Part 27
Dipublikasikan pada: Selasa, 14 Juli 2020
BEAUTIFUL GHOST
Now playing | First Love - Sondia
***
Antares menatap gantungan patung aurora di tangannya. Ini sudah seminggu semenjak Aluna menghilang. Tak ada tanda-tanda gadis itu akan muncul lagi. Antares sudah mencari ke segala tempat yang pernah Aluna kunjungi. Perpustakaan, taman belakang, ruang tari, sampai ia mencari di semua sudut Mahatma, namun tak membuahkan hasil.
Dia menghela napas. Hari ini juga sudah lebih dari satu bulan dari waktu yang mereka janjikan untuk mengembalikan ingatan Aluna. Mungkinkah Aluna memang sudah mendapatkan ingatannya kembali dan pergi dari dunia ini untuk selamanya?
Lalu, bagaimana dengan dirinya?
Kalau Aluna sudah menghilang dari dunia ini, harusnya Antares merasa lega. Harusnya Antares merasa senang karena Aluna tak lagi mengganggunya. Bukankah ia menginginkan hal itu dari dulu?
Tapi, kenapa justru Antares merasa sebaliknya?
Bukannya senang, ia justru merasa kehilangan. Tak ada lagi yang mengomentari sikapnya, tak ada lagi yang mengikutinya setiap saat, tak ada lagi yang mengganggu waktu belajarnya, tapi Antares justru merasa hampa.
"Dia belum kembali?" Pria itu menoleh pada sosok gadis kecil di sampingnya, Mawar. Dia menggeleng. "Mungkin saja Aluna sudah kembali ke dunianya. Kau tidak perlu khawatir, aku yakin dia baik-baik saja."
"Gue gak khawatir," gumam Antares memalingkan wajah.
Mawar berdecak. Ia mengibaskan tangannya. "Iya iya, terserah kamu aja. Dasar manusia gengsian," ujarnya.
Antares tak menggubris ucapan hantu itu. Ia memilih untuk menyimpan gantungan patung aurora ke dalam ranselnya. Antares beranjak berdiri, menyampirkan ranselnya ke bahu dan melangkah keluar dari kelasnya yang sepi.
Bel pulang sekolah belum berbunyi, namun hari ini guru mengadakan rapat hingga banyak siswa yang memilih untuk langsung pulang ke rumah. Beberapa dari mereka memutuskan tetap di sekolah, entah itu untuk sekedar ngobrol dan menghilangkan kegabutan atau berkumpul bersama teman satu klub.
Antares baru saja melangkahkan kaki keluar, namun Jeno sudah datang ke hadapannya dengan napas tersengal. Tumben sekali Jeno belum pulang. Biasanya jika dipulangkan lebih awal, dia akan langsung ngacir ke rumah. Kalau tidak pulang, berarti Jeno masih ada urusan dengan gebetannya.
"An!" Jeno menunduk, masih menetralkan napas. Sepertinya dia berlarian hanya untuk menemui Antares. Memangnya Jeno darimana? Kelas XI IPA 4 bersebelahan dengan kelas Antares. Jeno menatap Antares. "Lo harus cek papan mading sekarang!"
"Kenapa?"
"Udah, gak usah banyak tanya! Buruan lo ke sana!" Jeno menarik-narik lengan sahabatnya. Antares masih bergeming kebingungan, membuat Jeno menghela napas lelah. "Gue tahu siapa hantu yang gue lihat waktu itu di mobil lo."
Antares mengerutkan keningnya. "Maksudnya?" Ia belum memahami ucapan Jeno. "Aluna?"
Jeno mengangguk cepat. "Cepat lo lihat dulu, deh!"
Antares mengikuti langkah kaki Jeno yang terbilang tergesa-gesa. Ia berhenti di depan papan mading dekat ruang UKS. Matanya membulat melihat wajah Aluna berada di sana. "Ini apa?"
"Untung aja mading di sini gak terlalu ramai," gumam Jeno menghembuskan napas lega. Dia menunjuk papan mading tersebut. "Dia hantu itu, kan?"
Antares terdiam. Hatinya berdesir membaca artikel yang kini menjadi trending topic di sekolahnya.
TRENDING TOPIC!
