12 - lucu


TOK TOK TOK TOK!

Pintu diketuk dengan kencang, membuat dua insan yang tadinya sedang mesra-mesraan itu bangun dan langsung memperbaiki posisi mereka.

Halilintar mendekat kearah pintu, dia pegang kenopnya lalu dibuka. Menampilkan sosok pria yang mirip Halilintar tengah tersenyum lebar dengan bayi di bedong di tangan.

"Blaze?"

"Bang Hali, plis, Abang harapan terakhir Blaze! Blaze ada acara sama ayang di kota sebelah, bakal repot kalo bawa bayi. Tadi minta Bang Upan, Bang Upannya lagi liburan keluarga, mau minta Bang Gempa juga dia lagi sibuk kerja, Ice juga lagi reunian sama temen kampusnya, Thorn lagi liburan juga sama keluarganya...." jelasnya panjang lebar.

Halilintar hanya mendengus, singkatnya, Blaze ingin menitipkan anaknya yang baru berumur dua bulan itu ke mereka berdua.

"Solar? Kenapa gak ke dia?"

"Bang ... Abang kan tau sekarang Solar lagi berantem hebat sama istrinya, bahkan aku denger dari Thorn katanya Solar mau cerai-- nanti kalo disuruh jaga bayi lagi dia makin frustasi, kesel gimana?"

Astaga, Halilintar lupa jika enam hari yang lalu istrinya Solar datang ke rumah Halilintar dengan wajah sembab habis menangis. Bukan datang untuk menemui Halilintar, tapi menemui [Name]. Istrinya Solar itu kagum sama [Name] dari jaman SMA.

Solarnya sendiri, dia kembali ke rumah mereka bertujuh dulu, wajahnya kusut, rambutnya acak-acakan, kantong matanya tebal.

Sudah seperti orang stress.

Saat ditanya, mereka jawab kalau mereka berantem lagi--gak main fisik, cuma adu mulut sama teriak-teriak.

Kadang orang-orang sering bertanya, kenapa mereka berdua menikah padahal tak pernah akur dari dulu, dari jaman SMA.

Sekarang mereka berdua sedang di masa menenangkan diri masing-masing.

Istrinya dibantu oleh [Name], Solar sendiri dibantu keenam kakaknya. Mau bagaimanapun, dimata mereka semua itu Solar tetep si bungsu kecil.

Padahal cuma beda beberapa menit.

Anak mereka sendiri yang baru berusia lima tahun; Cahaya, untuk sementara dijaga oleh Kakeknya alias Amato.

Cahaya itu termasuk golongan anak yang pintar untuk seumurannya. Dia mengerti keadaan Ayah Ibunya. Sebelumnya, tiap Ayah dan Ibunya sudah ingin bertengkar hebat pasti Cahaya langsung menuju telepon rumah untuk menelpon paman-pamannya.

Cahaya selalu mencegah pertengkaran orang tuanya. Namun, enam hari yang lalu ia gagal karena menginap di rumah temannya.

"Shut, jangan ingetin gue sama itu. Gue belum nemu jalan keluar biar mereka baikan."

Itu masalah rumah tangga orang, tapi Halilintar yang pusing.

"Hali, itu siapa?" [Name] ikut penasaran karena Halilintar begitu lama disana, saat [Name] kesana ternyata ada Blaze dengan bayi yang merupakan ponakannya.

"Oh, Hai [Name]! Aku bawa bayi loh, [Name] mau jaga gak? Aku ada acara soalnya, bakal ribet kalo bawa bayi. Mau taruh di penitipan anak tapi takut, karena gak kenal orang nya."

Matanya berbinar terang,

"Mau dong! Yakali engga, ya kan, Lin?"

"Aku gak set―"

"―kalo gitu, tolong ya!"

Halilintar belum menyetujui, namun Blaze sudah menyerahkan anaknya kepada sang istri, tak lupa juga tas besar berisi perlengkapan bayi diberikan ke Halilintar.

"Aish, Blaze!"

"Hehehehe, makasih ya! Nanti malem aku balik lagi kesini kok." Setelahnya, Blaze langsung ngacir kembali ke dalam mobilnya.

"YESS ADA BAYI SEHARIAN DIRUMAH INI!"

"...."

Sang suami hanya pasrah, jika istrinya yang mau, dia tak bisa membantah ataupun menolak, selama itu bukan hal buruk.

——— kenapa salah tingkah tiap kau tatap aku?

