Part 11

Publish on: Minggu, 5 April 2020 [21.15]

BEAUTIFUL GHOST

.

"Terkadang aku berpikir, mengapa aku bertemu denganmu? Tapi pikiran itu kini hilang, tergantikan oleh pertanyaan lain yang tak kutemukan jawabannya. Apa yang akan ku lakukan setelah kamu pergi?"

***

Dari sore tadi Antares mengikuti Adam sampai ke rumahnya, tentu saja setelah dia dipaksa sedemikian rupa oleh Aluna yang keukeuh dengan dugaannya bahwa Adam adalah salah satu orang yang mengenalnya semasa dia hidup di dunia.

"Kita udah mirip banget sama penguntit sungguhan," ujar Antares datar sembari membenarkan topi hitamnya yang agak menceng. Ia menghembuskan nafasnya kesal lalu kembali menatap sebuah rumah megah dari balik mobil, entah mobil milik siapa.

Sementara Aluna berdiri di sampingnya dengan santai, ia terkekeh, "Lo aja kali, kan gue gak ikut-ikutan sembunyi kek gitu." Antares hanya memutar bola matanya malas.

"Res." Pria itu membalas panggilan Aluna dengan deheman, ia tidak mengalihkan pandangannya.

"Lo gak bosan liat gue pakai dress putih kayak gini tiap hari?" Aluna memiringkan wajahnya untuk melihat ekspresi Antares.

"Memang apa masalahnya?"

Hantu itu mengulum bibirnya ke dalam, "Gue pengin pake baju baru, bukan dress kayak gini," ujarnya lirih, setengah bergumam.

"Trus? Apa hubungannya sama gue?"

Aluna berdecak. Ia lupa bahwa Antares adalah manusia yang tingkat kepekaannya di bawah standar. Pria itu tidak mungkin mengerti dengan kode yang ia berikan. Dan Aluna tidak akan mau mengatakan dengan gamblang bahwa ia menginginkan Antares membawakannya beberapa baju untuk ia pakai selama berkeliaran sebagai hantu di dunia ini. Tidak masalah jika itu baju bekas, yang penting masih bagus dan layak untuk dipakai. Aluna benar-benar sudah risih memakai dress ini setiap hari.

"Udahlah. Lupakan," ujar Aluna setengah ketus. Ia mengalihkan pandangannya dengan kesal. Antares mengangkat bahunya acuh, melirik sekilas pada jam tangannya.

Pukul 19.00. Sudah dua setengah jam dia menunggu di sini, namun tak ada tanda-tanda bahwa Adam akan keluar rumah. Ia menoleh pada Aluna, "Udah hampir malem."

"Yang bilang pagi siapa?" Aluna berusaha untuk tidak terlihat sedang kesal, namun tak berhasil.

Baru saja Antares berniat membalasnya, sosok Adam terlihat keluar dari dalam rumah dengan memakai jas. Ia terlihat berbicara dengan seseorang di ponselnya. Antares memerhatikan pria itu dengan cermat. Kemana Adam akan pergi dengan pakaian rapi seperti itu?

Tak lama kemudian Adam memasuki sebuah mobil merah. Antares segera menarik tangan Aluna dan bergegas menuju motor ninja yang terparkir rapi di bawah pohon. Itu Udin, Antares meminjamnya dari Jeno. Tentu saja setelah berdebat panjang. Jeno tidak pernah mengizinkan siapapun menaiki kendaraan kesayangannya itu, kecuali Salsa. Namun karena ia sedang dalam masa bersuka cita karena Salsa mentraktirnya besok di kantin, akhirnya dengan setengah berat hati Jeno mengizinkan Antares meminjam Udin. Dengan syarat Udin bisa kembali ke garasi rumahnya tanpa lecet sedikitpun.

Pria berwajah datar itu mengenakan helm full face-nya lalu segera menaiki motor, diikuti oleh Aluna yang nangkring anteng di belakangnya. Antares membayangkan bagaimana reaksi Jeno apabila sahabatnya itu tahu kalau Udin kesayangannya ini dinaiki oleh seorang hantu. Di balik helm yang menutupi wajahnya, Antares terkekeh pelan.

Terlihat mobil Adam mulai melaju keluar dari gerbang. Antares bersiap menjalankan motor setelah mobil Adam sampai di pertigaan di depan sana. Ia harus menciptakan jarak se-efisien mungkin agar Adam tidak menyadari bahwa dia sedang diikuti.

Setelah dirasa waktunya tepat, Antares menarik gas motor. Tatapannya fokus ke depan, ia tak mau kehilangan targetnya. Sementara Aluna kini duduk di boncengan dengan raut setengah kebingungan.

Gue pegangan dimana?

***

"Ini dimana?" Aluna turun dari motor seraya merapikan tatanan rambutnya yang berantakan. Oh, mungkin nanti Aluna akan mencoba untuk mengikat rambutnya saja.

"Gedung sewa. Tempat ini biasanya disewa oleh banyak orang untuk mengadakan pesta atau kepentingan lain. Mungkin Adam ke sini untuk menghadiri pesta." Antares mengeluarkan opininya. Pria itu masih duduk di atas motor dengan menatap sebuah gedung besar yang terlihat ramai oleh pemuda pemudi. Mereka terlihat berkelas dengan memakai gaun dan jas.

"Tunggu apa lagi? Gue akan yakin sama pendapat lo kalau kita masuk ke dalam sana." Aluna menunjuk tempat itu.

Antares mendengus, "Lo aja kali. Gue gak akan bisa masuk. Yang ada mereka bingung liat gue kayak orang nyasar."

