13 - risih


Saat ini, keluarga besar Boboiboy sedang mengadakan acara makan malam bersama. Tentu Halilintar dan [Name] hadir dong.

Solar dan istrinya saja hadir walau terlihat canggung dan tak ada niat ingin saling berbicara. Membuat Cahaya juga ikut bingung harus apa.

Acara makan malam ini digelar oleh Amato, yang katanya rindu dengan ketujuh anaknya juga para cucunya.

Semuanya makan malam dengan tenang, kecuali anak-anak yang memang rusuh. Apalagi anaknya Taufan dan Thorn, beuh, kalo disatuin bakal rusuh banget.

Setelah selesai makan, barulah mereka semua berbincang-bincang.

"Oh iya, Ayah dengar Ayah bakal punya cucu lagi ya?" Amato terkekeh, ia melirik kearah istri Taufan yang baru saja selesai membersihkan mulutnya.

Memang benar, saat ini ia sedang mengandung anak ketiga Taufan, usianya baru dua bulan. Saat anak Blaze lahir, esoknya Taufan mengumumkan bahwa ia akan menjadi Ayah dari 3 anak, bukan 2 anak lagi.

Kan yang lain jadinya kaget. Taufan ternyata ada niat pengen bikin tim sepak bola, ya.

"Kalo Hali sendiri kapan? Masa kalah sama adek-adeknya."

Nah, ini, topik sensitif bagi [Name] dan Halilintar.

"Harusnya Bunda bilang gitu ke Gempa sama Ice. Setidaknya Hali udah ngasih Bunda mantu, mereka kan belum."

Ia sedikit mendengus di akhir, yang langsung dibalas oleh kekehan si Bunda.

"Eh, tapi kan kata Blaze... Kak Hali itu gak nanggung-nanggung kalo nyerang--"

Mulut Taufan yang asal ceplos itu langsung menarik perhatian para orang dewasa di dalam ruangan ini.

[Name] sendiri, dia memilih menunduk malu dan kembali teringat seberapa seramnya saat sedang menjadi sebuah santapan.

"Kita gak tau mau kasih cucu kapan ke Ayah sama Bunda, tapi kita bakal usahain kok."

Ekspresinya tetap datar, namun sebenarnya Halilintar mencemaskan istrinya yang ada disebelahnya tengah menunduk dengan wajah tak enak.

Habisnya setelah Blaze memiliki anak, [Name] jadi sering ditanya kapan punya anak oleh tetangga, keluarga dari pihak Hali, keluarga dari pihak [Name] nya sendiri, juga teman-temannya.

Kan [Name] jadi merasa gak enak banget. :(

Apalagi Halilintar selalu ngasih dan nge-support apa yang dia mau.

Tapi, [Name] nya sendiri, dia gak bisa ngabulin satu permintaan Halilintar yang juga permintaan orang tua dan mertua nya.

Setelah acaranya selesai, Halilintar langsung ijin pamit dengan keluarganya. Dia segera meraih [Name] dan membawanya ke dalam mobil untuk pulang.

Halilintar peka, ia tahu jikalau [Name] jadi dibuat risih karena pertanyaan itu.

Tak ada pembicaraan di mobil, sebelum akhirnya Halilintar menatap kaca spion dan mendapati [Name] yang juga tengah menatapnya dari kaca spion.

Keduanya spontan langsung mengalihkan pandangan masing-masing.

[Name] memang minta duduk di kursi belakang agar bisa berbaring, tapi Halilintar tahu, kalau sebenarnya wanitanya itu sedang memikirkan sesuatu.

"Maaf, ya."

Halilintar mengerutkan keningnya,

"Buat apa? Harusnya aku yang minta maaf karena omongan mereka bikin kamu kayak gini. Engga usah dipikirin, [Name]. Aku memang naruh harapan, tapi aku gak mau maksa kamu, [Name]. Maaf kalo ternyata aku kesannya maksa kamu."

Tuh kan, [Name] itu paling tidak bisa ketika Halilintar berkata panjang seperti ini padanya.

"Iya, iya. Aku paham kok Hali, tapi tetep aja aku ngerasa gak enak sama semua orang..."

"Kenapa kamu harus ngerasa gak enak? Mereka kan cuma ngomong doang, tapi nanti kamu yang bakal rasain sakit sama susahnya bawa bayi di dalem perut kemana-mana. Jadi, gak usah ngerasa gak enak."

[Name] terkekeh, dia bangkit dan mengubah posisinya menjadi duduk, lalu kembali menatap suaminya dari spion.

"Aku ngerepotin Hali, ya?" [Name] menutup matanya, ia menghela napas pelan lalu lanjut berbicara sebelum si suami menjawab.

"Maaf, ya Hali. Karena aku selalu ngerepotin Hali."

"... Kamu kenapa ngomong kayak gitu, sih?"

Lampu hijau berganti menjadi lampu merah, kini Halilintar jadi ada kesempatan untuk menatap wanitanya yang masih dalam wajah murung.

"Kamu itu kan salah satu kewajibanku, dan kamu gak pernah ngerepotin sama sekali. Walau nantinya kamu ngerepotin juga aku gak masalah, itu kan memang udah tugasku. Jadi, sekarang udah cukup overthinking nya, tidur aja dulu. Perjalanan ke rumah masih jauh."

Yang diceramahi hanya mengangguk, ia kembali berbaring dengan mata sudah siap terpejam.

"Nanti kalo udah sampe rumah, bangunin ya? Aku mau tidur sambil dipeluk Hali pas udah di rumah."

Halilintar terkekeh, ia mengangguk lalu mengelus surai istrinya itu walau sedikit kesusahan.

"Aku sayang Hali,"

Pria itu membentuk bibirnya melengkung keatas menjadi sebuah senyuman, lalu ia kembali menatap jalanan. Saat itu juga, lampu merah kembali ganti jadi lampu hijau.

"Aku mencintaimu, dan akan terus begitu."


___________

Uwaaah, satu chap lagi tamat, tapi besok si ku pub, sekalian sama Gempa.

Anw, yang berminat silahkan mampirr ya, udah ku up kok, makasii udah mau stay dan tetep baca buku-buku ku!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top