dan Reno mengiyakan.
"Iyakan saja kemauan mama Ndra, kamu akan lelah berseteru dengan mama, kami awalnya juga gitu, kami dipaksa menikah dengan wanita yang tak kami cintai, ya sudah kami jalani dan kami tetap bisa menikah dengan wanita lain yang sangat kami cintai, dan mama tahu bahwa kami menjalani hidup seperti itu dan beliau diam saja," ujar Reno.
Candra diam saja, lalu menoleh saat Hendra, kakaknya yang paling santai menepuk bahunya.
"Jalani dan yakinkan bahwa ini sudah jalan kita, entahlah apakah ini semacam kutukan atau apa, karena orang tua kita juga menjalani hidup seperti ini," ujar Reno dan Candra menggeleng.
"Aku nggak mau kak, aku nggak mau hidup semu seperti kalian, kalian terlihat bahagia kan dengan istri masing-masing? Tapi yang terjadi malah kalian saling menyakiti, apa kalian tidak berpikir perasaan anak-anak kalian?" tanya Candra dengan wajah marah.
Reno dan Disty saling pandang dan menghela napas.
"Awalnya kami berpikir sepertimu Ndra, tapi lama-kelamaan seiring waktu berjalan, semuanya telah saling menghancurkan dan kami santai menjalaninya, tentang anak? Aku yakin mereka akan tahu dan mengerti setelah dewasa nanti," ujar Disty lagi.
Candra berdiri dan beranjak ke luar lalu menoleh menatap kedua kakaknya.
"Yah dan mereka, anak-anak kalian akan sakit seperti kita, jiwanya sakit dan lelah, untung saja tidak gila,"
Candra melangkah cepat menuju IGD. Ia tak mengerti mengapa kedua kakaknya seolah santai menjalani hidup yang rumit dan menjengkelkan.
***
Candra baru saja selesai sholat duhur ia masuk ke ruang kerjanya dan melihat ada Feyna yang telah menunggunya dengan senyum manis dan goodybag di meja kerjanya.
"Kita makan ya Ndra, aku bawa makan siang untuk kita," ujarnya dengan suara merdu dan manja.
"Apakah kamu selalu seperti ini pada laki-laki yang kau suka? Seolah mengejar dan terlihat, maaf, sangat murah?" tanya Candra, Feyna menatap Candra sesungguhnya ia tersinggung tapi ia mencoba menjelaskan.
"Aku hanya berusaha memberi perhatian, karena kau mengatakan akan mencoba satu bulan, aku pernah berpacaran dan mereka mengatakan aku terlalu cuek, sibuk dan tak ada perhatian sedikit pun pada mereka, aku merasa kita akan cocok Ndra makanya aku mencoba memberi perhatian padamu," ujar Feyna.
"Tapi bukan dengan cara merendahkan dirimu, kamu cantik, aku yakin banyak yang menginginkanmu, kamu bisa memilih salah satu dari mereka dengan cara yang benar dan santun," ujar Candra.
Feyna diam saja, ia membuka goodybag dan mengeluarkan dua boks makan siang, ia buka untuk Candra, memberikan sendok garpu dan membuka segel air mineral.
"Aku menyukaimu sejak lama Ndra, yang jelas aku suka karena kamu tampan, tiap acara di keluarga aku kan kamu beserta keluarga besarmu datang, hanya aku kecewa karena kamu tak pernah lama, hanya setor muka dan pulang, aku minta pada mama agar mengenalkan aku padamu lewat Tante Palupi, baru kemarin itu ada kesempatan,"
Feyna mulai menyuapkan makanan ke mulutnya, ia melihat Candra pun mulai menikmati makanannya.
"Aku kayaknya sulit jatuh cinta padamu Fey, caramu masuk ke dalam hidupku membuat aku tak nyaman, boleh kan misalnya aku merasa tidak cocok, kita sudahi hubungan ini?"
Pernyataan dan pertanyaan Candra membuat Feyna merasa terempas ia hanya bisa menghela napas, tapi dalam hatinya berjanji, ia akan menempuh cara apa pun agar keinginannya terwujud.
***
19 Maret 2020 (09.44)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top