Ah ya, Aluna lupa bahwa Antares hanya memakai jaket hitam. Lalu, bagaimana mereka bisa masuk? Aluna bisa saja masuk dengan santai ke dalam, tapi tidak dengan Antares.

"Lo masuk aja. Gue tunggu di sini." Antares menyuarakan usulnya. Aluna menimbang hal tersebut sebentar, lalu akhirnya ia mengangguk setuju.

"Okelah. Lo tunggu di sini aja ya, awas loh kalau kabur!" ancamnya. Sementara Antares memutar bola matanya, ia mendorong pundak Aluna pelan.

"Ya udah sana lo masuk," usirnya halus.

Aluna menghiraukan Antares. Ia kemudian melangkah menjauh dari Antares dan menuju gedung pesta itu. Sepertinya ini bukan pesta biasa. Terlihat dari para remaja yang seumuran dengannya mengenakan pakaian formal yang terkesan elegan dan glamour. Ah, mungkin saja Adam menghadiri pesta bersama teman-temannya untuk bisnis. Bukankah Adam adalah seorang model terkenal?

Persis setelah Aluna memasuki gedung tersebut, ia disambut oleh banyaknya orang berlalu lalang sembari menikmati hidangan mereka. Tidak sedikit orang yang sudah menembus tubuh Aluna, namun hantu itu hanya acuh. Aluna kembali berjalan untuk menemukan sosok Adam.

Tidak sulit untuk menemukan pria tampan itu. Adam memiliki tubuh tinggi dan rambut aslinya berwarna pirang. Dia terlihat sedang bersenda gurau bersama rekannya. Ada lima orang di sana, Adam salah satunya. Mereka terlihat akrab, entah kenapa Aluna merasa tidak asing dengan wajah-wajah itu. Ia melangkah mendekat. Dua orang gadis dengan dress sama-sama berwarna hitam berdiri di depan Adam. Keduanya nampak cantik di mata Aluna. Lalu ada dua pria lain yang berdiri di samping Adam. Yang satu mengenakan jas putih, sedangkan satunya dengan jas biru.

"Gue gak nyangka lo mau datang ke sini setelah kejadian seminggu yang lalu." Ucapan seorang pria ber-jas putih sepertinya membuat raut ekspresi Adam berubah, terbukti dari tawa pria itu yang lenyap begitu saja. Beberapa diantara mereka berdehem pelan, Aluna jadi penasaran dengan pembicaraan remaja-remaja sukses tersebut.

"Setidaknya gue tidak harus ngurung diri lagi kan? Setelah gue pikir-pikir, gak ada gunanya juga." Adam tampak menetralkan ekspresi lantas tersenyum palsu.

Pria dengan jas biru merangkul Adam lalu menepuk-nepuk bahunya, "Lo bener, Bro. Biarkan aja semuanya mengalir, lo gak bisa merubah apapun."

"Wah, tumben lo bijak gini, Sam." Seorang gadis di depan pria bernama Sam itu terkekeh. Sam menepuk-nepuk dadanya bangga.

"Lalu, gimana keadaan tunangan lo, Dam?" Satu gadis lainnya bertanya dengan nada ragu pada Adam. Hening, lalu Adam tersenyum samar.

"Dia masih di rumah sakit."

Kenyataan itu membuat Aluna terkejut. Jadi, Adam memiliki tunangan? Hantu itu memberengut, merasa sedikit tidak rela mendapati pria setampan Adam sudah bertunangan. Dugaannya bahwa dulu ia dan Adam adalah sepasang kekasih kini lenyap, tergantikan oleh prasangka buruk bahwa dulu ia sangat menyukai Adam namun dengan teganya Adam menolak perasannya karena pria itu sudah bertunangan. Apalagi tunangan Adam lebih cantik dan seksi darinya.

Oke, abaikan pikiran ngawur Aluna.

Pembicaraan kelima orang itu terhenti ketika seorang pemuda menaiki panggung utama dengan senyum lebar. Sepertinya orang itu adalah tuan rumah di sini, orang yang menyewa gedung pesta ini.

"Saya ucapkan terima kasih pada kalian semua yang menyempatkan hadir di acara ini untuk merayakan---"

Aluna memegangi kepalanya yang tiba-tiba terasa pusing, pandangannya memburam. Bahkan perkataan sang tuan rumah sudah tak lagi dia perhatikan. Telinganya kini berdengung keras.Hingga akhirnya gadis itu seperti melihat potongan memori di dalam ingatannya.

Sebuah pesta?

Semuanya terasa buram, hanya ada warna hitam putih. Sekilas terlihat hadir dalam tempo yang cepat. Aluna memejamkan matanya sembari meringis. Ia yakin bahwa itu adalah sebuah pesta.

Ada banyak orang.

Tepuk tangan terdengar meriah setelah seorang pria berumur memeluk seorang gadis bergaun putih.

Nampak banyak orang mengucapkan kata selamat.

Aluna tidak bisa melihat secara jelas siapa orang-orang yang berada di dalam ingatannya itu.

Lalu sebuah pesta dansa?

Dua orang gadis?

Aluna tidak yakin, semuanya semakin membingungkan.

Dan ... air mata?

Kekecewaan?

Lalu terhenti. Ingatan itu terhenti, Aluna mengatur nafasnya yang memburu. Sekejap rasa bersalah mampir di benaknya, entah untuk siapa dan apa alasannya. Aluna mengerjabkan matanya, ia bahkan merasakan pelupuknya penuh dengan air mata yang siap turun. Tapi sungguh, Aluna tidak mengerti semua ini. Kenapa dia merasa bersalah dan ingin menangis setelah mendapati sekilas ingatan yang tidak jelas itu?!

Ingatan macam apa itu? Dan ... siapa mereka?

***

To be continued ....

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top