"Ulululu, imut banget sih! Padahal Bapaknya amit-amit."

[Name] tak henti-hentinya memuji bayi perempuan yang tengah tertidur pulas setelah minum susu. Mukanya yang mungil menggemaskan bagi dirinya.

Apalagi anaknya Blaze itu bayi pertama yang dia lihat setelah sekian lamanya.

"Mau sampe kapan sih kamu merhatiin dia terus? Dia lagi tidur loh."

Sejujurnya, Halilintar merasa cemburu. Karena sebelum si bayi datang, kepala Halilintar masih di elus manja oleh [Name].

Namun, saat bayi Blaze datang, [Name] bahkan tidak memperhatikan Halilintar sama sekali, lirik saja engga.

Kalo kayak gini, Halilintar jadi ragu mau ngasih cucu ke bunda atau engga--

"Hali, dia tuh lucuuu banget! Terus anteng gak kayak Bapaknya. Kayaknya nurun dari Ibunya kali ya?"

Seketika Halilintar jadi teringat cerita bundanya dulu. Katanya waktu mereka bertujuh masih bayi, Blaze yang paling gak bisa diem.

Ditinggal bentar tiba-tiba bedongnya Blaze udah lepas. Kan Bunda jadi kerepotan gara-gara Blaze aktif banget.

Syukur cucunya gak kayak Blaze dulu.

"Mirip Ice,"

"Hahaha iya, kan!? Ya, istrinya Blaze sebelas dua belas sama Ice, sih. Dia diem banget, tapi kalo udah ngeblush jadi lucu. Huhu, pantes ponakanku lucu banget!"

"Kalo aku? Lucu gak?"

"Heh?"

[Name] mengerjapkan matanya, dia menatap Halilintar dengan pandangan "Lo serius? Lo gapapa kan? Ga sakit kan?".

"... Lupain, asal ngomong tadi."

Halilintar memalingkan wajahnya, dia lebih memilih menatap layar televisi yang sedang menayangkan sebuah sinetron azab.

"Mas! Aku capek sama kamu."

"Kamu pikir kamu doang yang cape? AKU JUGA CAPEK HIDUP SAMA KAMU!"

"Mas gak pernah dengerin aku, Mas selalu motong omongan aku dan gak mau dengerin dulu. Gimana bisa kita akur kalo Mas gitu?"

"Ck. Buat apa? Aku liat di depan mataku sendiri kalo kamu kesana bareng DIA!"

Astaga, sinetron suara hati istri.

Walau begitu, Halilintar tetap menontonnya, karena...

"... Mirip Solar sama istrinya kalo berantem."

... Agar bisa menemukan jalan keluar dari masalah adik dan adik iparnya ini.

"Hali, kamu serius nanya gitu?"

Halilintar tak menjawab, ia mengabaikan [Name] karena masih malu dengan ucapannya yang keluar tanpa sadar dari mulutnya.

"Haliii,"

"Apa?"

"Hali gak lucu, Hali lebih ke keren, sih."

Tapi kan, Halilintar maunya dibilang lucu. :(

"Oh,"

"... Kamu ngambek karena gak dibilang lucu?"

Sang empunya nama mendengus sebal, ia memeluk kedua kakinya dengan mata yang masih menuju kearah televisi.

"Tapi kamu emang gak lucu sih, Lin."

Jleb.

Aduh mbak, kok malah gitu.

Halilintar semakin cemberut, aura suram sudah bisa [Name] rasakan sekarang. Hal itu membuat [Name] salah tingkah dan tak tau harus apa.

Sebelum akhirnya ada ide yang melintas di kepalanya.

"... Kamu emang gak lucu, tapi kan nanti bakal ada Halilintar kecil yang lucu gitu, mirip kamu lagi."

Hal itu sukses membuat Halilintar menoleh kearahnya dengan pandangan berharap.

"Kapan bakal ada?" Senyum banyak maknanya ia berikan kepada sang istri.

"Lo—HEH? AKU GA BERMAKSUD BANGUNIN SINGA YANG LAGI LAPER."

"Tapi kamu terlanjur bangunin."

_________________

Halooo, hihi balik lagi sama aku ✋

Tadi agak spoiler dikit ya-- gapapa deh,

Kira-kira, kapan bakal ada Halilintar kecil?

Okeyy, see u nanti malem lagi. Sekalian up yang Ice, baru besok GemGem 🤞



Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top