/pict/
Karenina Sandra, mantan siswi kelas XI IPA 5 diduga menjadi orang ketiga dibalik hubungan Adam Mahesta dan Aluna Putri. Fakta mengejutkannya, Adam dan Aluna sudah bertunangan! Namun Aluna dikabarkan menghilang setelah tahu hubungan gelap antara tunangan dan sahabatnya itu. Sejak kejadian tersebut, Sandra tidak juga menunjukkan dirinya di sekolah hingga pihak sekolah memutuskan untuk mengeluarkannya.
Sebenarnya, apa yang terjadi di antara mereka?
#jurnalmahatma
Antares masih terdiam setelah membacanya. Jadi, dugaan Aluna selama ini benar? Bahwa Adam memiliki masa lalu bersama Aluna ketika gadis itu masih hidup. Terlebih lagi, mereka sudah bertunangan.
Tapi, mengapa Sandra terlibat?
Antares mengenal Sandra. Selain teman satu kelas, Sandra adalah teman sebangkunya. Ya, bangku kosong yang selalu Aluna tempati adalah milik Sandra.
Setahu Antares, Sandra adalah gadis berprestasi yang ramah dan bersahabat. Wajahnya cantik, dengan tubuh tinggi yang menjadikannya sebagai kapten tim cheerleader di Mahatma. Antares tak pernah tahu jika Sandra mengenal Aluna dan Adam.
"Kenapa berita ini muncul?" tanya Antares pada Jeno.
"Yang memublikasikannya adalah Salsa, dia adalah sahabat dari sepupunya Adam. Ya, gitu deh, pokoknya. Salsa baru tahu kalau Adam dijodohkan dengan Aluna, mereka bertunangan. Terus muncul skandal ini, dia lapor ke ketua jurnalistik dan mereka mutusin untuk membuat berita ini sebagai trending topic di Mahatma." Jeno menghela napas. Dia berbisik pada Antares, "Aluna katanya udah meninggal karena Sandra. Dia gak menghilang, tapi keluarga mereka menyembunyikan hal ini."
"Meninggal karena Sandra?"
Jeno mengangguk. "Gue gak tahu penyebabnya apa. Yang jelas, ini ada hubungannya dengan Adam."
Antares mengepalkan tangannya. "Dimana Adam?"
"Mana gue tahu."
Antares menatap Jeno tajam. Sekarang bukan saatnya untuk bercanda, dia ingin memastikan sesuatu. "Dimana Jenny?"
"Jenny? Dia ada latihan cheerleader di outdoor. Ngapain lo nyari---Woi, gue belum selesai ngomong!" teriak Jeno ketika melihat Antares langsung pergi dari hadapannya. Jeno menghela napas, melihat berita trending di papan mading itu. "Mata Antares benar-benar rabun. Aluna cantik banget gini dibilang biasa aja. Andai nih cewek beneran manusia, bukan hantu."
***
Antares terus berlari menyusuri koridor, membuat beberapa siswa yang masih berada di sekolah menatapnya aneh. Pria itu menuju lapangan outdoor SMA Mahatma, mencari-cari keberadaan sosok gadis tinggi yang kini sedang beristirahat di tepi lapangan bersama teman-temannya.
Buru-buru Antares menghampiri Jenny. Mereka yang melihat pemandangan langka ini sontak menatapnya aneh, mengira-ngira ada something di antara Antares dan Jenny.
"Jen, gue mau ngomong."
Jenny menoleh, terkejut melihat kedatangan Antares. "Loh, An. Kamu kok di sini?"
Beberapa teman Jenny saling senggol mendengar Jenny menggunakan logat aku-kamu dengan Antares. Mereka makin yakin bahwa kedua manusia itu memiliki hubungan khusus. Padahal nyatanya, Antares dan Jenny tak lebih dari sekadar sahabat. Memang begitu tabiat orang, berasumsi yang tidak jelas sampai nantinya bisa menimbulkan gosip.
Antares menatap Jenny datar. "Dimana Adam?"
Raut wajah Jenny berubah. Ia menarik tangan Antares dan membawanya menjauh dari teman-teman satu ekskul-nya.
"Kenapa kamu nanyain Adam?" tanya Jenny setelah ia merasa tidak akan ada orang yang mendengar percakapan keduanya.
"Jawab aja pertanyaan gue. Dimana dia sekarang?"
Jenny menatap Antares ragu. "Kamu udah baca berita di papan mading, ya? Apa kamu nyariin Adam karena di sana ada foto Sandra juga? Setahu aku, kamu dan Sandra lumayan dekat."
Antares memejamkan mata, mencoba menenangkan diri karena Jenny tak juga menjawab pertanyaannya. "Ini gak ada hubungannya dengan Sandra. Lo cuma perlu jawab pertanyaan gue, Jen. Dimana Adam? Terakhir kali gue tahu kalau lo sama Adam itu dekat."
"Aku gak sedekat itu sama Adam." Jenny tersenyum miris. "Aku gak tahu dia ada dimana," lirihnya.
"Maksud lo?" Alis Antares bertautan tak mengerti.
"Kamu lupa? Adam udah menghilang sejak satu minggu yang lalu. Katanya, sih, dia izin. Tapi, gak ada yang tahu dia izin untuk apa." Jenny menatap Antares. "Lagian ngapain kamu cari dia kalau bukan karena foto Sandra ada di mading?"
"Gue ada urusan penting sama dia." Antares terlihat gusar. Jenny jadi penasaran, hal penting apa yang membuat Antares mencari keberadaan Adam. Ia sendiri benar-benar tak tahu dimana Adam. Sejak seminggu yang lalu, Adam tidak masuk sekolah. Guru-guru mengatakan bahwa pria itu sudah izin, entah akan berangkat kapan. Bahkan Jenny tak tahu Adam izin untuk apa. Menghilangnya Adam membuat gosip semakin berkembang di sini, apalagi setelah trending topic yang muncul tadi pagi.
"Adam pasti balik lagi, kok. Dia gak akan lama," ujar Jenny.
Antares bergeming. "Lo tahu sesuatu tentang Adam?" Ia menatap Jenny curiga. "Lo tahu apa yang terjadi di antara Adam, Aluna, dan Sandra?"
Jenny menunduk. Ia tak tahu apakah harus mengatakan kebenarannya pada Antares atau tidak. Lagian, ia sendiri tidak tahu mengapa Antares tertarik dengan masalah yang terjadi di antara ketiga manusia itu.
"Aku tahu karena Adam pernah cerita," jujurnya. Antares sudah menduga hal tersebut, mengingat kedekatan Jenny dan Adam yang memang sudah terlihat jelas. Jenny berdehem sebelum akhirnya mengatakan, "Tapi aku bukan orang yang suka ingkar janji, An. Aku udah janji sama Adam gak akan bocorin rahasia itu ke siapapun juga. Bahkan kamu sendiri bukan pengecualian."
***
"Antares."
Langkah kakinya terhenti ketika ia merasa dipanggil. Pria itu membalikkan badan, menatap seorang gadis yang berdiri di depan pintu kelas XI IPA 4. Antares terdiam, menunggu gadis di hadapannya berbicara lebih dulu.
"Lo mau ke rumah Adam?" tanya Dita. Melihat ekspresi Antares membuat Dita tahu bahwa jawabannya benar. "Apa karena berita tentang hantu itu? Siapa namanya? Ah, ya, Aluna."
Antares menatapnya datar. "Apa mau lo?"
Mendengar pertanyaan Antares, Dita tersenyum tipis. "Gue gak mau apa-apa dari lo, An. Gue cuman mau bilang, Aluna itu hantu dan lo manusia. Udah, itu aja."
Meski sesingkat itu, Antares tahu bahwa Dita tengah menegaskan fakta yang ada, bahwa dirinya dan Aluna berbeda. Sangat berbeda. Dari kalimat Dita, Antares sadar sepenuhnya bahwa ia dan Aluna tak akan pernah bisa bersama. Lagian, mengapa dirinya berharap kebersamaan itu bisa tercapai?
"Apa lo bilang kalimat serupa ke Aluna di taman?" Tiba-tiba Antares teringat akan kejadian seminggu yang lalu. Dimana Aluna menghilang tanpa sebab, meninggalkan sebuah gantungan kunci berupa patung aurora. Apalagi Dita memiliki kelebihan yang sama dengan dirinya, indigo.
"Gue cuman lewat dan ngobrol sama dia. Ehm, sedikit serupa, sih, sama kalimat gue yang tadi. Kenapa? Apa dia menghilang karena takut?" Mungkin Dita benar. Aluna benar-benar menghilang ketika sadar bahwa dirinya dan Antares sangatlah berbeda.
Kenapa Antares bisa sekacau ini jika membicarakan Aluna?
***
To be continued....
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top